Satria turun dari dalam taksi yang membawanya pulang ke rumahnya sore ini. Karena mobil yang dia sering bawa, sudah ditahan di perusahaan,dan tidak menjadi hak milik Satria lagi. Dengan gontai dia berjalan masuk ke dalam rumah yang disambut dengan pemandangan dimana istri dan putrinya Lisa sedang duduk bersama di ruang tamu, dengan ponsel di tangan masing-masing.
Hal seperti ini sudah menjadi pemandangan lumrah di keluarga yang sudah dia bangun selama 20 tahun, dimana sepulang kerja dia tidak pernah disambut oleh istrinya, mengambil tas dari tangannya dan menyaliminya, seperti halnya istri pada umumnya.
Satria menghela nafasnya dengan keras. Selama ini, dia merasa cuek saja dengan hal seperti ini. Tapi hari ini, dia merasa sudah salah dalam menjalani rumah tangganya, dimana dia menjadikan uang dan harta sebagai pondasi dalam membagun kebahagiaan keluarganya.
Satria mendaratkan tubuhnya duduk di sofa dekat dengan istrinya seraya meletakkan tas kerjanya di atas meja.
"Sayang, Lisa, Handponenya bisa diletakkan sebentar?! ada yang mau papah bicarakan." Satria memulai percakapan.
"Nanti aja Pah! nanggung ini!" Lisa masih belum melepaskan pandangannya dari layar ponselnya, dengan sekali-kali tertawa, entah apa yang dia tertawakan hanya dialah yang tahu.Sedangkan Rina istrinya tidak menggubris sama sekali.
Brakk ...
Satria menggebrak meja, karena kekesalannya sudah sampai ke ubun-ubun ditambah dengan karirnya yang kandas semakin menyulut api emosi, yang sudah dari tadi menyala di kepalanya.
"Kalian berdua, bisa tidak menghargaiku sekali saja, hah?!" intonasi suara Satria kini sudah meninggi, sehingga Rina istrinya dan Lisa terjengkit kaget, dan merasa sedikit takut melihat sorot mata Satria yang sudah gelap karena tertutup oleh amarah yang amat sangat.
"M-mas kamu kenapa?pulang-pulang kok marah-marah?" ekor mata Rina tertarik keatas,bingung melihat perubahan suaminya.
"Kamu juga, suami baru pulang kerja, tidak kamu sambut sama sekali, istri macam apa kamu?!" suara Satria masih tetap tinggi.
"Bukannya biasanya seperti ini? kenapa sekarang jadi kamu permasalahkan hah?!" Rina tidak mau kalah.Emosinya juga kini sudah tersulut.
"Papah, kenapa sih,pulang-pulang marah? bikin mood Lisa jelek aja deh!" sungut Lisa.
"Diam kamu! jadi anak gak tahu sopan santun kamu!" kedua netra Lisa membesar,kaget melihat kemarahan papahnya. Baru kali ini Lisa melihat Papahnya marah,mulai dari kecil sampai dia sebesar ini.
"Lihat,anakmu. Gara-gara didikanmu, dia sekarang tumbuh jadi anak yang kurang ajar dan tidak memiliki etika sama sekali." sambung Satria kembali sembari menghunuskan tatapan yang sangat tajam ke arah Rina.
"Hei, kenapa kamu jadi marah-marah sama putri kita? lihat, dia sudah ketakutan sekarang! kamu juga jangan asal main salahin orang ya! apa kamu selama ini, juga sudah jadi seorang papah yang baik?" tantang Rina,tidak gentar walau mendapat sorotan tajam dari Satria.
Satria menarik nafas dalam-dalam,lalu menghembuskannya perlahan. Dia melakukannya beberapa kali, untuk bisa mengontrol emosi yang sudah sampai ke ubun-ubunnya.
"Baiklah! maafkan papah Lisa! Sekarang kalian duduk dulu! karena ada hal penting yang harus aku sampaikan pada kalian berdua." Emosional Satria sudah mulai bisa dikendalikan. Dia kini sudah mulai bisa berbicara lembut pada istri dan putrinya.
Rina dan Lisa akhirnya menuruti perintah Satria, untuk duduk kembali dan mendengarkan apa yang mau dibicarakan oleh Satria.
"Begini, sayang, Lisa, mulai besok Papah sudah turun jabatan sebagai staf biasa di perusahaan Wijaya! dan___"
"Apa?! kenapa bisa? berarti nanti kamu tidak bisa menggelapkan uang lagi dong? kalau kamu turun jabatan, skincare aku bagaimana? uang arisan berlian aku bagaimana? aku juga jadi gak bisa beli pakaian, sepatu, dan tas-tas branded lagi dong!" bukannya malah prihatin, Rina malah sibuk memikirkan kepentingannya sendiri dan popularitasnya dengan teman-teman sosialitanya.
