CHAPTER 3: MADING

2007

"Iraaaa..." Panggil Rita dari ambang pintu kelas.

"Ta, ini kelas keleus, bukan hutan." Jawab Ira sambil mencibikkan bibirnya.

"Lo kenapa deh pagi-pagi udah teriak-teriak gitu?" Tanya Amel sambil mengunyah roti susu cokelatnya.

"He...boh, he...boh, heboh !!" Ucap Rita dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Heboh apaan?" Tanya Ira kembali yang bingung dengan Rita.

"Di lapangan basket. Si Elena, nembak Laut lagi. Pake banner yang segede alaihim." Ucap Rita dengan heboh dan mata berbinarnya.

"What??!! Seriously?" Tanya Ira dengan keterkejutannya.

"Waduh, Bening gimana?" Tanya Amel kembali kepada Ira dan Rita.

"Bening gak masuk hari ini. Sakit katanya." Sahut Farish sang ketua kelas.

"Bening udah ngabarin lo, Rish?" Tanya Ira.

"Bukan ngabarin gue. Tapi doi ngirim surat izin sakit ke sekolah." Jawab Farish.

"Lo taunya dari mana?" Tanya Amel kepada Farish.

"Dari Bu Rini. Tadi gue ke ruangannya Bu Rini ngambil absen." Jelas Farish kepada Ira, Amel dan Rita.

"Ohh... gitu. Tapi dari kemaren Bening emang badannya udah gak enak. Demam doi." Terang Ira kepada Farish.

"Yaudah, biarin deh doi istirahat." Jawab Farish sambil berlalu meninggalkan para ciwik-ciwik itu.

"Gak Farish, gak Dito, atau Laut, cuek banget. Super duper cuek. Kasian tuh yang jadi ceweknya." Ujar Amel.

"Apa hubungannya Mel, punya pacar sama cuek??" Tanya Rita.

"Ya kalo punya pacar yang cuek, bikin sakit hati sendiri." Terang Amel.

"Salah sendiri, nyari pacar yang cuek. Nyari pacar tuh kayak gue dong. Suju (Super Junior) Oppa. Hahaha..." Ucap Ira yang mengundang tawa Rita dan Amel.

"Lo kalo ngimpi, gue bangunin dulu sini. Hahaha..." Ujar Rita yang mengundang tawa Ira dan Amel.

"Eh, ngomong-ngomong, sepi yak, gak ada Bening." Ucap Amel.

"Iya deh. Biasanya doi paling semangat kalo udah hari Jumat. Hahaha..." Ujar Rita.

"Iya, tuh anak emang aneh banget. Kalo hari Jumat, doi happy banget. Katanya seneng mau terbitin Mading sama Majas." Terang Ira.

"Cinta mati tuh kayaknya Bening sama dunia sastra. Hehehe..." Ujar Rita.

"Dari dulu sih. Dari SD, SMP bahkan sampai sekarang, Bening emang suka banget macem puisi sama cerpen." Jelas Ira yang berteman dengan Bening sejak orok. Hahaha...

"Iya, lo temenan sama Bening udah lama banget ya, Ra." Ucap Amel.

"Lumayan. Dari SD sampai sekarang berarti sudah 10 tahunan." Jawab Ira.

"Wuiidihh... udah bisa kredit motor dua tuh, Ra. Hahaha..." Sahut Rita yang mengundang tawa Amel dan Ira.

"Bisa aja luh ratu cumi. Hahaha..." Jawab Ira.

"Kayak lo enggak aja. Ikan cuek. Hahaha..." Ujar Rita.

"Samanya lo berdua. Ikan lohan. Hahaha..." Sahut Amel.

"Udah ah, ketawa terus dari tadi. Ntar nangis lagi kita. Hahaha..." Ujar Ira.

"Eh, ngomong-ngomong, pulang sekolah nanti ke rumah Bening yuk. Jenguk doi. Sepi gak ada Bening." Ucap Rita.

