Tubuh kecil Zani yang terus dipepet oleh Bisma ke tembok tidak bisa bergerak. Zani benar-benar membuat Bisma sangat marah, Zani memecahkan barang kesayangan Bisma yang telah ia rawat sejak kecil.
Sebuah guci kecil yang tidak beraturan bentuknya tidak sengaja tersenggol oleh Zani saat sedang membersihkan kamar Bisma. Guci itu yang hanya sebesar kepalan tangan dan bentuknya tidak beraturan bahkan tidak dapat berdiri dengan sempurna.
"Kamu tau, ITU APA?" Teriak Bisma di depan wajah Zani.
Bahkan Zani dapat merasakan cipratan ludah Bisma. Zani hanya menunduk dan membungkam.
Bisma mencengkram kedua pundak Zani dengan keras sehingga membuat Zani perlahan meneteskan air mata.
"cihhh." Bisma melepaskan cengkeramannya dan perlahan menjauhi Zani.
Zani hanya terdiam dan tubuhnya merosot ke bawah setelah membuat kakaknya sangat marah. Bisma kemudian keluar meninggalkan Zani di kamarnya.
Seharian setelah kejadian tadi pagi, Bisma belum menampakkan dirinya sehingga membuat Zani sedikit khawatir. Namun ia takut kakaknya masih marah kepadanya, maka dari itu Zani mencoba memasakkan makanan kesukaan Bisma dengan maksud dapat meluluhkan hati kakaknya kembali.
Suara wajan dan solet yang saling berbenturan membuat suara yang berisik.
"Heh" Zani dikejutkan dengan suara itu sehingga membuatnya menoleh seketika.
"Kakak?"
"Kamu tau? Kakak nggak bakal makan makanan itu." Ucapan Bisma seketika membuat semua aliran darah di tubuh Zani berhenti. "Masih marah ya?" Gumam Zani.
Bisma yang biasanya tersenyum dan selalu mengusap ubun-ubun Zani hari ini tidak, ia bahkan memberikan tatapan sinis dengan mata sedikit melotot.
Tidak berpikir panjang, Zani langsung berlari mengejar Bisma yang hendak menuju ke kamarnya.
"Kak, tunggu!"
Langkah Bisma terhentikan oleh suara adiknya, kemudian Bisma menoleh.
"Kakak masih marah?"
"Kamu pikir?
"Maaf kak, Zani benar-benar nggak sengaja, kalau kakak mau biar Zani ganti."
Bisma malah tertawa dan menghampiri Zani.
"Mau ganti pakai apa?" Tanya Bisma mengejek.
Zani hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaan Bisma.
"Nggak akan ada barang itu dimana pun, sampai ke ujung dunia manapun nggak ada yang bakalan bisa bikin. Itu hanya bisa dibikin oleh anak kecil ingusan yang selalu buntutin Kakak kemana pun kakak pergi." Ujar Bisma.
Zani mengerutkan jidatnya dan menggelengkan kepala. "Maksudnya?"
Bisma mengusap lembut rambut Zani yang sangat tidak tertata. Ia mendorong kepala Zani dan menempelkannya ke dadanya.
"Itu adalah hadiah pertama dari kamu Zan."
"Dari Zani?"
"Kamu ingat? Dulu waktu kakak nangis karena nggak dibelikan mainan sama papa, kamu datang sambil membawa benda itu yang masih basah dan penuh lumpur. Kamu bilang ini untuk kakak buat main sama kamu."
Zani mengeratkan pelukannya dan menangis. "Maaf kak, Zani nggak tau seberharga itu hadiah buruk dari Zani."
"Itu adalah barang yang selalu kakak bawa setiap kali kakak pergi jauh, biar kalau kakak rindu sama kamu kakak cukup pegang guci itu Zan."
"Jadi kakak udah nggak marah sama Zani?"
"Kakak nggak pernah marah sama kamu Zan. Kakak cuma nggak mau kalau kakak nggak bisa ngobatin rindu."
"Udah ah, Zani tadi udah masakin nasi goreng buat kakak."
"Nggak mau."
"Loh kenapa?"
"Kalau kamu belum ganti guci itu, kakak nggak mau makan."
"Ganti pakai apa kak?"
"Terserah kamu, yang penting benda itu hanya ada satu di dunia."
Mendengar perintah Bisma, Zani langsung berfikir apa yang akan ia berikan untuk mengganti guci itu. Dan akhirnya ia menemukan ide.