"Kamu ya, bukannya prihatin, masih memikirkan gengsi kamu." suara Satria kembali meninggi.
"Apa itu,karena masalah Lisa dan putrinya Pah? kalau iya, besok Lisa akan mendatangi mereka berdua dan minta maaf Pah! Lisa gak mau nanti jadi bahan olok-olokan teman-teman Lisa, kalau tahu papah turun jabatan." sama seperti mamahnya, Lisa sama sekali tidak berempati pada papahnya, tapi panik dengan pandangan orang nanti padanya.
"Kalian berdua kenapa bisa seegois ini, yang hanya memikirkan gengsi masing-masing, hah?! kalian berdua sama sekali tidak ada yang ber empati pada Papah?__Lisa asal kamu tahu, ini bukan karena masalah kamu dengan putri Pak Seno, tapi karena Papah sudah ketahuan banyak menggelapkan uang perusahaan."
Kedua netra Rina dan Lisa membesar dengan sempurna,mendengar penuturan Satria.
"Beruntung Pak Seno masih baik, masih tetap memperkerjakan Papah di perusahaan, walaupun harus turun jabatan. Setidaknya kita masih bisa hidup dengan gaji papah, yang walaupun tak sebesar dulu, tapi cukup untuk biaya hidup kita."
"Cukup bagaimana Mas? maksud Mas kita tiap hari akan makan dengan tempe, tahu dan telur? aku tidak mau Mas! Apa nanti kata teman-temanku? aku bisa malu Mas!" pekik Rina tidak terima dengan apa yang terjadi.
"Kamu kenapa sih masih memikirkan apa kata teman-teman kamu? kamu seharusnya berterima kasih,karena aku tidak dijebloskan ke dalam penjara. Dan satu hal lagi, rumah ini, apartemen, villa, mobil dan semua tas-tas branded serta perhiasan-perhiasan kalian, terpaksa harus dijual, untuk mengembalikan uang yang telah aku gelapkan."
"Bagai petir di siang bolong, yang datang tanpa adanya hujan, penuturan Satria membuat Rina dan Lisa shock dan histeris.
"Tidak mau! Lisa tidak mau Pah! Lisa lebih baik mati dari pada harus malu, diolok-olok sama teman-teman." raung Lisa sembari memeluk Rina mamahnya.
"Mas, bagaimanapun caranya, aku tidak setuju rumah dan semua harta kita dijual! Mas harus cari cara lain buat ngelunasin hutang-hutang Mas ke perusahaan. Kalau Mas masih nekad menjualnya, kita lebih baik bercerai. Ingat ya Mas, aku bukan istri pertamamu yang bodoh, yang mau saja menerima berapapun uang yang kamu kasih." ancam Rina, yang yakin akan membuat Satria ketakutan.Karena dia tahu kalau selama ini, Satria sangat mencintainya, makanya dia rela meninggalkan istri pertamanya dengan dua orang anak.
"Apa, maksud Mamah dengan istri pertama?" Lisa tersentak kaget, mendengar rahasia yang baru saja dia ketahui ini.
"Iya, Mamah ini istri kedua,papahmu! Dia meninggalkan istri dan kedua anaknya dulu demi mamah!" ucap Rina, tanpa merasa bersalah sama sekali.
"Jadi,mamah ini dulu seorang pe__"
"Apa salahnya jadi seorang pelakor? selama itu bisa membuat kita senang, kenapa tidak? kamu pun, tidak akan mamah salahkan jika kamu mau menggaet, laki-laki kaya, sekalipun dia sudah beristri, yang penting dia bisa memberikan kita apa yang kita mau." tutur Rina merasa sombong dan bangga dengan perbuatan tercelanya.
"Diamm! ternyata selama ini aku menikah dengan orang yang salah.Aku menyesal menikah denganmu,Rina. Sekarang kalian berdua tidak punya pilihan lagi, semua aset, besok akan aku jual, dan aku tidak perduli jika harus bercerai denganmu, wanita sialan!" maki Satria yang tidak perduli lagi bagaimana perasaan Lisa yang kini sudah menangis sesunggukan.
"Mas, tidak boleh! aku tidak mengizinkanmu menjual semuanya Mas!" teriak Rina sembari mengikuti Satria yang sudah lebih dulu berjalan menuju kamarnya.
Tbc
Please tetap meninggalkan jejaknya ya gais. Like, vote dan komen. Thank You 🙏🥰🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
ᶯᵗ⃝🐍Ratu Anu👑
Mam to the pussss
2021-08-02
1
Ig:@authorlunoxs
Jijik banget emang, dasar Valak 😈
2021-06-03
0
Bang Regar
👍👍👍
2021-06-02
0