"Ayok. SMS Bening dulu kali ya." Ujar Ira.

"Iya, iya. Coba lo SMS, Ra. Ntar kalo udah bales, kabarin." Ucap Amel.

Ira langsung mengirim pesan sibgkat kepada Bening. Yang isi pesannya menanyakan keadaan Bening dan izin ingin berkunjung ke rumah Bening.

Tak menunggu lama, pesan singkat dari Ira pun di balas oleh Bening. Ia mengizinkan Ira, Amel dan Rita untuk berkunjung ke rumah Bening.

Mungkin ini yang disukai Bening ketika hari Jumat. Harinya menjelang libur sabtu & minggu serta hari yang pendek.

Karena sekolah hanya sampai jam 11:00 siang. Setelahnya murid-murid bisa melakukan kegiatan ekskul di sekolah.

Jam menunjukkan pukul 11:15 siang. Jam pelajaran sudah selesai. Para lelaki yang muslim melaksanakan sholat Jumat berjamaah di masjid.

Sedangkan para perempuannya sedang asyik membaca buku di perpustakaan. Ada yang asyik berlatih paduan suara dan modern dance atau juga tari saman.

Namun, untuk Ira, Amel dan Rita mereka sedang disibukkan dengan deadline Mading dan Majas. Ira sibuk mengedit dan memilah-memilah foto. Amel dan Rita sibuk dengan hiasan untuk di mading dan majalah sekolah.

Kesibukan mereka bertambah karena Bening tidak masuk di hari tersebut. Sebenarnya team mading itu bukan termasuk anak-anak yang eksis di sekolah.

Tapi, cukup banyak yang mengenal mereka. Dari kelas 1 SMA sampai dengan kelas 3 SMA. Hampir rata-rata dari mereka sering sekali untuk menitipkan sebuah surat atau pesan singkat melalui memo untuk anak mading.

Tujuan mereka bermacam-macam. Ada yang menitipkan surat cinta ajakan pacaran, ada yang menitipkan surat putus kepada pacar karena gak berani ngomong langsung atau ada juga yang sekedar titip salam.

Pada zamannya, titip salam atau lebih dikenal dengan istilah TiSam (Titip Salam) sangat digemari oleh anak-anak SMA Negeri 99 Jakarta.

Namun, tisam di mading sekolah mempunyai aturan ketat. Seperti bicara yang sopan atau tidak memaki dan menyindir pihak lain. Daripada tisam, lebih baik bicara langsung.

Peraturan tersebut sudah tertera jelas di mading sekolah dan semua murid SMA Negeri 99 Jakarta harus mentaatinya.

Jika ada yang melanggar, mereka akan kena sanksi dari pihak mading dan sekolah. Peraturan tersebut juga sudah di setujui oleh Wakasek dan Kepsek SMA Negeri 99 Jakarta.

***

GOR BASKET

"Yan, si Laut kemana deh? Bentar lagi mau latihan ini." Tanya Dito sang ketua basket.

"Gak tau gue. Tadi gue SMS belum jawab. Gak ada pulsa kali." Jawab Wayan sambil memakai sepatu basketnya.

"Lagi bimbang kali doi. Hahaha..." Ujar Farish dengan tawanya.

"Hah?? Bimbang?? Kenapa emang??" Tanya Kevin sambil mengerutkan kedua alisnya.

"Iya, si Laut kan di suruh pindah sekolah keluar Negeri sama Papanya." Terang Farish kepada teman-temannya.

"Lo tau dari mana coy?" Tanya Dito.

"Dari Laut sendiri. Makanya dari kemaren kan doi bolos kelas terus." Jelas Farish.

"Lha, si Laut mah gak disuruh sekolah keluar Negeri juga bolos mulu dia. Hahaha..." Ucap Wayan dengan tawa riangnya.

