NovelToon NovelToon
TRAPPED OBSESSION

TRAPPED OBSESSION

Status: tamat
Genre:Action / Mafia / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Dark Romance / Tamat
Popularitas:63.2k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

Hulya Millicent harus terjebak dalam obsesi cinta seorang bos mafia. Dia bahkan tidak tahu kalau dirinya telah dinikahi oleh sang mafia semenjak usianya baru 18 tahun.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 1 : Kepergian Sang Ayah

...•••Selamat Membaca•••...

Hulya Millicent, gadis berusia dua puluh tahun terbangun dalam keadaan polos tanpa busana di balik selimut tipis yang menutupi tubuhnya. Dia kembali mengingat apa yang terjadi pada dirinya sebelum ini, tapi tidak berhasil mengingat apapun.

"Ini di mana? Apa yang terjadi padaku? Siapa yang membawaku ke sini?" gumamnya heran, Hulya melirik kasur dan tidak ada apa-apa, tubuhnya tidak merasakan hal aneh apapun.

Dia bangun dan mencari pakaiannya, tidak ada di dalam kamar besar itu. Hulya bahkan mencari ke walk in closet, pakaian apapun yang bisa dia pakai tapi semua itu pakaian pria.

"Bagaimana aku bisa pulang kalau begini ceritanya? Akh!" Hulya kembali ke atas kasur, memikirkan cara agar bisa menutupi tubuh polosnya yang kini hanya di tutupi dengan sehelai handuk putih.

Klek!

Marchel Grayson, pria tiga puluh tahun yang membawa Hulya ke mansion itu. Dia membawakan pakaian yang pas untuk Hulya serta makanan.

Hulya langsung berlari ke arah Marchel dan memeluk pria tegap dan tampan itu.

"Jendral, aku senang sekali, ternyata kau ada di sini," kata Hulya dalam pelukan Marchel. Pria itu memegang kedua bahu Hulya dan mengulurkan tubuh gadis itu ke depannya, menatap tajam Hulya yang membuat gadis itu bergidik ngeri.

"Kenapa memandangku begitu?" tanya Hulya mencoba untuk menyembunyikan rasa takutnya.

"Siapa yang mengajarkanmu pergi ke club malam hm?" tanya Marchel dingin, sorot matanya masih tajam, Hulya menelan ludah memikirkan jawaban yang tepat untuk Marchel.

"Aku yang ingin sendiri, hm ini rumah siapa jendral? Kok kamarnya besar sekali?" Hulya mengalihkan pembicaraan tapi sorot mata Marchel masih tajam tak terbantah.

"Ini mansionku dan jawab pertanyaanku Hulya."

"Aku sendiri yang ingin ke club, aku hanya ingin mencoba saja."

"Aku mengenalmu bukan setahun dua tahun, kau tidak pernah nyaman dengan suasana club, jujur padaku, siapa yang mengajarimu ke sana?"

"Iya iya, aku hanya ikut dengan temanku saja, dia yang ajak."

"Siapa nama temanmu?"

"Cindy."

"Kamu tahu apa yang terjadi padamu semalam?" Hulya menggeleng lemah, karena dia memang tidak mengingat apapun.

Flashback On

Marchel pergi ke club untuk melakukan transaksi senjata dengan seorang pemasok, dia menginginkan senjata yang bagus untuk menjalankan misinya beberapa minggu ke depan.

Selesai transaksi, dia akan pulang, namun tatapannya menangkap seseorang yang sangat dia kenali, ia melihat Hulya tengah dipapah oleh seorang pria menuju ke sebuah kamar yang memang disediakan di club itu.

"Hulya di New York?" Marchel mengikuti pria tersebut dan benar saja, gadis yang dipapah adalah Hulya.

Mereka memasuki sebuah kamar dan pria itu menidurkan Hulya di atas kasur. Marchel mendobrak pintu kamar tersebut dan melihat bagaimana Hulya dicumbu dan dilecehkan oleh si pria, dengan wajah bengis, Marchel menghajar pria yang berani menyentuh gadisnya hingga tak berdaya,

"Berani sekali kau menyentuh kekasihku hah?"

