Kesal

"Assalamualaikum." Pandu dan Risa pulang dari luar kota, karena macet sehingga mereka tiba sedikit terlambat.

"Bisma sama Zani pasti udah tidur mas, kita istirahat aja." Ajak Risa yang sudah kelelahan.

"Bentar mas!" Ujar Risa.

Risa melihat pintu kamar Zani yang terbuka cukup lebar, ia pun masuk dan mendapati Bisma tidur bersama Zani.

"Astagfirullah mas, Bisma tidur sama Zani."

"Suruh Bisma keluar Ris." Perintah Pandu tegas.

Risa pun mendekati Bisma dan membangunkannya perlahan-lahan supaya tidak membangunkan Zani.

Bisma langsung ditarik oleh Pandu begitu ia keluar dari kamar.

"Kenapa sih pa." Tanya Bisma dengan nada serak khas orang bangun tidur dan bahkan semua nyawanya belum terkumpul.

"Kenapa kamu tidur di kamar Zani?"

"Tadi mati listrik, Zani minta ditemenin."

Pandu hanya terdiam dan melenganggang meninggalkan Bisma di depan pintu kamar Zani dan menuju kamar kemudian disusul oleh Risa.

"Papa kenapa sih." Gumam Bisma kemudian menuju ke kamarnya sendiri untuk melanjutkan tidurnya.

Pukul setengah lima pagi, Zani sudah terbangun untuk bersiap-siap pergi ke sekolah.

Zani menuju ke kamar mandi di dalam kamarnya. Kemudian mengenakan seragam dan pergi ke ruang makan untuk sarapan.

"Kayanya hari ini gue pakai sendal aja deh." Ujar Zani ketika hendak mengenakan sepatu.

Zani menuruni tangga dengan kaki sedikit pincang. Risa yang melihatnya langsung menghampiri Zani.

"Kamu kenapa Zan?"

"Nggak papa ma, tadi malam Zani nggak sengaja nginjak pisau di kamar."

"Pisau?"

Zani mengangguk.

"Kamu nggak usah berangkat sekolah, kita periksa ke rumah sakit." Ujar Risa khawatir.

"Nggak usah ma, lagian pisaunya baru kok ma belum ada karatnya."

"Ya udah deh, tapi jangan sampai kotor lukanya."

"Iya ma, Zani bisa jaga diri kok."

Bisma datang dari kamarnya juga sudah rapi dengan seragam dan outer jaket jeans khas dia.

Bisma langsung mendudukkan bokongnya di kursi samping Zani.

"Tumben udah rapi." Sindir Zani.

"Terserah guelah." Jawab Bisma tak kalah sinis.

"Gimana kakinya? Masih sakit nggak?" Tanyanya sok perhatian.

"Udah nggak."

"Ya iyalah, kan kakak yang ngobatin pasti cepet sembuh."

"Pede banget, ini karena barusan diobatin lagi sama mama."

Risa yang mendengar dan menyaksikan anak-anaknya berdebat hanya bisa menggelengkan kepala dan tersenyum. Ia sangat beruntung mendapatkan anak-anak yang baik dan penurut seperti mereka.

Setelah sarapan, Zani langsung melangkahkan kakinya menuju teras rumah.

"Pasti nungguin cecunguk itu." Gumam Bisma setelah melihat Zani keluar Rumah.

Pukul tujuh kurang seperempat Bisma berpamitan dengan Risa karena Pandu sudah berangkat bekerja sejak sehabis subuh tadi karena takut terjebak macet.

Bisma menuju ke garasi untuk mengambil mobilnya. Betapa terkejutnya Bisma setelah melihat Zani sudah duduk manis di kursi samping kemudi.

"Loh, kamu kok bisa masuk Zan?" Tanya Bisma terheran.

"Bisalah."

Tanpa panjang lebar Bisma segera melajukan mobilnya menuju ke sekolah.

"Kirain bareng anak ingusan itu, ternyata nggak." Gumam Bisma.

Sesampainya di sekolah, Zani buru-buru membuka pintu mobil dan segera berlari sambil menahan rasa sakit di kakinya menuju ke kelasnya sebelum Bisma kaluar dari mobil dan membukakan pintu untuknya.

Bisma tidak mengejar Zani dan memutuskan langsung menuju ke kelasnya karena ia tau bahwa Zani pasti masih sedikit kecewa dengannya.

Bel istirahat sudah berbunyi, semua anak-anak berhamburan keluar kelas, ada yang menuju ke kantin, masjid, ruang guru, ruang BK, dan sebagainya.

Namun Zani hanya termenung dan tidak keluar kelas. Ia kemudian mengeluarkan kotak kecil berwarna biru.

"Zan, ke kantin yuk!" Ajak Riani.

Zani hanya menggelengkan kepalanya tanda jika ia tidak ingin pergi kemana-mana.

"Napa sih nih anak?" Tanya Riani dengan dirinya sendiri.

Zani sangat merasa bersalah telah meninggalakan Bisma begitu saja. Zani tau jika Bisma pasti sangat marah dengan Zani walaupun ia bilang dia sama sekali tidak marah.

