Tentang perjalanan hidup seorang gadis biasa saja. Hidupnya hambar dan tidak ada istimewanya. Dia, dulunya adalah gadis yang ceria Namun karena keadaan ceria itu hilang.
Manusia lain nggak pernah jahat, ia hanya menyalahkan dirinya sendiri.
Setiap hari yang ia rasakan adalah sepi dan hampa yang selalu menemani.
Ada banyak pertanyaan dalam kehidupan gadis itu.
Akankah Gadis itu perlahan akan menjawab banyak pertanyaan rumit di kepalanya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona_Penulis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(1) Aruna Syerana Haura
Dalam keheningan malam, seorang gadis sedang makan semangkuk nasi yang baginya terasa sangat mengenyangkan. Gadis itu menangis apakah dirinya sekarang terlihat begitu menyedihkan?
Baru kali ini gadis itu merasakan kelaparan. Ternyata Kelaparan itu membuatnya jadi bersyukur bahwa di luar sana masih banyak orang yang tidak merasakan semangkuk nasi seperti dirinya.
Tak ada pilihan selain mengandalkan diri sendiri semangat pasti bisa dirinya berusaha menyemangati diri sendiri.
Sekarang gadis itu bingung harus ke mana tidak ada tempat tinggal untuknya. Sepertinya sekarang Gadis itu harus mencari hotel yang murah.
Nama gadis itu adalah Aruna Sherana Haura, nama panggilannya adalah Aruna. Dulu Aruna adalah gadis kaya namun sekarang dia harus bertahan hidup untuk dirinya sendiri.
Rasanya Aruna ingin kembali ke masa-masa dirinya masih kaya, membeli tas-tas mewah dan jalan-jalan ke seluruh dunia. Rasanya mungkin itu hanya mimpi baginya sekarang yang terpenting sekarang adalah bertahan hidup.
Sekarang Aruna, bingung harus ke mana. Teman-temannya tidak ada yang mau menampungnya di rumahnya. Satu-satunya cara adalah mengandalkan diri sendiri.
Semua ini terjadi karena Aruna tidak mau dijodohkan dengan pilihan ayahnya. Alasan Aruna tidak mau dijodohkan karena cowok yang mau dijodohkan dengannya itu suka bermain cewek. Aruna benci, cowok brengsek.
Aruna dididik keras oleh ayahnya, itu yang membuat Aruna tidak betah di rumah. Aruna benci dibentak, apalagi yang membentak itu adalah ayahnya sendiri.
Meski sebenarnya Aruna sayang pada ayahnya. Rasa sayang Aruna lebih besar dari rasa bencinya. Meski dididik keras Aruna tahu bahwa ayahnya sebenarnya sayang padanya.
Andaikan ayahnya di sini, ayahnya tidak membiarkan dirinya kelaparan dan kesusahan.
Sayang sekali, hanya karena perjodohan sialan itu. Aruna diusir dari rumahnya.
Sekarang Aruna tidak punya siapa-siapa lagi, harus ke mana dia bersandar?
Aruna tidak suka sendirian, dari kecil dia selalu dikelilingi banyak orang dan selalu jadi pusat perhatian. Rasanya sangat sepi sekarang. Tidak ada lagi ayah, ibu dan teman-teman. Mungkin ini pelajaran agar dirinya menjadi gadis yang mandiri.
Murah yang penting nyaman. Sementara, Aruna tinggal di sini. Untungnya, uang Aruna masih cukup. Gadis itu harus segera mencari pekerjaan untuk menghidupi diri sendiri.
Aruna yakin dirinya bisa melewati masa-masa sulit ini. Seperti hujan setelah itu ada pelangi. Aruna yakin hidupnya bisa berubah seperti sedia kala.
Hidupnya sekarang mungkin sedang di bawah, namun Aruna yakin ini hanya sementara.
Meski terkadang rasanya ingin menangis, karena merasa sendirian itu menyiksa.
Mulai sekarang, Aruna akan berubah menjadi lebih mandiri. Sekarang Aruna harus berpikir bagaimana caranya menghemat uang. Karena, sekarang uang Aruna sudah menipis.
Aruna sudah beberapa kali melamar pekerjaan tapi tidak diterima. Rasanya Aruna kecewa, namun itu tidak mematahkan semangatnya.
Lelah rasanya sudah berjalan jauh, Aruna duduk di taman sembari melihat anak-anak bermain.
