Chapter 1

Ketika sedang berlari Alana tak memperhatikan langkahnya yang alhasil...

"Bughhh, Maaf maaf gue ngga sengaja" Seru Alana saat dia menabrak seseorang.

"Kok dia ngga nolongin gue sih, dasar ngga punya hati" Kata Alana dalam hati. Sambil berdiri dan membersihkan pakaiannya dari debu.

"Ya" Begitulah suara berat yang Alana dengar. Seketika Alana mengangkat kepalanya untuk melihat siapa pemilik suara itu.

Betapa terkejutnya dia saat melihat cowok yang sekarang ada di depan matanya. Cowok yang memiliki ketampanan diatas rata-rata dengan rahang yang kokoh dan body yang sempurna layaknya cowok yang selalu berolahraga serta tak lupa iris mata yang berwarna biru menunjukkan bahwa cowok ini merupakan memiliki darah bule.

Saat Alana sedang terpukau tanpa dia sadari cowok itu telah pergi entah kemana, menyisakan Alana layaknya orang kesambet setan di pagi hari.

"Alana kok lo diam di situ sih?" Teriak Sinta yang menyadari Alana tidak berlari di belakangnya.

Teriakan Sinta membuyarkan lamunan Alana yang menyadari cowok yang ntah namanya siapa telah hilang dari pandangannya. Dia pun celingak-celinguk mencari cowok yang tadi ditabraknya.

"Loh dia pergi kemana? Kok udah ngga ada?" Begitulah kata hati Alana.

"Al, Ayo kita udah telat banget ini" Tambah Sinta yang melihat Alana bukannya berlari mengejarnya malah tetap ditempat dan ntah sedang mencari siapa.

"Iya Sin Iya, tungguin" Akhirnya Alana pun berlari menyusul Sinta yang juga telah berlari.

"Siapa yah cowok tadi, bodoh banget sih gue ngga sempat kenalan. Pokoknya gue mesti cari tau dia siapa" Gerutu Alana dalam hati.

Ketika mereka tiba di lapangan semua orang yang ada ditempat itu menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan. Baik dari teman sesama mereka maupun dari para senior yang menjadi panitia kegiatan ini, yang jelas mereka berdua tau setelah anak-anak yang lain bubar mereka bakal dapat hukuman yang ntah itu apa.

"Oke semua bisa ke ruangan masing-masing sesuai dengan yang gue bacakan tadi" Begitulah kata-kata seorang panitia berpenampilan menor yang diketahui namanya Jesika Amir atau yang kerap disapa Jesi.

Semua Maba yang ada di lapangan akhirnya membubarkan diri hal itu juga berlaku bagi Alana dan Sinta yang berusaha berbaur dengan teman-temannya agar dapat terhindar dari hukum namun sayangnya nasib baik sedang tidak berpihak pada mereka.

"Hei!!! Kalian berdua mau ke mana?" Begitulah teriakan dari kakak senior yang didengar oleh Alana dan Sinta. Tanpa nama mereka disebut pun mereka juga tau bahwa yang dipanggil barusan itu adalah mereka.

"Mau ke ruangan kakak" Jawab mereka kompak.

"Enak aja udah datang telat mau main kabur" Sahut Jesi. Yah orang yang memanggil mereka adalah Jesi, senior yang desas-desus dari anak-anak tadi di barisan bahwa dia dan genknya merupakan senior paling killer. Tamat lah sudah riwayat kedua remaja ini.

"Mampus kita" Bisik Sinta

"Hei bicara apa kalian" Pekik Mitha yang dapat ditebak segenk dengan Jesi.

"Nggg ngggak bicara aaapa-apa kakak" Jawab Sinta gugup.

"Dimas, mereka berdua enaknya kita apain?" Teriak Jesi memanggil Dimas yang berada tidak terlalu jauh dari mereka.

"Lari 10 putaran" Jawabnya dengan tetap menampakkan kedinginan nya.

"Loh bukannya itu cowok yang tadi gue tabrak yah? Jadi namanya Dimas" Seru Alana dalam Hati.

