"Kandung ya?"
Bisma menyandarkan punggungnya di dalam mobil sambil menunggu Zani keluar kelas.
Gelak tawa kecil Bisma terdengar sampai bangku belakang. Sampai akhirnya suara itu perlahan menghilang karena pawangnya sudah terlelap sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Gerakan tangan naik turun di depan wajah Bisma. "Kakak tidur ya?" Karena tidak ingin mengganggu istirahat Bisma, Zani memutuskan untuk bermain handphone di samping Bisma sambil menunggunya terbangun.
Cukup lama, Bisma tidak kunjung terbangun, handphone Zani juga lowbat. Tubuhnya pun mulai lemas karena belum terisi sesuatu dari tadi siang. Ia pun menyusul Bisma ke alam di bawah sadar.
*Drett
drett
drett*
Getaran sebuah ponsel membangunkan Bisma dari tidurnya.
"Handphone siapa sih? Ganggu aja." Tanya Bisma kepada dirinya sambil menggeliat.
"Udah pulang ya?"
Bisma pun melajukan mobilnya ke rumah tanpa membangunkan Zani.
"Jam setengah enam? Kenapa kamu nggak bangunin kakak Zan? Awas aja kakak juga nggak mau bangunin kamu." Gumam Bisma sambil sesekali melihat adiknya yang masih terlelap di sampingnya.
"Iya kenapa ma?"
"Udah sore kok belum sampai rumah?"
"Maaf mi, tadi Zani ada urusan jadinya pulangnya sorean."
"Ya sudah, hati-hati jangan ngebut"
"Siap mi, ini Bisma sama Zani sudah hampir sampai."
Mobil mereka sudah memasuki gerbang dan langsung Bisma parkirkan di garasi, karena ia sudah tidak akan pergi kemana-mana.
"Belum bangun ya? Ya sudah kamu maksa kakak buat lakukan ini." Seringai wajah Bisma tergambar pada bibirnya yang tersenyum.
Kedatangan mereka sudah ditunggu oleh Mayang yang sudah berdiri di depan pintu.
"Loh, Zani kenapa Bis?" Melihat tubuh lemas Zani yang terpejam di gendong Bisma Mayang sedikit khawatir.
"Ketiduran."
"Ya sudah, bawa dia ke kamarnya."
Saat Bisma hendak keluar kamar, suara lirih terdengar dari tas tempat tidur.
"Kakak." Panggil Zani lirih.
Bisma menoleh dan melihat Zani sedang menepuk-nepuk kasur di sampingnya. Tanda bahwa Zani ingin Bisma duduk di sampingnya.
Bisma melangkahkan kakinya menuju ke dekat Zani dan duduk di sampingnya.
Zani meraih tas yang ada di meja belajar dan mengeluarkan kotak kecil berwarna biru. Yang langsung ia sodorkan kepada Bisma.
"Ini apa Zan?"
"Kalo mau tau buka dong!" Jawab Zani.
Bisma pun membuka kotak tersebut dan langsung tertawa hingga terdengar sampai bawah.
"Kenapa kak? Jelek ya?"
Tawa Bisma tidak kunjung berhenti hingga membuat wajah Zani mulai memerah karena marah.
Deg
Saat tubuh Bisma menempel pada tubuh Zani. Ya, untuk pertama kalinya Bisma memeluk Zani cukup lama.
"Makasih ya Zan hadiahnya, kakak janji akan merawatnya dengan baik." Bisma berbicara di dekat telingan Zani.
"Iya kak sama-sama. Maaf ya." Jawab Zani.
"Kenapa minta maaf?" Tanya Bisma sambil perlahan melepaskan pelukannya.
"Bonekanya jelek."
"Nggak. Ini boneka paling bagus yang pernah kakak lihat. Kakak janji akan membawa boneka ini kemanapun kakak pergi."
Zani tersenyum lebar dan mengecup pipi Bisma seperti yang sering ia lakukan kepada Risa dan Pandu.
Rona wajah Bisma terlihat jelas, ia pun langsung beranjak pergi dari kamar Zani karena tidak ingin Zani melihat pipinya yang memerah.
***
"Buahahahaha."
"Kenapa lo ketawa?"
"Ini apa Bis? Buruk amat."
"Apa lo bilang?"
"Ini lebih buruk daripada yang dijual sama abang-abang tukang mainan di depan. Hahahaha."
Bruk
Bisma mendorong tubuh Risma hingga terbentur meja.
Semua temannya yang melihat kejadian ini segera menarik Bisma agar berhenti.
"Kakak."