"Halo kakak, cantik." Sapa anak cowok.
"Halo juga." Aruna tersenyum anak kecil itu terlihat sangat menggemaskan. Rasanya lelah yang sedari tadi ia rasakan berkurang.
"Kakak, lagi cari pekerjaan ya?" Tanya anak kecil itu.
Aruna mengangguk. "Iyaa, nih."
"Kayaknya kafe di seberang sana ada lowongan deh kak, coba nanti kakak lamar di situ." Aruna langsung senang ketika mendengar itu, masih ada kesempatan untuknya.
Aruna tersenyum. "Makasih ya, infonya, adek."
"Sama-sama kak."
Setelah itu anak cowok tersebut kembali bermain bersama teman-temannya. Sementara Aruna bergegas menuju kafe itu.
Aruna dengan penuh semangat mengajukan lamaran pekerjaan di sebuah kafe seberang yang tadi diberitahu anak kecil itu. Ia berharap bisa mendapatkan pengalaman baru sekaligus menambah penghasilan. Namun, setelah melalui proses wawancara yang cukup menegangkan. Aruna mendapat kabar bahwa permohonannya ditolak karena pihak kafe telah memilih kandidat lain yang dianggap lebih sesuai dengan kebutuhan mereka saat ini. Meskipun merasa kecewa, Aruna bertekad untuk tidak menyerah dan akan terus mencari kesempatan lain yang lebih baik di masa depan.
Sebelum Aruna sempat melangkah keluar dari kafe dengan perasaan kecewa, tiba-tiba sebuah suara laki-laki yang lembut namun tegas memanggil namanya. Ia menoleh dan melihat seorang lelaki tampan berdiri di depannya, menahan langkahnya. "Aruna, tunggu!" kata lelaki itu.
Aruna segera menyadari siapa pria yang menahannya itu. Dia adalah Rafael Alnandika, sosok yang pernah menjadi bagian terindah dalam hidupnya dan meninggalkan bekas yang begitu mendalam. Meski waktu telah berlalu dan mereka berpisah tanpa kejelasan, Aruna tak bisa mengingkari perasaan cinta yang masih ada di dalam hatinya.
Setiap kali bertemu dengannya, segala kenangan manis dan perasaan cinta yang dulu pernah mereka bagi kembali mengalir dengan kuat, membuat Aruna mengakui dalam hati betapa dalam dan tulusnya kasih sayang yang masih ia rasakan untuk Rafael.
Bagi Aruna, Rafael pernah menjadi segalanya. Rafael adalah sosok yang selalu memberikan warna dalam setiap langkah hidupnya. Kenangan indah yang mereka bagi dulu terus terkenang dalam hati Aruna, membuatnya sulit melupakan meskipun waktu telah memisahkan mereka.
Oleh karena itu, ketika tanpa sengaja bertemu kembali dengan Rafael di kafe itu, Aruna tak bisa menyembunyikan rasa terkejut dan haru yang mendalam. Ia benar-benar tak menyangka akan memiliki kesempatan untuk bertatap muka lagi setelah sekian lama berpisah, seolah takdir sedang memberi mereka kesempatan untuk mengulang kisah yang pernah terhenti.
"Boleh kita ngobrol?" suara Rafael yang lembut namun tegas, membuyarkan lamunan Aruna yang tiba-tiba tenggelam dalam berbagai kenangan. Aruna mengangguk perlahan sambil tersenyum, "Boleh, Rafael." Jawabnya lembut. Rafael dengan penuh perhatian menyeret kursi untuk Aruna, menunjukkan sikap sopan dan menghargai. Aruna yang melihat perlakuan itu tersenyum hangat dan duduk di kursi yang disiapkan.
Aruna menatap Rafael sambil berkata, "Rafael, kamu masih sama, selalu menghargai cewek seperti dulu."
Rafael tersenyum. "Cuma buat kamu aja, Na." Betapa manisnya rayuan lelaki tampan ini.
Aruna bertanya. "Kamu udah punya pacar?"
"Belum, aku nunggu kamu. Na." Jawab Rafael.
Sepertinya Aruna dan Rafael memang ditakdirkan bersama, tuhan sengaja mempertemukan mereka supaya bisa bersatu dan melangkah bersama dalam hidup. Takdir itu terasa begitu indah dan penuh makna, seperti jalinan dua hati yang sudah lama menunggu untuk bertemu.