"Hahaha... si kampret. Iya bener. Iya juga ya... Hahaha..." Tawa Kevin geli sekali.

"Yang bikin Laut bimbang apa deh? Doi mah bakalan terjamin semua. Kenapa harus bimbang coba?" Tanya Dito.

"Ya bimbang dong, To... kan ninggalin wadon di sini." Ujar Farish dengan bahasa khas Betawinya.

"Hah?? Wadon?? Apaan dah itu??" Tanya Kevin bingung.

"Itu sejenis manusia yang sering bikin pusing laki buat main tebak-tebakan." Sahut Wayan yang mengundang tawa teman-temannya.

"Ahahaha... bodoamat, Yan." Jawab Farish.

"Wadon tuh perempuan artinya, Vin. Itu bahasa Betawi. Bahasanya orang Jakarte. Hahaha..." Terang Dito kepada Kevin.

"Oohh... baru ngerti gue. Lucu ya, wadon. Hahaha..." Ucap Kevin dengan tertawa geli.

"Lha, dia senang betul. Hahaha... cina dasar." Ujar Dito kepada Kevin.

"Waahh... main ras. Gak asik nih." Jawab Kevin dengan candanya.

"Hahaha... sorry, sorry, bro... peace." Ujar Dito yang menunjukka jari telunjuk dan jari tengahnya yang menandakan salam damai darinya.

"Eh, ngomongin wadon. Wadonnya Laut emang siapa deh?" Tanya Dito kepada teman-temannya.

"Si Elena bukan?" Tanya Kevin.

"Bukan. Elena mah cuma kesetan buat Laut. Hahaha..." Jawab Wayan.

"Apa si Ratu? Saingannya Elena?" Tanya Wayan.

"Bukan cumiii..." Sahut Kevin.

"Oh, gue tau ! Si... siapa deh namanya. Yang kemarin ngeliput basket." Ujar Kevin.

"Yang ngeliput basket mah banyak, Vin. Yang mana?" Tanya Farish.

"Ira?" Tanya Farish kepada Kevin.

"Bukan. Ira kan yang kemarin rambutnya di kepang-kepang kan? Imut tuh dia. Hahaha..." Ujar Kevin dengan candanya.

"Salah fokusss, Christian Kevin Sanjaya. Hahaha..." Ucap Farish dengan tawa candanya.

"Yang mana sih? Amel? Rita?" Tanya Dito.

"Bukaann... yang rambutnya sepunggung. Panjang nanggung rambutnya. Siapa sih, namanya gue lupa. Yang anak mading." Terang Kevin yang masih gemas dengan daya ingatnya.

"Semua juga anak mading, Keviinnn..." Ucap Wayan gemas kepada Kevin.

"Eh, iya, ya. Hahaha... cantik kok anaknya. Baik. Ramah. Tapi gue gak suka kok sama dia. Wakakak..." Ujar Kevin dengan tawa riangnya.

"Bodoamat, Vin. Yang nanya lo suka sama dia tuh siapa???" Ujar Farish yang menonjok kecil perut Kevin.

"Anak mading siapa lagi deh selain Ira." Sahut Dito yang masih berpikir keras mengingat kembali teman-teman madingnya.

"Oohh... iya. Bening. Bening namanya. Bening ya, Vin?" Tanya Farish kepada Kevin yang sedang berganti baju basket.

"Iya, iya, bener, bener tuh. Si Bening. Nah, iya itu dia maksud gue." Jawab Kevin dengan segera.

"Bening mah emang cantik. Sesuai sama namanya. Bening. Hahaha..." Ucap Wayan.

"Lo kenal emang, Yan?" Tanya Dito.

"Kenal dong. Kan gue waktu lomba science satu team sama doi." Jelas Wayan kepada Dito.

"Oh, iya bener. Emang si Laut sikapnya agak beda kalo sama Bening." Ujar Dito kemudian.