Bisma seketika langsung menoleh ke sumber suara karena ia mengenali suara itu. Zani sudah berdiri di depan meja Bisma. Dan pastinya sudah melihat kejadian barusan.
Sebelum Bisma menjawab panggilan Zani, Zani sudah lebih dulu keluar dari kelasnya.
"Zani tunggu!" Bisma langsung berlari mengejar Zani.
Ia berhasil meraih tangan Zani yang langsung di hempaskan oleh Zani.
"Zan."
"Zani kira selama ini kakak baik, ternyata kakak semena-mena sama perempuan."
"Maksud kamu?"
"Kenapa kakak tadi nyakitin kak Risma?"
"Tadi-" Belum juga Bisma menyelesaikan ucapannya, Zani sudah kembali berlari.
Kali ini Bisma tidak mengejar Zani, karena ia tahu jika Zani sudah benar-benar marah. Ia pun akhirnya kembali ke kelasnya.
Brak
Meja paling depan bergetar tidak terkecuali penghuni meja tersebut.
"Gara-gara lo, sekarang Zani marah sama gue. Lo harus tanggung jawab!"
"Kok gu gue."
"Bis, sudah!" Ujar Akbar yang sudah berjaga-jaga di sampingnya.
"Diem lo Gedhe."
"Kok lo malah ngatain gue sih Wayang?" Jawab Akbar tidak terima dengan ejekan Bisma.
"Lo bilang apa barusan?"
"Wayang. Emang kenapa?"
"Pergi nggak! Kalau nggak gue gorok leher lo."
"Ris, tolongin gu-"
Akbar menoleh ke bangku Risma yang ternyata kosong. "Loh Risma kemana?"
Salah satu teman Risma menunjuk arah keluar memberitahukan jika Risma sudah keluar dari kelas saat mereka berdua beradu mulut.
"Gara-gara lo Risma kabur kan, dasar Gedhe, jumbo, raksasa." Teriak Bisma mencaci-maki Akbar.
"Wayang nggak jelas, mulai detik ini sampai satu menit kedepan gue marah sama lo Wayang."
Akbar tidak akan marah dengan Bisma, ia sudah sangat hapal dengan perilaku Bisma yang sering ceplas-ceplos saat hatinya sedang kacau.
Zani sudah duduk di bangkunya dan menenggelamkan wajahnya di atas meja.
Riani yang baru saja tiba dari kantin langsung menegurnya. "Zan, lo udah ke kantin?"
Zani hanya menggelengkan kepalanya sambil masih tertunduk.
"Nih gue beli roti, lo mau?"
"Makasih Rin, tapi gue nggak lapar."
"Lo kenapa sih Zan? Ada masalah apa?"
"Nggakpapa Rin."
"Nggakpapa apanya? Ceritain aja ke gue Zan!"
"Nggak, beneran kok gue baik-baik aja."
"Oke."
Rianipun menyantap jajanan yang baru ia beli sedangkan Zani meneruskan kegiatan melamunnya sampai bel masuk berbunyi.
"Bisma, mau ikut nggak?"
"Kemana?"
"Sosialisasi."
"Apa?"
"Masuk TNI."
"Ayo gue ikut."
Guntur mengajak Bisma menghadiri sosialisasi masuk TNI yang dilaksanakan di perpustakaan. Guntur adalah mantan paskibraka provinsi saat dulu mereka masih kelas sepuluh sedangkan Bisma dan Akbar hanya paskibraka kabupaten. Walaupun hanya itu, Bisma sudah ada bahan kesombongan yang dapat ia pamerkan kepada Zani dulu waktu Zani masih kelas delapan.
Flashback
"Zan lihat nih baju kenegaraan yang akan kakak pakai besok." Sambil menyodorkan handphonenya yang terdapat gambar seragam putih-putih miliki paskibraka.
"Baju apaan itu kak?"
"Kakak lolos seleksi paskibraka kabupaten, hebatkan?"
"Iya kakak hebat, tapi kenapa nggak nasional sih kak?"
"Waktu pendaftaran kakak malah ketiduran jadinya ketinggalan deh." Jawab Bisma mengada-ada, mana mungkin ketiduran.
"Yah." Zani menghela.
"Tapi nggakpapa, kakak kerenkan?"
Tanya Bisma sambil membusungkan dadanya.
Zani hanya mengangguk dan mengembalikan handphone milik Bisma.
"Semangat kakak." Ujar Zani sambil mengangkat kedua tangannya menunjukkan otot-otot bahunya yang tidak ada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
🌻Richantix🌻
hahaha mana eneng daftar keturon wes wes....bisma alesane masuk akal bingit
2020-08-19
1