Aruna merasakan kebahagiaan yang begitu mendalam saat akhirnya bisa bertemu lagi dengan Rafael setelah sekian lama berpisah. Wajahnya yang cerah dan matanya yang berbinar mengungkapkan betapa besar rindu yang selama ini ia simpan. Dalam hatinya, ia tahu Rafael adalah satu-satunya orang yang benar-benar peduli dan mengerti dirinya, sosok yang selalu membuatnya merasa nyaman dan dihargai tanpa syarat. Pertemuan itu seperti mengisi ruang kosong di hatinya, memperkuat keyakinan bahwa mereka memang ditakdirkan untuk bersama.
Aruna berharap suatu hari bisa kembali dekat dengan Rafael, merasakan hangatnya kehadiran dan perhatian yang dulu pernah mereka bagi. Aruna sering membayangkan momen-momen sederhana bersama, tertawa dan berbagi cerita tanpa jarak di antara mereka. Hatinya yakin bahwa jika keadaan memungkinkan, pintu untuk memulai kembali akan terbuka, memberi mereka kesempatan untuk menulis kisah baru yang penuh kebahagiaan.
Meski Aruna dan Rafael sekarang hanya mantan pacar, keduanya sepakat untuk menjaga ikatan pertemanan yang tulus dan hangat. Mereka tahu bahwa walau jalan cinta mereka berpisah, rasa saling menghargai dan pengertian tetap bisa menyatukan mereka dalam persahabatan yang indah. Dengan hati terbuka, mereka memilih untuk tetap dekat, berbagi cerita dan dukungan tanpa harus kehilangan satu sama lain.
Dulu waktu SMA, Aruna dan Rafael adalah pasangan yang sangat serasi dan populer di antara teman-teman mereka. Mereka selalu tampil kompak, penuh tawa, dan jadi sorotan setiap kali bersama, membuat kisah cinta mereka terasa sangat indah. Kebersamaan mereka tak hanya menarik perhatian, tapi juga menginspirasi banyak orang dengan kehangatan dan kebahagiaan yang terpancar dari mereka. Hingga tiba saatnya muncul orang ketiga yang merebut hati Rafael dari Aruna. Meski membawa luka dan kehilangan, Aruna belajar bahwa mungkin yang sudah berlalu memang sebaiknya dibiarkan berlalu, supaya dia bisa melangkah maju dengan hati yang lebih ringan dan penuh harapan.
Aruna sebenarnya masih menyimpan perasaan cinta yang dalam untuk Rafael, meskipun hatinya terluka dan penuh keraguan. Dia terus menunggu dengan harapan agar Rafael mau kembali padanya, memberikan kesempatan untuk memperbaiki segala kesalahpahaman yang terjadi di antara mereka.
Mungkin benar bahwa Rafael telah berselingkuh, hal yang membuat Aruna merasa sedih dan kecewa. Namun, di dalam hatinya tetap tumbuh keyakinan bahwa setiap hubungan tidak pernah lepas dari kesalahan dan kekurangan, sehingga kesempatan kedua selalu mungkin diberikan asalkan ada niat tulus untuk berubah dan memperbaiki diri. Baginya, cinta adalah tentang memaafkan dan berani memberi harapan baru, bukan hanya menyerah pada kekecewaan semata.
Kemarin, Aruna akhirnya menyadari bahwa selama ini dia salah paham tentang keadaan Rafael. Rafael dengan sabar dan jujur menjelaskan bahwa sebenarnya dia tidak berselingkuh seperti yang Aruna curigai, melainkan ia sedang dijodohkan oleh keluarganya. Penjelasan tersebut membuka mata Aruna bahwa segala kecurigaannya selama ini didasari oleh ketidaktahuan dan prasangka yang belum tentu benar.
Dengan kejelasan ini, Aruna mulai bisa melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda dan mulai memahami tekanan yang Rafael alami.
Aruna adalah sosok gadis yang ceria, enerjik, dan penuh dengan senyum yang selalu mampu mengubah suasana di sekitarnya. Keceriaannya itu membuat Rafael tak sadar jatuh cinta, terpikat oleh semangat hidup dan kelembutan hati yang terpancar dari setiap kata dan tindakan Aruna. Baginya, Aruna bukan hanya cewek biasa. Tapi, perempuan yang pantas diperjuangkan.