***
Thantana sangat terkejut. Ketika tiba tiba sembilan batu yang berada di telapak tangan kanannya, satu persatu menerobos masuk ke dalam tubuhnya. Melalui lengannya, seperti cahaya menembus kaca dan terhenti ketika sudah berada di dalam tubuh Thantana.
Proses ini sungguh sangat menyakitkan baginya. Hingga, sambil menahan rasa sakit yang luar biasa, Thantana mengibas ibaskan lengan kanannya, sembari tangan satunya lagi mencoba menarik sisa sisa batu yang mesih melekat pada telapak tangannya itu. Namun, semakin ia menariknya, rasa sakit itu semakin menjadi jadi. Dan di titik batu ke sembilan yang menerobos masuk, pada akhirnya Thantana jatuh tak sadarkan diri kembali...?
**kita lanjut dari bab satu yuk...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sunardy Pemalang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~AWAL KISAH~
**Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Apabila ada nama tokoh dan tempat yang sama, itu hanya kebetulan saja. Mohon di maafkan ya.. 🙏. Oya, nama nama tokoh dan tempat, saya ambil dari bahasa sansekerta yang saya gabung gabungkan sendiri.. Jika nanti kalian penasaran dengan nama tokoh dan tempat tersebut, tanyakan pada google,oke oke.. makasih..
** Dahulu kala, di sebuah daratan benua yang sangat besar dan luas, pernah terjadi fenomena alam yang sangat langka.
Ketika itu, di benua tersebut di hebohkan dengan munculnya sebuah batu yang bercahaya sangat terang turun dari langit. Batu tersebut yang awalnya hanya satu, tiba tiba terpecah menjadi serpihan serpihan kecil yang sangat banyak. Kemudian berpencar, menyebar lalu jatuh di berbagai tempat di atas benua tersebut, dan menghilang ketika menyentuh bumi.
Satu tahun kemudian, muncul beberapa orang yang sebelumnya hanya manusia biasa. Tiba tiba mempunyai kekuatan yang sangat besar, akibat dari menemukan salah satu pecahan batu tersebut.
Kejadian aneh itu, memicu orang orang di seluruh benua berramai ramai mencari dan memburu serpihan serpihan batu tersebut. Demi mendapatkan kekuatan yang terkandung di dalamnya. Bukan hanya dari golongan ningrat dan pihak kerajaan saja, orang orang biasa pun banyak yang mencoba peruntungannya lalu ikut mencari pecahan batu tersebut. Ada yang mencari di gunung gunung, di hutan, di laut, di goa goa. Bahkan ada juga yang mencari di dalam desa dan kota mereka masing masing.
Efek dari hal itu. Di benua tersebut banyak terjadi huru hara kekerasan dan pembunuhan di beberapa tempat, akibat dari memperebutkan pecahan batu di antara mereka. Kejadian itu berlangsung cukup lama, hingga hampir tidak bisa di hentikan oleh pihak kerajaan. Dan akibat dari semua itu, di benua tersebut yang sebelumnya hanya ada satu kerajaan, atau pemerintahan. Kini terpecah menjadi beberapa kerajaan.
Kerajaan kerajaan baru tersebut muncul, dari orang orang yang mempunyai kekuatan besar karena memiliki salah satu pecahan batu. Dengan kekuatannya, orang orang tersebut mendirikan kerajaannya sendiri atas kemauannya sendiri yang ia kehendaki. Ada yang mendirikan kerajaan di tengah hutan, dengan cara menebang hutan tersebut di bantu oleh orang orang serta binatang yang telah ia taklukan, kemudian menjadikan mereka sebagai warganya. Ada juga yang mendirikan kerajaan dengan cara menaklukan desa desa dan kota, kemudian membangun istana di dalamnya, dan menjadikan desa serta kota tadi sebagai wilayahnya.
****
Berpuluh tahun telah berlalu semenjak fenomena itu, kini semua kerajaan di benua tersebut sudah mengetahui batas wilayahnya masing masing, dengan penduduknya masing masing serta aturan masing masing pula. Keadaan di seluruh benua sudah mulai normal kembali, meski masih ada juga yang mencari pecahan batu, tapi lebih banyak yang menyerah dan pasrah akan nasibnya menjadi orang biasa. Dan menganggap bahwa pecahan batu tersebut sudah tidak ada lagi, alias habis.