Zani bergegas pergi ke toko jahit untuk mencari peralatan yang digunakan untuk membuat boneka. Kali ini ia akan memberikan hadiah kepada kakaknya untuk yang kedua kalinya. Sebuah boneka dari kain yang diisi dengan dacron kemudian dijahit dengan penuh sayang.
Semua barang-barang telah siap, Zani masuk ke kamar dan memulai pekerjaannya.
Suara pintu terbuka, dan menampakkan Bisma di ambang pintu.
"Lagi apa Zan?" Bisma mengampiri Zani dan duduk di sampingnya.
Zani bergegas menyimpan boneka setengah jadinya.
"Nggak ngapa-ngapain kok."
"Itu apa di belakang kamu?"
"Kakak buruan keluar sana!" Perintah Zani sedikit membentak.
"Kakak mau lihat dulu hadiah yang mau kamu kasih."
"Aku nggak bakal kasih hadiah, kalau kakak nggak keluar dari kamar Zani sekarang juga."
"Oke sayang, kakak keluar." Bisma keluar dari kamar Zani dan menuju ke sofa depan TV.
Hari Minggu yang sangat membosankan, itulah yang ada di benak Bisma. Karena hari ini Pandu dan Risa sedang menjenguk orang tua mereka yaitu kakek dan nenek Bisma dan Zani di luar kota.
Bisma juga tidak berani membujuk Zani untuk pergi jalan-jalan karena malu dengan apa yang ia perbuat tadi pagi. Kemungkinan juga besok pagi Zani akan berangkat sekolah bersama Juna karena ia tau jika Zani pasti sudah menelpon Juna saat tadi pagi mereka bertengkar.
Sejam berlalu Zani belum kunjung keluar kamar, Bisma sangat kesepian hanya suara TV yang mengajaknya mengobrol. Zani adalah tipe anak yang apabila baru saja marah, ia tak akan keluar kamar dalam waktu yang lama.
Saat Bisma sedang berjalan mengambil makanan di dapur, tiba-tiba suara TV yang tadinya keras menjadi tidak bersuara, seluruh ruangan yang tadinya terang menjadi gelap gulita.
"MAMAA." Terdengar suara teriakan Zani dari dalam kamar.
Bisma buru-buru berlari menuju kamar Zani untuk mengecek keadaan Zani.
"ZAN."
Setelah mengambil senter dari ruang tengah Bisma menyorotkan senter itu ke segala sudut kamar Zani dan menemukan Zani duduk ketakutan di sudut kamar.
Bisma mengampiri Zani dan terhenti langkahnya saat senternya tidak sengaja menyorot kaki Zani yang berlumuran darah segar.
"Zan, kamu kenapa?" Tanya Bisma khawatir.
"Sasakit kak, jangan di pegang." Ujar Zani sambil menangis.
Bisma kembali keluar untuk mengambil kotak p3k.
Kaki Zani sudah terbungkus kain kasa yang dipakaikan oleh Bisma. "Mama di mana kak?"
"Mama sama papa belum pulang."
"Aku nggak berani tidur sendiri kalau gelap gini kak." Zani memegangi lengan Bisma dengan kuat.
"Mau kakak temenin?"
Zani mengangguk, mereka pun tidur di atas ranjang yang sama setelah delapan tahun.
Setelah Zani terlelap, Bisma membalikkan badannya dan wajahnya menghadap wajah Zani. Ia dapat merasakan hembusan napas Zani yang teratur. Bisma hanya tersenyum dan menyusul Zani ke alam mimpi.
Mereka tidur bersama di suasana rumah yang gelap, hanya cahaya bulan yang menyinari mereka berdua dari celah-celah ventilasi kamar Zani.
Suara tetangga yang masih ribut mencari lilin dan senter, gemuruh mesin motor yang mondar-mandir di depan komplek, tidak membuat tidur Bisma dan Zani terganggu. Hanya ada rasa risih yang dirasakan Zani yang terpaksa tidur di samping Bisma.
Sebaliknya dengan Bisma, ia sangat berterima kasih kepada Tuhan karena dapat tidur di samping adiknya yang paling ia sayangi sepanjang malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
lalalisa
Keren kak ceritanya. Semangat up terus ya kakak, sudah aku like .
Mampir juga yuk kak ke karya ku
judulnya: TERJEBAK CINTA SAHABAT
2020-06-07
0