Suara Dari Balik Sajadah

"Dua kali, Elmo. Dua kali terjadi," ujar Maheswara dengan menggebu-gebu.

"Tuan, jangan-jangan wanita itu adalah gadis yang Tuan...,"

"Kemungkinan besarnya, Elmo. Kamu bayangkan delapan tahun ini tidak ada wanita yang bisa membuatku terangsang. Bahkan Anggita sekalipun. Lalu aku bertemu dengannya dan keinginan itu muncul tiba-tiba. Dia itu wanita asing dan aku merasakan itu. Aku benar-benar tidak mengerti,"

Elmo berpikir sejenak.

"Tuan pernah bilang dia memiliki tanda lahir yang Tuan masih sangat ingat. Apa Tuan bisa memastikan nya?,"

"Itu dia. Kejadiannya begitu saja dan tiba-tiba. Jadi aku tidak sempat memastikan tanda lahir itu,"

"Bagaimana kalau gadis itu memang gadis pesantren di malam itu, Tuan?,"

Elmo menatap Maheswara. Menunggu jawaban.

"Aku akan menikahi nya, Elmo. Aku akan bersujud di hadapannya. Aku akan berikan apapun yang dia mau,"

"Bagaimana kalau dia menolak?,"

"Apa alasannya menolak menurutmu? Bukankah aku yang sudah mengambil keperawanannya dan sekarang aku akan tanggung jawab. Aku pria mapan. Aku belum beristri. Tak ada alasan untuk menolakku,"

"Bagaimana kalau dia trauma, Tuan? Dalam beberapa kasus, gadis yang trauma sangat membenci pemerkosanya,"

Perkataan Elmo itu meruntuhkan kepercayaan diri Maheswara.

"Bisa saja dia berobat ke dokter Priska karena dia trauma atas peristiwa itu,"

Maheswara terduduk. Dia menelan ludahnya dengan paksa. Sesuatu dakwaan muncul di relung hati nya.

"Bagaimana kalau ternyata selama delapan tahun ini bukan hanya Tuan yang menderita tapi dia juga. Dan dia belum memaafkan pemerkosanya,"

Maheswara membuka. Suaranya tertahan. Dia mungkin sudah menemukan wanita yang bisa jadi penyembuh baginya tapi ternyata tidak semudah itu..

**

Butir demi butir tasbih kayu cendana itu bergerak. Bibir Hana berdzikir. Ada rasa yang lain di dalam hatinya ketika berbincang dengan pria tadi. Pria asing yang tiba-tiba datang menawarkan diri menjadi temannya.

Hana teringat akan kartu nama. Cepat-cepat dia membuka tasnya, mengaduk-aduk benda di sana untuk menemukan kartu kecil itu.

Hana tersenyum begitu kartu itu ditemukan.

"Maheswara Dastan," ucap Hana.

Aku tidak pernah punya teman dengan nama ini. Siapa dia sebenarnya. (Hana).

**

Seorang wanita merontah-rontah. Tangannya terangkat hendak memukul Maheswara. Dengan cepat Maheswara menangkap tangan itu. Sebelah tangannya menutup mulut wanita itu. Maheswara melirik tangan wanita yang ternyata di tangannya ada tanda lahir berbentuk seperti daun kecil berwarna coklat. Gadis itu terus merontah-rontah.

Maheswara terbangun.

Ternyata itu mimpinya.

Maheswara menyeka keringat dingin di dahinya.

**

"Aku akan menyusul dia ke kota sebelah,"

"Tuan yakin?,"

"Sangat yakin. Tuhan sepertinya mentakdirkan kami berdua untuk bertemu. Aku sudah berjanji untuk menikahinya. Aku akan berusaha,"

"Aku akan mencari tahu alamat rumah dan tempat kerjanya untuk Tuan," ujar Elmo.

**

"Maheswara Dastan? Ayah tidak pernah dengar," ujar dr. Farid yang berbaring telentang di samping istrinya.

"Itulah ayah, bunda juga kaget," Ratna Dewi menaruh tangannya di dada suaminya.

Saat itu sudah hampir subuh tapi mereka berdua belum tertidur memikirkan putri sulungnya.

"Jangan-jangan dia ada niat buruk pada Hana," ucap dr. Farid.

"Dari pakaiannya sepertinya dia orang terhormat. Bunda juga memperhatikan mobil yang dia gunakan, itu yang limited edition. Artinya kan dia bukan orang sembarangan,"

"Asalkan dia tidak menyusul Hana ke kota sebelah, berarti masih aman,"

"Hmmm," ucap Ratna Dewi perlahan menutup matanya sambil memeluk suaminya.

**

FLASHBACK ON

"Lah, jadinya tukar kamar ya?," ujar Hana pada temannya.

"Iya. Malam ini saja,"

"Janji ya hanya malam ini saja. Soalnya kamar itu terpisah sendiri. Aku juga takut bukan hanya kalian, hehe,"

"Mana ada Hana takut. Hana bukan penakut,"

Hana tersenyum.

Malam itu Hana tidur di kamar temannya yang mengaku takut tidur di kamar itu karena beberapa kali melihat sesuatu yang aneh di luar kamar.

Hana berjalan masuk ke kamar. Untuk membuktikan perkataan temannya, Hana sengaja tidak mengunci pintu kamar. Dia mengeluarkan tasbih kecilnya. Dia mulai berdzikir di atas tempat tidur. Lama dia berdzikir hingga perlahan mulai tertidur.

Hana sudah hampir tenggelam di dalam dunia mimpinya ketika dia merasakan sesuatu yang dingin menyentuh lehernya, pipinya, kemudian bibirnya.

Hana membuka mata dan betapa terkejutnya dia melihat seorang pria tidak dikenal sudah menindih tubuhnya dan mulai menciumnya.

Hana ingin berteriak tapi tangan besar pria itu membekap mulutnya. Pria itu kembali mencium nya dengan kasar. Sementara tangan yang satunya menggerayangi area bawah Hana. Hana berusaha menjepit pahanya tapi kekuatannya tidak sebesar pria itu. Paha Hana terbuka.

Hana melayangkan tangannya yang satu ke udara bersiap untuk memukul kepala pria itu. Tapi dengan cepat, pria itu menangkap tangan Hana, menahannya di udara. Sementara di bagian bawah, Hana merasakan ada sesuatu yang masuk dan perlahan-lahan dia mulai merasakan perih.

FLASHBACK OFF.

Hana terbangun. Napasnya tersengal-sengal. Dia baru saja bermimpi buruk. Bukan. Lebih tepatnya dia bermimpi peristiwa delapan tahun lalu. Dia melihat sekeliling dan sadar dia masih di dalam kereta.