Bagaimana tidak habis? Raja raja di setiap kerajaan, rata rata mempekerjakan orang orang yang memiliki pecahan batu tersebut. Ada yang jadi penasehat, jadi patih, panglima bahkan prajurit prajuritnya. Dan jumlah orang orang tersebut di semua kerajaan di seluruh benua sangatlah banyak, jadi mungkin saja seluruh batu sudah habis di miliki oleh mereka.
Di tambah lagi, orang orang yang lebih memilih membentuk sekte, ketimbang kerajaan setelah menemukan pecahan batu, juga sangatlah banyak. Orang orang yang membuat sekte ini meyakini, bahwa kekuatan yang ada di dalam pecahan batu dapat di bagikan terhadap orang lain atau di wariskan, meski orang tersebut tidak memiliki batunya. Oleh sebab itu mereka membentuk sekte lalu menerima murid murid yang berbakat dari desa dan kota setempat untuk mendapat pelatihan fisik dan lain lain, sebelum menerima kekuatan dari pecahan batu yang di miliki gurunya tersebut.
Di setiap sekte, bukan hanya satu atau dua orang saja yang memiliki kekuatan dari pecahan batu. Ada yang sepuluh sampai lima belas orang yang tergabung menjadi guru di sekte tersebut. Hingga akhirnya menghasilkan murid murid yang berkekuatan meski tanpa pecahan batu. Dan itu menjadi harapan bagi orang atau rakyat biasa untuk mengirim anak anak mereka belajar ke sekte sekte. Sebab, untuk bisa bekerja di dalam sebuah kerajaan, walau hanya sebagai prajurit biasa syarat utamanya adalah kekuatan.
****
Dan begitulah, pada akhirnya kehidupan di benua tersebut berjalan secara normal kembali...
**Jangan lupa vote dan follow ya, jika kalian suka dengan ceritanya..makasih.. Lanjuttt...?
***Kurang lebih seratus tahun kemudian.
Di sebuah desa yang sangat terpencil, di pinggiran hutan. Terlihat seorang anak kecil berkulit sawo matang dengan rambut panjang kecoklatan akibat sengatan Matahari, serta bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek yang sudah kusam. Berlari keluar dari rumah kayu, menyongsong seorang lelaki setengah baya yang baru saja pulang dari berburunya di hutan.
"Ayah, ayah! Apa yang ayah dapatkan hari ini?" kata anak laki laki kecil itu terhadap seseorang yang di sambutnya, yang ternyata adalah ayahnya sendiri.
"Ayah tidak mendapatkan buruan apa apa hari ini nak?" jawab sang ayah singkat, sembari mengangkat anak kecil itu ke atas punggungnya, dan menggendongnya masuk kembali ke dalam rumah mereka.
"Kita makan jamur dulu hari ini ya, yang ayah temukan di dalam hutan?" kata lelaki setengah baya itu terhadap anaknya, setelah berada di dalam rumah dan meletakkan anaknya itu di atas tempat duduk yang ada di ruangan itu.
"Horeee... makan jamur... makan jamur...!" teriak anak kecil itu kegirangan, bukannya kecewa karena ayahnya tidak mendapat buruan, alias tidak makan daging hari ini.
Sang ayah tersenyum, menyaksikan tingkah dari anak semata wayangnya itu, sembari mengeluarkan jamur jamur dari dalam kantung bawaannya. Kemudian mencuci jamur jamur tersebut sampai benar benar bersih, lalu memasaknya dengan di campur bumbu rempah alakadarnya.
Sedang si anak, yang saat itu kegirangan sembari duduk, tiba tiba bertanya pada ayahnya tersebut.
"Ayah, benarkah ada manusia yang memiliki kekuatan seperti dewa?" kata anak itu dan mengejutkan lelaki setengah baya yang sedang memasak jamur tersebut.
"Dari mana kamu mendapat pemikiran seperti itu nak?" jawab lelaki setengah baya tersebut, terhadap anaknya.
"Temen temen Thantana yang bilang seperti itu ayah?" kata anak kecil berambut kecoklatan itu, yang ternyata bernama Thantana.
"Benar apa yang di katakan teman teman kamu nak? Tetapi, kekuatan seperti itu hanya di miliki oleh orang orang terdahulu saja. Orang jaman sekarang tidak ada yang memiliki kekuatan seperti itu?" jawab ayah dari Thantana tersebut, sembari menjelaskannya.
"Ohh.. begitu ya ayah?" kata Thantana dengan polosnya. Namun tidak lama kemudian ia bertanya kembali...?
"Memang orang orang terdahulu mendapat kekuatan semacam itu dengan cara apa ya ayah?"