"Bedanya?" Tanya Kevin yang sedang memakai handbandnya di pergelangan tangan.

"Lebih apa ya? Lebih perhatian kayaknya. Padahal kan lo tau sendiri, Laut anaknya cuek banget. Ada orang mati di depannya juga dia cueknya bukan main. Hahaha..." Jelas Dito.

"Mereka pacaran?" Tanya Wayan.

"Awalnya gue pikir gitu." Sahut Farish.

"Ternyata?" Tanya Kevin.

"Ternyata gak pacaran." Jawab Farish.

"Lo tau dari mana, Rish?" Tanya Dito.

"Si Bening yang bilang. Kalo mereka gak pacaran. Laut juga pas gue tanya, dia bilang gak pacaran." Jelas Farish.

"Tapi saling suka?" Tanya Wayan lagi.

"Kayaknya sih gitu." Jawab Farish.

"Macem HTS'an kali mereka." Ujar Kevin.

"HTS'an apaan, Vin?" Tanya Wayan.

"Wah... gak gaul luh, Yan. Hahaha..." Ledek Kevin.

"Siaul. Orang gue nanya juga." Jawab Wayan mencibik.

"HTS itu Hubungan Tanpa Status, Yan." Terang Dito.

"Nah, itu." Sahut Kevin sambil menunjukkan jari telunjuknya kepada Dito.

"Hubungan tanpa status? Temen rasa pacar gitu? Hahaha..." Ujar Wayan.

"Mungkin, atau rasa yang tertinggal. Wakakakak..." Sahut Farish dengan tawa riangnya yang mengundang gelak tawa teman-temannya.

"Eh, tapi Bening tuh diem-diem banyak yang suka tau." Ujar Wayan.

"Lo tau dari mana emang?" Tanya Dito.

"Lah... temen sekelas gue aja yang naksir Bening udah 3 orang. Laki semua." Jelas Wayan. Penjelasannya mengundang kegemasan teman-temannya.

"Ya, iyalah laki, Wayaann... ya kali perempuan." Jawab Dito gemas.

"Di kelas gue juga ada kok. Kelas 2 IPA 3 tuh ada 2 orang cowok naksir Bening. Kalo gak salah." Sahut Kevin.

"Iya, Bening tuh diem-diem pesonanya membius para lelaki. Hahaha..." Jawab Farish.

"Bahas luh Rish... dokter kali pake bius. Hahaha..." Sahut Dito.

***

Di Ruang Mading

"Ta, lo udah tempel karton buat tisam?" Tanya Amel kepada Rita yang sedang menggunting huruf untuk dijadikan judul tisam.

"Belum. Ini baru mau gue tempelin judulnya." Jawab Rita.

"Lo bikin judul apa buat tisam?" Tanya Amel.

"Tisam Kangen" Jawab Rita santai.

"Hah?? Kangen??" Tanya Amel dan Ira bersamaan.

"Kenapa deh?" Tanya Rita tanpa rasa bersalah.

"Ta, ya kali kangen bahasanya. Coba cari kosakata yang bagus gitu." Ujar Amel.

"Apaan ya? Kasih ide dong." Ucap Rita.

"Emm... rindu aja. Kangennya di ganti rindu." Ujar Ira.

"Boleh, boleh tuh." Jawab Amel.

"Okay. Gue ganti Tisam Rindu ya." Jawab Rita meyakinkan kedua temannya kembali.

"Sip. Bikin, tempel." Jawab Ira mantap.

"Ini kita jadi jenguk Bening gak?" Tanya Amel.

"Jadiin lah... beson libur ini. Gak apa kali maleman dikit kita pulang. Hehehe..." Ujar Ira dengan cengiran kudanya.

"Kalau gitu mending pulang dulu deh. Gak enak nih badan lengket gini." Ucap Rita.

"Yah, ntar kalo udah pulang kan males lagi gue keluar rumah. Hahaha..." Sahut Amel.

