Zulfa dengan semangat, mengambil bahan-bahan yang dia perlukan. Untuk pembuatan kue keringnya.
"Kamu mau bikin apa tho?''
"Pastel, unthuk yuyu, antari. Sementara itu dulu."
"Aku pesan, masing-masing 1 kg. Kalau bisa besok jadi, bagaimana?''
''Benarkah?''
''Besok aku mau jenguk anakku, di Malang. Sekalian berkunjung ke saudara yang di sana."
"Jam berapa?"
"Insya Allah , Sore."
"Bisa, bisa, mbak. Insya Allah bisa."
Setelah semua bahan yang dia perlukan sudah terkumpul di meja kasir, mbak Suci menghitung semuanya.
"Semua habis 350 ribu."
"Maaf, mbak Suci. Hanya ada 100 ribu. Yang lainnya nanti. Aku bawa dulu, boleh?"
"Ya, Fa. Aku ngerti kok. Sudah jangan kamu pikirkan. Pikirkan pengembaliannya saja, hehehe ...." kata Suci sambil tertawa.
"Maaf mbak."
"Jangan diambil hati, Fa. Aku hanya bercanda kok."
"Makasih, mbak Suci."
"Iya, Fa. Semoga kamu nggak bosan belanja di sini."
"Ya mbak."
"Pelaris-pelaris."teriak mbak Suci mengiringi langkah kaki Zulfa pergi.
Dengan langkah lebar dia menuju ke rumahnya. Sesampai di rumah disambut Malika yang mengucek-ucek matanya di depan pintu.
"Rupanya putri bunda sudah bangun."ujar Zulfa menatap putrinya dengan senyuman.
"Bunda, kemana sich. Lika cari dari tadi tak ada."
"Bunda belanja sayang, nich."
"Mana oleh-olehnya."
Dengan setia dia mengekor pada bundanya yang berjalan ke arah dapur. Zulfa hanya tertawa melihat putrinya itu.
"Sebentar, ya."
Untunglah, tadi dia tidak lupa mengambil 2 batang wafer, untuk oleh-oleh ke dua anaknya.
Setelah meletakkan semua belanjaan nya di meja dapur, dia mengambil wafer itu, diberikannya pada Lika, yang masih setia menanti.
"Ini." kata Zulfa. Sambil bercanda memberikannya pada Lika. Lalu meninggalnya. Mengambil beras yang baru dibelinya, dibersihkan, menjerangnya di atas kompor.
"Mama, mbak Suci pesan kue yang mau kita buat."
"Alhamdulillah, semoga ini bertanda baik, buat usahamu."
"Amiiiin." sahut Zulfa.
"Hari ini masak apa, Nduk." Panggilan sayang yang membuat hati ini nyes, seperti mendapatkan air zam-zam dari Mekkah.
"Mama mau dimasain apa?"
"Mama sih peyetan tempe sudah cukup. Untuk Lika dan Irwan?"
Selalu itu yang mama pikirkan, cucu-cucunya.
"Pagi ini, cukup telor mata sapi kesukaan mereka. Nanti siangnya sayur bening dan dadar jagung."
"Bagus lah."
Tak terasa matahari sudah beranjak naik, sepertinya Irwan belum bangun juga. Zulfa segera menuju kamar Irwan. Tapi ternyata yang dicarinya sudah tidak ada. Kemana perginya ....
Setelah mencari-cari di setiap sudut rumahnya, akhirnya ketemu juga. Ternyata dia asyik bermain tanah dengan adiknya. Entah bikin apa. Terlihat beberapa gundukan tanah yang mereka bentuk.
Tak mau membuang waktu, Zulfa kembali ke dapur mengambil nasi dan telur mata sapinya. Dengan telaten menyuapi keduanya. Hingga nasi di piring, habis tak tersisa.
"Sudah mainnya. Sekarang mandi."
"Sudah siang. Nanti telat sekolah."
"E ... e ... e ... Bunda, masih pagi." rengek Irwan.
"Irwan ...."panggil Zulfa dengan lembut, sekali lagi.
"Ya Bunda."sahutnya tanpa meninggalkan permainannya.
"Irwan ..., anak bunda yang sholeh dan rajin belajar." panggilnya dengan banyak pujian.
"Hehehe... ya Bunda."
Akhirnya Irwan mau berdiri. Lalu mengibas-ngibaskan bajunya, agar terbebas dari tanah.
" Lika, mandi juga."
Malika ini lebih menurut dari pada kakaknya. Mungkin karena dia perempuan.
Namanya juga anak-anak. Dimana pun berada, selalu punya ide untuk membuat alat-alat di sekitarnya menjadi permainan yang mengasyikkan.
Baru ditinggal sebentar, untuk menyiapkan baju. Air yang ada di bak sudah berubah warna dan penuh busa. Yang bikin berang bundanya.