Menanggapi anak semata wayangnya yang terus terusan bertanya, pada akhirnya lelaki setengah baya tersebut menceritakan tentang sejarah di benua itu kurang lebih seratus tahun yang lalu, di mana fenomena alam yang aneh itu terjadi.
Sedang Thantana mendengarkan cerita dari sang ayah dengan seksama, layaknya seorang murid yang mendapat penjelasan dari gurunya. Dan tidak lama kemudian, setelah ayahnya mengakhiri ceritanya, ia kemudian bergumam...!
"Ohh.. jadi begitu ya ayah?" kata bocah kecil nan lugu itu, sambil mengangguk anggukkan kepalanya, layaknya orang dewasa memahi sesuatu.
"Ya sudah...Ayo kita makan jamurnya, sudah matang ni?" kata ayah dari bocah itu, kemudian menyodorkan semangkuk penuh sop jamur buatannya, terhadap Thantana.
Bau harum sop jamur yang khas, di dalam mangkuk kayu yang khas juga. Menggugah dan membangkitkan selera makan Thantana. Ia kemudian menyantap sop jamur tersebut dengan lahapnya, tanpa menyadari jika ayahnya sedang memandagi dirinya sembari tersenyum penuh misteri? "Tak terasa usiamu sudah 12 tahun nak, dan ayah masih juga belum bisa membahagiakanmu?" ucapnya dalam hati.
Selang beberapa saat kemudian, ayah dan anak itu sudah selesai menyantap sop jamur bikinan ayah Thantana. Namun ketika sang ayah hendak meletakkan mangkuk kayu di tangannya ke atas meja, tiba tiba Thantana melayangkan pertanyaan kembali terhadap ayahnya tersebut. Hanya pertanyaan kali ini adalah mengenai Ibundanya...?
"Ayah...? Sebenarnya ibu di mana sih?" kata bocah umur 12 tahun itu terhadap ayahnya.
Mendengar pertanyaan seperti itu dari anak satu satunya, lelaki setengah baya itu sempat tertegun beberapa saat. Meski pada akhirnya menjawab...?
"Bagaimana cara ayah menjelaskannya. Usia kamu saat ini baru 12 tahun, ayah takut kamu tidak mengerti maksud dari perkataan ayah nanti?" kata lelaki setengah baya itu kemudian, terhadap Thantana.
"Thantana akan mengerti ayah?" kata bocah kecil lugu itu dengan cepat. Membuat ayahnya sedikit bingung. Kemudian...?
"Baiklah...?" kata lelaki setengah baya tersebut, menyerah, lalu menceritakan tentang dimana dan bagaimana ibu Thantana sekarang, terhadap anaknya itu.
"Kurang lebih sebelas tahun yang lalu, ketika kamu baru berusia satu tahun. Datang seorang lelaki, teman masa kecil ibumu, ke desa ini. Lelaki tersebut telah menemukan pecahan batu, sehingga memiliki kekuatan dan mendapat jabatan yang tinggi di kerajaan. Dan entah apa yang terjadi, setelah ibumu berbicara berdua dengan temannya itu. Tiba tiba ibumu memutuskan untuk ikut dengan lelaki itu ke kota raja, dan meninggalkan kita di sini?" ucap lelaki setengah baya itu, lalu berhenti dan menarik nafas panjang sejenak, kemudian melanjutkan. "Ayah sudah mencoba menahannya, supaya ibumu tidak pergi. Tapi apalah daya, ayah tidak mempunyai kekuatan. Selain itu, kepergian Ibumu adalah keputusannya sendiri. Dan semenjak kejadian itu, sampai sekarang ayah tidak pernah mendengar kabar tentang ibumu lagi?" kata ayah Thantana itu, mengakhiri ceritanya.
Setelah bercerita seperti itu, ayah Thantana terlihat agak murung. Sebab ia teringat kembali peristiwa yang memilukan bagi dirinya tersebut. Sedang Thantana yang melihat ekspresi muka sang ayah berubah, segera meminta maaf.
"Maafin Thantana ayah, Thantana tidak bermak...?"
"Tidak apa apa nak, kamu tidak salah ko?" kata lelaki setengah baya itu, memotong ucapan dari anak semata wayangnya tersebut.
"Oya, besok ayah mau menangkap ikan di sungai dekat air terjun, apa Thantan mau ikut?" kata ayah Thantana lagi, begitu melihat anaknya itu terbawa suasana sedihnya.
"Mau... mau... asik?" jawab bocah kecil bertelanjang dada itu, sembari melonjak lonjak menghampiri ayahnya lalu memeluknya.
***** Bersambung *****