Melinda dan Rauf sudah menikah selama tiga tahun, tetapi sampai saat ini belum juga di karuniai seorang anak. tiga tahun bukanlah waktu yang singkat, hingga membuat Tini-- Ibu mertuanya meminta Rauf-- putranya untuk menikah lagi.
"nak, menikalah dengan Sintia tanpa sepengetahuan istrimu!"
bagai disambar petir disiang hari, membuat tubuh Rauf terdiam kaku dengan perasaan yang gelisa. permintaan itu benar benar membuat Rauf dilema. disisi lain dirinya tidak ingin menduakan istrinya, tetapi disisi lain Rauf juga sulit untuk menolak permintaan sang ibu.
lantas, bagaimana kelanjutannya? apakah Rauf akan mengikuti ucapan ibunya? jika iya, lalu bagaimana nasib Melinda? serta, bagaimana perasaan Melinda setelah tau jika suaminya akan menikah lagi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
tak ... Tak ... tak .... Suara langkah kaki terdengar saat seorang wanita mulai menuruni satu per satu undakan anak tangga.
Melinda putri--wanita berusia 25 Tahun, yang sudah menyandang status sebagai seorang istri selama tiga tahun, tetapi belum juga di karuniai Seorang anak.
langkah kakinya berhenti tepat di ruang makan, dimana di ruangan itu terlihat seorang wanita paruh baya yang baru saja meletakan menu makanan tepat di atas meja makan.
"Mari Bu Melinda bantu." ucap Melinda. Lalu ibu Rauf menatap Melinda dan menjawab ."tidak usah ,ini sudah siap."
"cepat panggil Rauf ,untuk sarapan!"
"baik Bu." Ucap Melinda. Lalu Melinda menuju pintu kamar , Tok.. Tok..tok..mas sarapannya sudah siap ,ibu sudah menunggu di meja makan.
Terdengar suara mengetuk pintu. Rauf langsung keluar dari kamarnya ,dengan wajah tampan dan berpakaian rapi .
"iya sayang, mas lagi sudah siap. habis sarapan mas langsung ke tempat kerja." Jawab Rauf pada Melinda.
Lalu Melinda dan Rauf berjalan sambil berpegangan tangan ,menuju meja makan. sampai di meja makan ,mereka duduk dan mulai sarapan.
"kapan kalian berdua punya anak?" tanya ibu Tini kepada Rauf dan Melinda.
" Sabar Bu. ni kami lagi sedang berusaha
."jawab Rauf kepada ibunya.
" Ibu sudah ingin punya cucu Rauf." ucap ibu kepada Rauf.
"Melinda, kalau kamu masih juga belum bisa kasi Rauf keturunan, kamu harus merelakan Rauf, untuk kawin lagi!" .
ucap ibu Tini, kepada Melinda dengan kasar.
melinda hanya terdiam, dan meneteskan airmata.
"Ibu. kenapa ibu bicara seperti itu kepada Melinda?" tanya Rauf kepada ibunya.
"ibu pengen punya cucu Rauf, ibu mau kamu punya keturunan ,ibu tidak mau kamu punya istri mandul, seperti Melinda." Ucap ibu Tini kepada Rauf , dengan marah.
" udah.. ibu mau siap-siap ke kampung dulu, mau melihat perkebunan yang di olah oleh paman Adi.
Kamu urus istri kamu, yang mandul itu!"
ucap ibu Tini kepada Rauf dengan kasar.
Tidak lama ibu Tini pamit.
" Rauf ibu mau berangkat dulu ke kampung." Teriak ibu Tini kepada Rauf dari mobil.
"iya Bu,hati-hati di jalan Bu!" jawab Rauf kepada ibunya.
Melinda masih menangis, karna memikirkan perkataan ibu mertuanya.
"Udah lah sayang.. maafkan perkataan ibu tadi ya. " ucap Rauf sambil mencium kening Melinda.
"Mas, mau pergi kerja dulu sayang." ucap rauf.
" iya mas. hati-hati di jalan." jawab Melinda kepada Rauf. Sambil membereskan meja makan yang berantakan.
Hari mulai gelap. Melinda baru saja selesai mandi ,dan siap-siap untuk sholat magrib. sudah jam 8 malam, Rauf tiba dari tempat kerjanya, dan masuk ke dalam rumah, Dan mengetuk pintu. Tok..tok..tok.."sayang buka pintunya!" panggil Rauf kepada Melinda.
Rauf mencoba membuka pintu, Ternyata Melinda tidak menguncinya, Rauf masuk, dan melihat Melinda tertidur dengan pakaian sholatnya.
Tiba -tiba ada suara memanggil.