"Tapi ada benernya juga si Rita. Badan gue juga apek banget ini baunya. Hahaha..." Ujar Ira.

"Jadi gimana nih? Kita pulang dulu? Terus ketemuan di mana?" Tanya Amel kembali.

"Langsung ketemuan di rumah Bening aja gimana?" Tanya Ira.

"Iya, setuju. Biar gak tunggu-tungguan. Jadi lebih cepet. Ntar SMS aja kalo udah di sana." Jelas Rita.

"Okay. Sip." Jawab Amel.

"Yaudah, kita cepetan selesein Mading deh. Biar bisa cepet-cepet pulangnya." Ujar Ira yang di barengi dengan anggukan Rita dan Amel tanda setuju.

Tidak lama kemudian, ada 2 orang perempuan mengetuk ruang Mading.

Tok tok tok

"Iyaa... silahkan masuk." Jawab Ira, Amel dan Rita.

"Permisi, Kak..." Sapa kedua adik kelas tersebut.

"Iya... ada yang bisa dibantu?" Tanya Rita sopan.

"Iya, Kak." Jawab Yuri si adik kelas 1-3. Cantik. Mata agak sipit. Rambut panjang kuncir kuda.

"Maaf, ini dengan siapa ya?" Tanya Ira.

"Saya Yuri, Kak dan ini teman saya." Terang Yuri kepada Ira, Amel dan Rita.

"Mia." Jawab Mia dengan senyum ramahnya.

"Yuri dan Mia. Ada yang bisa dibantu?" Tanya Amel lagi.

"Iya, Kak. Kami ingin titip salam tapi melalui puisi. Apakah boleh?" Tanya Mia.

"Tisam melalui puisi? Maksudnya salam yang disampaikan tersirat melalui puisi gitu ya?" Tanya Rita.

"Iya, Kak. Apakah bisa?" Tanya Yuri.

"Bisa aja dan boleh. Tapi, kita juga masih seleksi beberapa puisi. Jadi kita gak bisa janji puisi kalian bisa langsung di pampang. Gimana?" Jelas Ira.

"Iya, Kak gak apa. Yang penting boleh dan diizinkan." Jawab Yuri.

"Boleh kok. Tapi kita baca dulu boleh? Puisinya maksudnya." Tanya Amel.

"Boleh, boleh Kak." Jawab Mia sambil menyerahkan puisinya.

Ira, Amel dan Rita membaca secara bersama dan bergantian.

"Kalau boleh tau, puisi ini ditujukan untuk siapa ya?" Tanya Ira.

"Tapi kalau mau dirahasiakan gak apa juga." Sahut Amel kemudian.

"Emm... puisi yang saya buat, saya tujukan ke Kak Kevin, Kak Ira, Kak Amel dan Kak Rita." Jawab Yuri malu-malu.

"Kevin mana ya?" Tanya Ira.

"Kevin yang pemain basket inti sekolah kita?" Tanya Amel.

"Iya, Kak. Benar. Kak Kevin yang pemain basket." Jawab Yuri dengan wajah bersemu merah.

"Oohh... Kevin yang itu. Iya, iya, tau gue." Jawab Ira yang telah mengingat Kevin itu siapa.

"Kalau Yuri ke Kevin. Kalau Mia ke siapa?" Tanya Rita.

"Apanya yang ke siapa?" Tanya Amel kembali.

"Tisamnya maksudnya." Jelas Rita.

"Ke Kak Dito Kak Rita." Jawab Mia malu-malu.

"Waah... anak basket laku keras ya, Buuk... Hahaha..." Ujar Amel dengan candanya yang mengundang tawa teman-temannya.

"Okay, nanti kita coba masukin di lembar tisam ya. Tapi kita usahain dulu. Mudah-mudahan ada tempat. Hehehe..." Jawab Ira dengan senyum sumringahnya.