Sebaliknya, Bisma juga sangat merasa bersalah telah memarahinya. Ia juga tau jika Zani pasti sangat marah dengannya.

Inilah masalah Bisma dan Zani yang sangat lama dan sulit diselesaikan, karena mereka saling mengira hal yang sama.

Risma melintas di samping tempat duduk Bisma dan langsung mendudukkan bokongnya di samping Bisma yang kebetulan sedang ditinggal Akbar ke kantin.

"Kenapa Bis? Ke kantin yuk!" Ajaknya.

"Lo sendiri aja sana." Jawab Bisma datar.

Risma adalah wanita yang dari dulu terkenal suka dengan Bisma namun tidak ditanggapi oleh Bisma. Dan selama ini Bisma juga belum pernah pacaran, jangankan pacaran jatuh cinta saja belum pernah. Entah apa yang Bisma pikirkan, banyak wanita yang berusaha mendekatinya namun semua ia hiraukan.

Bisma dulunya adalah pelatih tonti saat kelas sebelas, hampir semua adik kelas wanita didikannya kesemsem dengan ketampanan Bisma yang "setinggi langit dan sedalam lautan" julukan yang diberikan oleh Akbar teman sebangkunya yang terkadang benci dengan ketampanan Bisma.

Setelah pelajaran hari ini selesai, Zani sudah duduk di depan ruang BK yang tidak jauh dari gerbang.

Juna yang menyusul Zani dari belakang menepuk pundak Zani.

"Zan, bareng gue yuk!"

"Iya Jun, gue tunggu di sini."

Juna kemudian mengambil motornya di parkiran.

Tidak lama kemudian, tiba-tiba dari kejauhan batang hidung Bisma kelihatan. Ia kemudian menghampiri Zani.

"Tunggu, kakak anterin pulang.

"Nggak usah." Jawab Zani sinis.

"Kamu mau jalan kaki?"

"Males."

"Nah terus?"

"Tuhh." Zani menunjuk ke depan dan Juna pun tiba dengan motornya.

"Bareng dia?"

"Iyalah, ya udah Zani pulang duluan kak."

Setelah kepergian Zani dan Juna hati Bisma merasa panas dan bergegas menuju ke kelasnya, karena hari ini ia ada les tambahan. Oleh sebab itu, ia tidak dapat pulang bersama Zani.

"Dasar cecunguk, kurang ajar, awas aja Lo, tunggu pembalasan gue." Bisma mengepalkan tangannya keras dan tiba-tiba menggebrak mejanya yang membuat teman-temannya terkejut tidak terkecuali Akbar.

"Lo kenapa sih Bis?"

Bisma sama sekali tidak menjawab pertanyaan Akbar.

Akbar yang sudah sangat mengenal sifat Bisma hanya diam dan berfikir. "Ni anak pasti lagi ada masalah sama adeknya."

Akbar kebetulan adalah teman Bisma sedari SMP, sehingga ia sudah sangat hafal dan terbiasa dengan kelakuan Bisma.

"Ya udah, kalau lo diem gue mau telpon Zani dulu"

Bisma langsung meraih tangan Akbar dan menariknya sehingga tersungkur di meja tepat di depan Bisma duduk.

"Awas aja kalau lo macem-macem." Ancam Bisma.

"Iya-iya, Lo kenapa sih Bis cerita sama gue."

"Lo tau kan? Juna teman sekelas Zani."

"Juna? Oh yang dulu pas tonti di barisan depan itu kan?" Akbar dulunya juga pelatih tonti bersama Bisma.

"Hem." Jawab Bisma singkat.

"Emang kenapa?"

"Dia kayanya suka sama adek gue."

"Ya terus apa salahnya, Zani juga udah gedhe bagus dong kalau dia ada pacar."

"Lo berani bilang itu lagi, gue gorok leher lo Bar."

"Astagfirullah leher gue." Ujar Akbar sambil memegangi lehernya.

"Lagian lo kenapa sih posesif banget sama adek lo." Tanya Akbar.

"Gue cuma nggak suka ada laki-laki dekat sama Zani selain gue."

"Bisma Bisma." Ujar Akbar sambil menggelengkan kepalanya.

"Nggak mungkin kan gue suka sama adek sendiri?" Tanya Bisma yang membuat Akbar sangat terkejut.

"Ppfftt, ya nggak mungkinlah Bis. Mana ada kakak jatuh cinta sama adek kandungnya sendiri." Jawab Akbar sedikit jengkel.

Terpopuler

Comments

M Akhis

M Akhis

klu gue tebak zani tu anak angkat deh...soalnya d awal td kn dh d crtain ma bisma....pliiiiinnnggg...

2020-08-16

4

Merry Do Rego

Merry Do Rego

author, Bisma sama zani saudara kandung atau saudara angkat???¿?

2020-07-08

7

Belove

Belove

ada tuh si Bisma yg gantengnya setinggi langit sedalam lautan...kesengsem ma adek sendiri🙄

2020-06-25

6

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!