"Kekasihmu? Aku menyewanya dari seorang wanita dan aku sudah membayar." Marchel naik pitam dan melayangkan tinju kembali ke wajah pria itu.

"Siapa wanita itu?"

"Cindy, aku membayar gadis ini pada wanita bernama Cindy."

"Brengsek, sialan."

Wajah pria itu babak belur dibuat oleh Marchel, dia menggendong Hulya dan memasukkannya ke dalam mobil. Pakaian Hulya juga sangat sopan, tidak seperti wanita binal atau wanita yang biasa ke club untuk menjual diri mereka.

Hueekkk!!

Marchel mengalihkan pandangannya pada Hulya yang tidur di bangku tengah, gadis itu muntah berkali-kali hingga mobil Marchel menjadi kotor dan pakaian yang dikenakan oleh Hulya juga kotor.

Sesampainya di mansion, Marchel menggendong gadisnya dan meminta seorang pelayan wanita untuk membersihkan tubuh Hulya.

"Tidak ada pakaian yang cocok untuk dia tuan, saya belum mengenakan pakaian apapun padanya," lapor si pelayan pada Marchel setelah menjalankan tugasnya.

"Biarkan saja dia istirahat dulu, kamu boleh pergi."

Pelayan itu menunduk dan pergi, Marchel keluar membeli pakaian yang cocok untuk Hulya dan malam itu dia tidur di kamar lain, membiarkan Hulya istirahat dengan tenang di dalam kamarnya.

Kamar yang tidak pernah ditiduri oleh wanita mana pun dan Hulya adalah gadis pertama berada di atas ranjang Marchel.

Flashback Off

"Ooh jadi dia menjualku? Kurang ajar, aku akan kasih pelajaran sama dia, liat aja," geram Hulya dengan tangan mengepal.

"Aku sudah memberikan pelajaran padanya, lebih baik kamu mandi dan pakai ini." Hulya tersenyum dan mengangguk.

"Terima kasih jendral, jika kamu tidak datang, hm... pasti aku sudah tidak suci lagi." Hulya menyilangkan kedua tangannya di dada sambil mengangkat sedikit bahunya.

"Makanya, jangan coba-coba hal baru yang bisa merugikan kamu sendiri, sana mandi, jangan lupa itu sarapan dimakan."

"Oke."

Hulya berjalan ke kamar mandi, membiarkan air hangat menyentuh permukaan kulitnya, dia masih kesal dengan Cindy yang tega menjualnya di club.

"Awas kamu Cindy, aku akan bikin perhitungan sama kamu," geram Hulya dengan mengangkat sebelah alisnya.

Setelah mandi dan berpakaian, Hulya membawa sarapannya ke bawah dan duduk di meja makan. Melahap hingga habis semua sarapan itu dan meminum segelas susu cokelat hangat yang disiapkan untuknya.

Hulya menemui Marchel di halaman belakang, pria itu tengah berbincang dengan seorang pria yang mungkin saja itu temannya.

"Jendral." Marchel dan juga pria itu menoleh pada Hulya.

"Kemarilah!" titah Marchel tegas namun lembut. Hulya berjalan mendekati Marchel dan duduk di samping Marchel dengan senyuman yang terukir di wajah anggunnya.

"Aku mau pulang jendral, apa kamu bisa mengantarkan aku?" pinta Hulya dengan suara mendayu, selama ini dia memang begitu manja pada Marchel.

"Memangnya dalam rangka apa kamu ke New York? Apa papamu tahu kamu di sini?" Hulya mengangguk lalu menjawab. "Aku ke sini diutus untuk mewakili kampus mengikuti olimpiade, sebenarnya selesai sehari yang lalu dan akan pulang dua hari lagi, tapi aku tidak mau di sini, aku ingin pulang."

"Bagaimana hasil olimpiade-mu?"

"Aku juara jendral dan sudah memberikan kabar ini pada papa di Indonesia, dia sangat bahagia," jawab Hulya dengan semangat. Marchel ikut tersenyum, dia memang tahu kalau Hulya anak yang sangat cerdas.