"Makasih ya Kak. Makasih banyak Kak Ira, Kak Amel dan Kak Rita." Ucap Yuri dan Mia.

"Iya, sama-sama." Jawab Ira, Amel dan Rita.

"Oh, iya, Kak. Mau tanya boleh?" Tanya Yuri yang sudah siap keluar ruang mading tapi balik badan lagi.

"Boleh. Silahkan. Mau tanya apa?" Tanya Ira.

"Kak Laut itu sekelas sama Kakak-kakak kan ya?" Tanya Mia.

"Iya. Laut sekelas sama kita. Kenapa memangnya?" Tanya Ira kembali.

"Kak Laut udah punya pacar ya, Kak?" Tanya Yuri.

"Setau gue sih belum ya..." Jawab Amel.

"Emang kenapa deh nanyain Laut?" Tanya Ira.

"Tisam buat Kak Laut dari Sandra temanku, ya Kak." Jawab Mia dengan cengiran kudanya.

"Ohh... okay. Nanti disampein kalau ketemu." Jawab Ira.

"Kalau gitu, kami permisi Kak. Terima kasih, kakak-kakak cantik..." Ucap Yuri dan Mia.

"Kembali kasih Yuri dan Mia..." Jawab Ira, Amel dan Rita.

Setelah Yuri dan Mia kembali ke kelasnya. Ira, Amel dan Rita kembali ke tugasnya masing-masing.

"Sandra tuh yang mana deh?" Tanya Rita.

"Sandra tuh anak tari saman bukan?" Tanya Amel.

"Iya. Sandra adeknya Sari." Jawab Ira.

"Sari kelas 2 IPS 1?" Tanya Amel.

"Iya. Yang montok itu lho..." Ucap Ira hmyang mengundang gelak tawa Amel dan Rita.

"Harus banget ya di kasih keterangan montoknya?" Tanya Amel yang masih tertawa geli.

"Hahaha... enggak gitu. Tapi Sari kan emang famous dengan body montoknya. Apalagi kalau dia lagi ng'dance. Wuuiihh... cowok-cowok baris paling depan. Hahaha...." Jelas Ira kepada Amel dan Rita.

Rita hanya mendengarkan Ira dan Amel bergosip ria. Ia hanya tertawa kecil mendengar celotehan kedua temannya itu.

Tok tok tok

"Iya, silahkan masuk." Jawab Amel.

"Woy !!" Sapa Laut kepads mereka.

"Jiiaah... gue pikir siapa." Jawab Amel.

"Wuiidih... tamu jauh." Ledek Ira.

"Eehh... ada pangeran kodok. Hahaha..." Ujar Rita yang mengundang tawa Laut.

"Ada apaan cuy?" Tanya Ira.

"Bening mana?" Tanya Laut.

"Lha, Bening kan gak masuk. Masa lo gak tau." Jawab Rita.

"Hah?? Gak masuk? Kenapa?" Tanya Laut kembali.

"Sakit, bro... demam katanya." Sahut Amel.

"Tapi kok gue SMS gak dibales ya?" Tanya Laut.

"Dia mah kan emang gitu. Gatel tangannya kalo megang hp. Hahaha..." Jawab Ira asal.

"Garuk." Jawab Laut.

"Mau dong digarukin..." Jawab Amel bercanda manja.

"Pake pacul garuknya." Jawab Laut kembali. No expression.

"Dih alah... laki sih gak ada romantis-romantisnya." Ucap Amel.

"Gue balik." Ujar Laut.

"Idih, kesini gitu doang." Jawab Ira.

"Eh, iya. Laut !!" Panggil Rita.

"Apaan !" Jawab Laut ketus.

"Dapet tisam." Ucap Rita.

"Hah? Tisam?" Tanya Laut bingung.

"Iyaaa... titip salam, Lauutt..." Jawab Ira.

"Oh." Sesingkat itu Laut menjawab.