"Lu ngga salah Dim? Yakin lu cewek secantik mereka dibuat lari 10 putaran" Potong Aldo tak terima dengan hukuman yang diberikan Dimas. Namun sayang Dimas tetaplah Dimas dia tidak akan kira-kira dengan hukuman yang diberikan.

"Diem Lo Do, ngga usah bela-belain mereka deh! Kalau salah yah mesti dihukum" Seru Vita dengan nada tinggi.

"Tapi kan ka..." Jawab Aldo.

"Udah ngga usah sok jadi pahlawan kesiangan deh lo! Playboy cap badak" Tambah Vita lagi, dan berhasil membuat siapa pun yang mendengarnya pasti tertawa.

"Udah udah semua kembali kerjakan tugas masing-masing dan kalian berdua mulai lari. Akhirnya Dimas angkat bicara dan ketika itu terjadi tidak ada yang dapat membantah dia.

Semua orang yang berada di lapangan pun bubar kecuali dua orang remaja yang harus berlari menyelesaikan hukumannya.

"Ini semua gara-gara lo nih Na, kan gue jadi kena" Protes Sinta. Bagaimana tidak dia harus berlari 10 putaran yang akan membuat badannya lengket dan bau keringat.

"Hehehe maafin gue yah Sin kan ngga sengaja, Gara-gara Darwin kurang ajar itu, akhirnya gue bangun telat" Seru Alana sambil membujuk temannya.

"Tau ah gue males sama lo" Ngambek Sinta yang meninggalkan Alana dan mulai berlari

"Yah Sin maafin gue dong. Gue janji deh abis ini gue traktir sepuas lo. Yah yah yah maafin gue" Seru Alana yang berlari di sebelah Sinta sambil membujuknya. Maklum lah Sinta emang doyan makan namun ngga bisa gemuk dan itu emang jurus ampuh buat membujuk dia. Sinta pun mulai terpancing

"Bener yah awas aja lo ampe bohong. Btw kenapa lagi tuh si kampret" Seru Sinta

" Iya Sin bener. Udah ah ngga usah bahas dia dulu gue males" Jawab Alana.

Mereka pun berlari, namun tanpa mereka sadari sejak tadi ada cowok yang sedang memperhatikan mereka berdua dari kejauhan.

"Kok kamu bisa Ada disini sih? Itu bener-bener kamu atau aku salah orang? Dan itu ngga mungkin Tapi kalau itu bener kamu, kenapa kamu ngga ngenalin aku? Apa yang udah terjadi sama kamu? Begitulah pertanyaan-pertanyaan yang terlintas dipikiran cowok itu sekarang.

Ketika pertama kali melihat cewek yang selama ini tetap mengisi hatinya namun sudah tidak mengenalinya lagi.

"Tapi itu lebih baik setidaknya kamu udah bahagia sekarang meskipun tanpa aku" Tambahnya lagi dengan melihat pemandangan dua remaja yang sedang berlari dan saling tersenyum satu sama lain.

Dia tetap setia melihat dari kejauhan dan sesekali ingin membantu ketika cewek itu terjatuh namun hal itu dicegahnya. Dia sudah bertekad selama wanitanya bahagia dia tidak akan hadir dengan membawa luka lagi. Dan akhirnya kedua remaja itu meninggalkan lapangan karena telah menyelesaikan hukumannya. Mereka yang niatnya ingin mencari minum terlebih dahulu harus diurungkan dan masuk ke ruangan karena di cekal oleh Jesi.

"Hei! Kok lo disini? Dicariin anak-anak dari tadi" Tegur Alfin mengacau lamunan cowok itu. Alfin bingung tidak biasanya temannya ini akan berdiri melamun tidak jelas

"Eh... Sorry Fin" Jawabnya kemudian pergi meninggalkan tempat itu dan meninggalkan Alfin yang masih mencari objek yang telah dilihat oleh temannya. Kemudian dia menyadari bahwa dirinya ditinggal.

"Woy... Tungguin dong" Teriak Alfin namun tak dapat respon.

.

.

.

.

.

.

.

#Gimana menurut kalian part ini?

Terpopuler

Comments

nggi*anggi

nggi*anggi

10 putaran ? ngos ngosan gak tuh

2021-04-09

0

bulan

bulan

kyk nya menarik

2020-03-23

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!