"Sudah, sudah. sini kalian." kata Zulfa sambil mengambil slang yang ada di dekatnya. Dia menyemprot keduanya hingga bersih. Lalu memberi masing-masing sebuah handuk.
"Kalian masuk. Tunggu bunda di dalam."
Zulfa pun membereskan kehebohan yang diperbuat krucilnya. Lalu menyusul mereka setelah semua beres.
Alhamdulillah, mama Halimah turun tangan juga. Ikut memakaikan baju keduanya. Sehingga saat Zulfa masuk, tinggal menyisir rambutnya.
"Zulfa, kapan kamu bikinnya?"
"Setelah mengantarkan sekolah Irwan, Ma."
"Sudah, kamu mulailah bikin sekarang. Biar mama yang mengantarkan Irwan sekolah. Sekalian mama mampir ke adik kamu, Indah."
"Saya takut, nanti Irwan merepotkan mama"
"Irwan, hari ini bundamu sibuk, mau bikin kue. Diantar sama eyang ya ...."
"Bunda mau bikin kue, Eyang"
"Tanya itu sama bundamu itu!"
"Benar, Bunda?"
"Ya." kata Zulfa sambil membereskan sisir dan bedak, untuk diletakkan di tempatnya.
"Baiklah, Irwan diantar sama eyang putri saja sekolahnya. Soalnya asyik,"katanya senang.
Mamanya memang sering memanjakan mereka. Sehingga kadang-kadang membuat Zulfa malu. Sudah tak pernah memberinya uang. Ini malah anak-anaknya sering meminta sesuatu pada mamanya.
"Nanti belikan Irwan mobil-mobilan ya, Eyang putri." ucapnya tanpa dosa.
"Irwan ...." tegur Zulfa.
Yang ditegur, sepertinya nggak peduli.Dia menggandeng eyang nya, hendak berangkat ke sekolah.
"Salim dulu sama bundamu." tegurnya.
Diapun segera menghampiri bundanya dan mencium tangan bundanya.
"Irwan pergi sekolah dulu, Bunda. Assalamualaikum ....." kata Irwan.
"Wa'alaikum salam .... Ingat, nggak boleh nakal."
"Ya, bunda." jawabnya.
Irwan menggandeng neneknya, dan berjalan ke luar untuk ke sekolah dengan hati senang.
Tak usah menunggu keduanya menghilang, Zulfa menuju dapur. Dan membuat kue sesuai rencana. Kebetulan semua sudah di kuasainya. Sehingga tak perlu waktu lama untuk membuat adonan unthuk yuyu. Kemudian menggorengnya. Dengan setia, Lika duduk di sampingnya, untuk mencicipi karya pertama bundanya.
Lika yang sangat suka dengan kue itu, begitu kue itu di angkat dari penggorengan, langsung mengambil kue tersebut. Dan memakannya. Sehingga satu gorengan yang pertama habis olehnya. Mau dicegah, kasihan juga. Zulfa pun membiarkannya.
Ya memang dasar anak-anak, selalu saja ingin menunjukkan sesuatu yang dia suka kepada teman-temannya. Tak terkecuali Lika. Dia membawa setelangkup kue itu kepada teman-temannya.. Dan membagikannya dengan gratis.
Para ibu yang menyaksikan putra-putri mereka kembali dengan membawa kue pun tertarik, dan mencicipinya. Karena memang kue itu sangat lezat. Dengan cepat, mereka menuju rumah Zulfa, untuk memesan kue tersebut.
Alhamdulillah, awal pembuatan kue ini sukses. Hampir 8 kilo unthuk yuyu, yang dia buat, sudah terpesan semua. Begitu juga dengan rencana membuat antari 5 kilo serta 7 kilo Pastel kering juga sudah terpesan semua. Tinggal membuatkannya dengan bahan yang ada. Rezeki anak Sholeh ....
Ketika Irwan pulang sekolah, sudah selesai yang unthuk yuyu.Sedangkan antari baru dalam tahap pembuatan adonan. Untuk sementara dihentikan dulu. Untuk menyiapkan makan siang mereka dan mengantarkan mereka tidur siang.
"Bagaimana, Fa?"
"Alhamdulillah, Ma. Tetangga banyak yang pesan."
"Kok bisa?" tanya mama Halimah heran, "Bagaimana bisa mereka tahu."
"Ya, itu semua berkat bagian pemasaran cilik kita." kata Zulfa sambil tertawa.
"Maksudmu?"
"Lika."
Mama Halimah kelihatan semakin tak percaya.
"Tapi ya gitu, 3 kali angkatan habis oleh dia dan teman-temannya." kata Zulfa tertawa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Uthie
👍👍👍👍👍 suka ceritanya
2021-08-09
0
Mommy Gyo
3 like hadir thor mampir dikaryaku cantik tapi berbahaya
2021-08-05
0
ANAA K
Lanjutt thor
2021-06-21
0