"Aku bangga padamu, untuk dua hari ke depan lebih baik kamu di sini dulu, aku yang akan mengantarkan kamu ke Indonesia." Hulya tersenyum senang.

"Benarkah?"

"Iya, nanti kita bisa cari oleh-oleh untuk kamu bawa." Hulya memeluk erat Marchel.

"Makasih ya," ucap Hulya, Marchel mengusap kepala gadis itu dengan lembut.

Setelah Hulya pergi, Alexio Alessandro, sahabat Marchel terlihat bingung.

"Dia gadis yang sangat kau cintai itu bukan?" tanya Alexio.

"Iya, kenapa memangnya?"

"Kenapa dia memanggilmu jendral? Sejak kapan kau jadi jendral?"

"Dulu itu dia selalu memanggilku paman, aku tidak mau dan panggilan itu membuat aku merasa sangat tua. Karena dia sering melihat aku memerintah anggota dan banyak orang yang tunduk padaku, dia memiliki panggilan baru yaitu jendral. Aku sudah sering katakan padanya untuk memanggil nama saja, tapi dia tidak mau, ya daripada paman, lebih baik aku dipanggil jendral." Jawaban Marchel membuat Alexio terpingkal.

"Apa dia tahu kalau kau mencintainya?"

"Tidak, belum tepat juga jika aku mengutarakan sekarang, lebih baik menunggu dia lebih dewasa sedikit lagi."

"Jangan sampai kau tertikung oleh pria lain, aku lihat-lihat, dia sangat cantik dan menarik."

"Aku tahu bagaimana cara menjaganya dan tidak akan ada yang bisa menikungku." Marchel tersenyum dan Alexio mengerti dengan senyuman itu.

Marchel sudah lama kenal dengan Hulya, semenjak gadis itu kecil, karena dulunya, papa Hulya menjadi orang kepercayaan orang tua Marchel. Hulya juga sering dibawa oleh papanya ke mansion kedua orang tua Marchel, mereka cukup dekat hingga saat ini.

Hanya saja, Hulya menganggap Marchel sebagai paman dan Marchel tidak menginginkan hal itu. Setiap ada pria yang mencoba untuk mendekati Hulya, pasti dihabisi oleh Marchel, karena dia tidak ingin disaingi oleh siapapun untuk mendapatkan Hulya.

"Apa dia masih sering mencarikanmu jodoh?" tanya Alexio lagi.

"Yah, dia selalu merasa kasihan padaku karena tidak pernah melihat aku memiliki kekasih." Marchel dan Alexio saling tertawa.

...***...

"Tolong jangan biarkan Hulya kembali ke Indonesia Marchel, biarkan dia di sana dan jangan katakan padanya mengenai semua ini. Jika waktunya tepat, kau bisa menceritakan padanya semua yang terjadi." Suara Amar di seberang sana membuat Marchel khawatir, dia sudah mengutus beberapa anak buahnya membantu Amar, ayah Hulya.

"Anak buahku akan datang Paman, kau tetaplah mencari tempat yang aman."

"Aku tidak memiliki banyak waktu, berjanjilah padaku untuk selalu menjaga Hulya, sayangi dan jaga dia. Aku pamit."

"Paman—" sambungan telfon itu diputuskan secara sepihak oleh Amar. Marchel terus meminta pada orang kepercayaannya di Indonesia untuk melindungi Amar apapun yang terjadi.

Satu jam setelah itu, dia mendapatkan kabar kalau Amar meninggal karena dibunuh oleh beberapa musuhnya. Marchel diam terpaku, dia gagal.

"Apa yang akan aku katakan pada Hulya nanti? Dia pasti akan sangat sedih jika tahu papanya meninggal," lirih Marchel, dia membalikkan tubuhnya menghadap pintu, dan melihat Hulya sedang berdiri dengan air mata yang telah membanjiri kedua pipinya.

"Hulya," gumam Marchel.

"Papa? Aku mau pulang jendral, aku mau ketemu papa," tangis Hulya, ia langsung dirangkul oleh Marchel dalam pelukannya.