" Rauf ayo sini makan malam nya sudah ibu siapin." teriak ibu Tini kepada Rauf.
" Iya Bu." jawab Rauf, sambil berjalan menuju meja makan.
"Istri kamu mana?"tanya ibu Tini.
"sudah tidur Bu." jawab Rauf.
"ya, sudah, makan lah!" nanti kalo sudah bangun, kamu suruh makan istri kamu itu." Ucap ibu Tini kepada Rauf.
"Rauf. kamu sayang kan pada ibu?" tanya ibu Tini kepada Rauf.
"Iya Bu sayang ,kenapa ibu bertanya seperti itu?" tanya Rauf kepada ibunya.
"kalo begitu, menikah sirih lah, dengan Sintia anak tetangga ibu dulu, waktu di kampung!" dia cantik ko, soal Melinda, nanti kamu cerita kalo sudah menikah. lagian kan, istri kamu itu, tidak bisa Kase kamu keturunan. Jadi wajar kan, kalo kamu menikah lagi."
ucap ibu Tini kepada Rauf.
"Tapi Bu." tanya rauf.
"Tidak usah, tapi-tapi. pokonya kalau kamu sayang ibu, harus turuti perkataan ibu. kalau tidak, ibu akan cabut semua Asep yang ibu percayakan kepada kamu, Setelah ayah kamu meninggal, Dan silahkan angkat kaki dari rumah ini." ucap ibu tini dengan tegas.
"Ibu...baik lah. aku akan ikutin perkataan ibu , tapi, aku tidak mau bercerai dengan Melinda bu." Ucap Rauf kepada ibunya.
"Jangan khawatir, ibu akan atur semuanya . nanti ibu sediakan rumah untuk Sintia dan kamu, untuk bulan madu." Ucap ibu Tini kepada rauf.
Besok, kita akan ke kampung, tanpa sepengetahuan istri kamu , karna Melinda jangan dulu tahu, nanti bisa gagal semuanya." ucap ibu Tini kepada rauf dengan tegas.
"Tapi bu, kalo Melinda tanya, aku harus jawab apa?" tanya Rauf kepada ibunya.
"bilang saja, kalo kita ada urusan di kampung, untuk beberapa hari." Jawab ibu Tini kepada Rauf.
"Baiklah Bu. Rauf mau tidur dulu." ucap rauf.
Sampai di kamar, Rauf mencium kening Melinda yg sedang tidur, dengan wajah yg manis dan cantik.
Hari sudah pagi. Melinda sudah menyiapkan sarapan untuk, Rauf dan ibu mertuanya, dengan berpakaian rapi, dan wajah cantik, memakai kerudung berwarna hitam.
Dug..dug..dug .terdengar suara kaki menuju meja makan. Rauf yang sudah berpakaian rapi ,dan terlihat sangat ganteng memakai celana jens, dan kaos berwarna putih, dan iya memakai jaket berwarna hitam.
"Sayang. mas mau pamit untuk beberapa hari ke kampung bersama ibu. untuk membantu paman Adi, di perkebunan teh. kamu tidak keberatan kan. ?" tanya Rauf kepada Melinda. "Tidak mas. Hati-hati di jalan ya!" ucap Melinda kepada Rauf.
"Oya mas, sekalian Melinda mau pamit ke rumah ibu. ibu kemarin telpon katanya ibu kangen." ucap melinda.
"Oh.. ya, kamu juga hati-hati di jalan, salam buat ibu, dan bapa ya.." ucap Rauf kepada Melinda.
"Iya mas." jawab Melinda kepada Rauf.
"Kamu sudah siap Rauf. ?" tanya ibu Tini kepada Rauf, dari pinggiran meja makan.
"oh iya sudah bu." jawab Rauf kepada ibu nya.
"Kalo begitu kita sarapan dulu, habis sarapan, kita langsung berangkat." ucap ibu Tini kepada Rauf.
"Oya bu. melinda sekalian numpang ya, dia mau ke rumah ibunya." Ucap Rauf kepada ibunya.
"Tidak usah, naik taksi saja kita lagi buru-buru." Jawab ibu Tini dengan kasar.
"Tapi Bu.." ucap Rauf.
"tidak apa mas, nanti Melinda naik taksi saja." Ucap Melinda kepada Rauf.
"Itu, kamu tau diri." ucap ibu Tini kepada Melinda dengan kasar.
"Oh ya mas.melinda pamit ya." ucap melinda. "Iya, hati-hati di jalanya.!" ucap Rauf kepada Melinda.
"Oh ya Bu, ayo kita berangkat." Ucap Rauf kepada ibunya.
Hari sudah siang, sebentar lagi Rauf,dan ibunya sampai di rumah paman Adi...
.