"Dapet salam luh. Dari Sandra kelas 1-3." Ujar Rita.

"Oh." Laut menjawab sambil berlalu pergi.

"Heett... tuh anak yak. Ora jelas bener." Sahut Amel.

"Gue mah bingung sama Laut sama Bening. Udah tau sama-sama saling peduli. Tapi kenapa gak pada sadar sama perasaan masing-masing ya?" Tanya Rita.

"Mereka tuh sadar betul perasaan mereka, Ta." Terang Ira.

"Tapi kenapa gak jadian aja gitu?" Tanya Rita.

"Banyak fakto buat mereka jadi HTS'an." Jawab Ira.

"Hubungan Tanpa Status maksudnya?" Tanya Amel meyakinkan kembali.

"Iya. Dari SMP lho Laut sama Bening begini. Tarik-ulur gitu." Jelas Ira.

"Tapi Laut peduli banget sama Bening ya. Keliatan sayang banget gitu ke Bening." Ujar Rita.

"Ya sayanglah... namanya cinta." Sahut Amel.

"Kita suruh mereka jadian aja. Hahaha..." Ucap Rita dengan tertawa riang.

"Kalau bisa mah udah dari dulu kali mereka pacaran, Ta." Sahut Ira.

"Hhuuft... yasudahlah." Jawab Rita pasrah.

Tok tok tok

"Iya... silahkan masuk." Jawab Rita sambil membukakan pintu ruang mading.

"Hai." Sapa Tyo si Kakak Kelas. 3 IPA 1.

"Hai juga." Jawab Rita.

"Ada yang bisa dibantu?" Tanya Ira.

"Ada." Jawab Tyo.

"Apa?" Tanya Ira kembali.

"Saya mau cari tau secret admirer saya siapa." Terang Tyo kepada Ira, Amel dan Rita.

"Melalui tisam?" Tanya Rita kemudian.

"Iya." Jawab Tyo.

"Gue harus gimana?" Tanyanya kembali.

"Kak Tyo tinggal tulis di kertas warna bentuk persegi itu. Warnanya bebas, apa aja terserah kakak." Jelas Amel yang menunjukkan kertas memo warna-warni kepada Tyo.

"Gue tulis sekarang, nanti tolong di tempel ya." Ujarnya.

"Okay." Jawab Rita.

"Emang secret admirer nya ganggu banget ya, Kak?" Tanya Ira.

"Sebenarnya gak ganggu. Tapi gue risih aja. Setiap pagi pasti ada aja di meja gue. Kue lah, cokelat lah, bunga, softdrink, macem-macem deh pokoknya. Kan agak risih ya... karena itu di kelas. Males aja dengerin cuitan-cuitan temen-temen." Terang Tyo kepada Ira, Amel dan Rita.

"Ooh... gitu... ternyata punya secret admirer itu juga gak enak ya..." Jawab Amel.

"Yah... gitu deh. Hahaha..." Jawab Tyo.

Tak lama berselang, Tyo pamit undur diri setelah menyerahkan tisamnya yang ditujukan kepada secret admirer nya.

"Perasaan hari ini kok banyak ya yang tisamnya langsung ke kita. Biasanya kalo tisam kan tinggal tulis di kertas, terus tempel sendiri. Ini kenapa pada dateng ke ruang mading, deh." Ujar Rita.

"Iya, ya. Hiasan gue jadi ketunda-tunda. Hehehe..." Jawab Amel.

"Biarin deh. Biar mading kita minggu ini rame." Jawab Ira.

"Iya, bener." Jawab Amel dan Rita.

Kegiatan terbit mading hari ini pun berjalan lancae meski terbitnya agak telat. Karena ada beberapa tamu yang datang langsung ke ruang mading.

***

Terpopuler

Comments

xk_ekga🤓

xk_ekga🤓

kocak nih gaya tulisx thor

2020-08-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!