"Aku mengerti dengan perasaanmu, kita akan ke sana malam ini."

Marchel meminta Louis untuk mengurus keberangkatan dirinya dan Hulya malam ini ke Indonesia.

Setelah perjalanan panjang dilalui, Hulya tidak mendapati jenazah papanya lagi, karena telah dimakamkan oleh anak buah Marchel. Hulya hanya diam terpaku di depan makam sang ayah, tidak ada lagi keluarga yang dia miliki, karena selama ini dia hanya hidup berdua dengan Amar.

"Aku tidak punya siapa-siapa lagi, papa sudah pergi, aku sama siapa?" Marchel merangkul Hulya dengan lembut, membiarkannya menangis.

"Masih ada aku, jangan merasa sendiri." Hulya hanya bisa memeluk Marchel tanpa menjawab perkataan Marchel lagi.

...•••Bersambung•••...

1
Caterine Selyn
Nyeseknya kak aku, kayak gimana gitu ya. Marchel ini emang kasar, tempramental dan kejam tapi semua karena rasa hancur yg tersebab juga. Kenapa aku gak rela mereka cerai? Karna mereka ini masih saling mencintai dan Marchel juga tidak selingkuh atau main wanita, dia secara gak langsung butuh Hulya utk mengendalikan diri dia sendiri.

Cepat kak lanjut lagi ke series 2 pliiisss gak sabar aku nungguinnya
Caterine Selyn
Gini ya, gue emang kesel sama Marchel karena sikap dia. Tapi kok ya sedih banget ampe sini
Dasolin Anelle
Cepat lanjut season kedua kak
Voji Aliye
Lanjut series kedua kak, nungguin ini
Dohi Wechi
Lanjut lagi series 2 kak, kok sedih ya sama mereka. Jadi gak rela mereka berpisah
Jefia Andri
Kok aku malah mewek gini sih, berasa gak rela mereka berpisah 😭
Jefia Andri
Baru timbul rasa kasihanmu Marchel, kemarin2 kemana aja?
Adira
Kak bisa banget sih kata2 nya bikin aku mewek /Sob/ cepat rilis judul selanjutnya kak
Adira
Sebenarnya Marchel itu emang ada masalah di kontrol emosi dia, kalau dia tenang baik banget malah. Begini kek kasian banget tau gak /Cry/
Juwita
Nikahin aja si Hulya Dexter, biarin ajalah si Marchel tengil itu, geram gue
Juwita
Lo aja sampai hati ama dia, lo sehat gak sih?
Caterine Selyn
Bawa lari ajalah Hulya itu, Dexter. Biarin aja si Marchel tengik tu
Caterine Selyn
Lo ini masih gak bisa kontrol emosi terus berharap Hulya balik? Lo benar2 gak waras ya Marchel
Adira
Salah kamu sendiri Marchel, bagus kalau Dexter mau ambil posisi kamu. Dia jauh lebih baik nge treat Hulya ketimbang kamu. Emosi gue ama si Marchel/Angry/
Adira
Bagus Hulya, sesekali Marchel itu emang harus dikerasin biar gak terlalu semena-mena dia sama kamu👍
Adhisty Madrie
cerai aja hul
Ciyoxi Radelly
Marchel ini anomali macam apa ya? (Bertanya dgn nada lemah lembut)
Julia Anjani
Padahal Hulya segitu cintanya sama Marchel dan udah benar2 bergantung secara mental ama suaminya, eh malah disakitin sedemikian rupa. Nangis banget aku tuh, berharap Dexter nikahin Hulya dan bawa deh ke Sisilia
Emilie Sopyan
Nikahin aja si hulya dexter, kasian banget liat dia tersiksa mulu sama si Marchel ini
Dewi Dejiya
Aku sampai speechless loh sama Marchel ini, kok ya sampai hati menyiksa hulya segitunya, padahal dia tahu kalau istrinya gak bersalah sama sekali bahkan Hulya udah memohon dengan air mata tapi dia gak peduli. Betul kata hulya dulu, cinta macam apa sih yang dikasih Marchel ke dia?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!