💗💗💗
Pagi telah tiba, tapi sayangnya matahari masih bersembunyi dibalik awan. Luciana terbangun dari tidurnya, melangkahkan kaki jenjangnya kedekat jendela melihat cuaca mendung diluar sana. Kicauan burung menyambut pagi yang dingin dengan desiran angin yang sedikit kencang membuat cuaca pagi terasa dingin menusuk hingga tulang.
Saat sedang asik menikmati udara pagi dengan kicauan burung yang bernyanyi, terdengar sayup sayup suara Gina yang selalu membangunkan Luciana setiap pagi bak alaram pagi yang selalu berbunyi.
"Ana sayangg ayo bangun hari sudah siang" Luciana melangkahkan kaki jenjangnya untuk bergegas meraih handuk pink yang tergantung disebelah lemari.
Hampir tiga puluh menit Luciana bersiap dan sudah rapi dengan dress putih bunga bunga bertali tipis dengan panjang diatas lutut yang memperlihatkan lekuk tubuhnya, ditambah cardigan merah yang membuat penampilan Lucian terlihat sempurna.
"Pagi ayah, bunda" ucap Luciana menarik kursi dan duduk di samping kanan ayahnya.
"Mau kemana, anak bunda sudah rapi saja jam segini" Gina mengoleskan slai kacang kesukaan Luciana diatas roti tawar.
"Bukannya hari ini kamu libur" ucap Harry yang selalu membaca koran sebelum sarapan pagi.
"Hari ini Ana ingin bertemu dengan teman teman bun yah, sekalian ngerayain ulang tahun Margaret" meraih roti yang berisi slai kacang buatan Gina.
"Asal hati hati jangan ngebut " ucap Gina.
"Siap bos" ucap Luciana yang memberikan senyum manisnya.
"Habiskan makananmu" ucap Harry.
Sederhana tapi bahagia, itulah yang terjadi dikeluarga ini. Perusahan Dimitri baru saja merintis binisnya selama dua tahun terakhir ini. Karna itu keluarga ini masih dipandang rendah oleh beberapa rekan bisnis diluaran sana yang sudah mendunia.
Walau masih terbilang baru, Harry tak pernah menyerah untuk membuat binisnya semakin maju dan berkembang.
Atas kegigihannya ini yang mampu membuat bisnisnya sedikit demi sedikit menjadi semakin maju.
♥️♥️♥️
Sedangkan disisi lain Vano masih asik dengan kasur empuk dan alam mimpinya.
Come on boy ini sudah hampir jam dua belas siang masih asik aja dialam mimpi.
"Aku yakin beruang kutup itu masih ada dialam mimpi" ucap Richard yang menikmati minumannya.
"Aku rasa begitu" Ucap Alvin yang meraih ponselnya dan mencari nama Vano dideretan kontak ponselnya.
"Aaahh tak bisakah orang orang ini tak menggangu tidurku" ucap Vano kesal karna ponsel ini terus saja berbunyi menganggunya.
Vano meraih ponselnya dan menggeser tombol berwarna hijau.
"Hai, beruang kutup apa kau masih berhibernasi" ucap Alvin dari seberang telpon.
"Bisakah kau tak menggangguku pagi hari seperti ini" ucap Vano dengan nada kesal.
"Apa kau tak memiliki jam, matahari bahkan sudah hampir terbenam" ucap Richard yang merampas ponsel Alvin.
"Sial sudah jam dua belas ternyata" guman Vano yang melihat jam di ponselnya.
"Come on boy, apa kau terkena serangan amnesia mendadak" Richard semakin menjadi jadi menggoda Vano.
"Apa maksudmu b*d*h"
"Oohh tidak nampaknya beruang kutub satu ini memang terkena serangan amnesia mendadak" ucap Richard dengan menggunakan line speaker aktif agar Alvin bisa ikut meledek Vano.
"__" taka ada jawaban dari Vano.
" Kami tunggu kau ditempat biasa dalam waktu sepuluh menit, jika tidak kau harus membayar semua waktuku yang terbuang " ucap Alvin dan mematikan sepihak line telpon. Mereka pun tertawa puas karna bisa menggoda Vano.
"Sial kenapa aku bisa lupa jika ada janji dengan dua manusia b*d*h itu" guman Vano yang langsung melangkahkan kakinya menuju kamar mandi.
Sepuluh menit apa mereka bercanda jarak tempat ini dengan Restoran tempat mereka sering berkumpul cukup jauh. Nampaknya mereka memang tak punya otak.
Selang beberpa menit Vano bersiap dan meraih kunci motor yang selalu dikendarainya. Jangan tanyakan lagi berapa kilometer per jam kecepan motor yang dikendarai oleh Vano untuk sampai ditempat itu.
Gara gara ulah dua manusia itu kini Vano harus melajukan motornya dengan kekuatan diatas rata rata.
Hingga hanya beberapa menit ia bisa sampai ditempat itu dan memarkirkan motor kesayngannya.
Jangan tanyakan hampir semua mata para gadis yang berada disana tertuju padanya.
Kaos hitam ketat yang memperlihatkan lekuk tubuh kekarnya ditambah parah tampan mampu menghipnotis para wannita disekitaran dan rasa ingin memilikinya pasti ada disemua benak para wanita.
Saat Vano berjalanan menghampiri Alvin dan Richard ponselnya terus berbunyi.
"Sial, tak bisakah ponsel ini berhenti berbunyi" guman Vano yang meraih ponsel yang berada disakunya.
Brraaakk
"Tak bisakah kau berjalan dengan hati hati tuan" Ucap Luciana yang bajunya sudah basah karna tambahan minuman.
"Maafkan beruang kutub ini nona" ucap Richard sembari mengulurkan selembaran tisu untuk gadis yang berada dihadapannya.
"Apa maksudmu" ucap Vano yang tak terima dengan perkataan Richard barusan.
Beruang kutup ?? kau cari mati boys, bisa saja Vano mematahkan kaki jenjangmu hanya dengan satu sentuhan jarinya.
"Terimakasih" ucap Luciana meraih tisu itu, merasa tisu itu tak cukup untuk membersihkan tumpahan minuman yang mengotori dress cantik yang dikenakannya. Akhirnya gadis itu pergi ke toilet.
"Maaf, kurasa aku harus membersihkan ini" baru saja kakinya melangkah Luciana hampir saja terjatuh karena tumpahan minuman diatas lantai, untung saja tangan kokoh milik seorang lelaki tampan melesat maju hingga gadis itu masuk kedalam pelukan hangatnya.
Waktu terasa berpihak pada mereka berdua, waktu terhenti itu yang mereka rasakan, Tatapan mata saling pandang satu sama lain.
"Pelukan ini sangat terasa sangat nyaman" guman Luciana dalam hati.
"Kenapa jantung ini berdetak sangat kencang" guman Vano yang merasa bingung kenapa jantungnya berdebar tak karuan.
Richard dan Alvin hanya tersenyum melihat sahabatnya yang tak berkedip melihat gadis cantik yang sekarang berada dipelukannya.
"Apa kau akan terus diposisi itu kawan" ucap Alvin yang melipat kedua tangannya, dan memberikan senyuman liciknya.
Vano seketika melepaskan tangan kokohnya dari pinggang munyil Luciana.
"Terimakasih" ucap Luciana dan pergi meninggalkan tiga pria tampan itu dengan wajah merah padam seperti jambu air.
"Nampaknya, beruang kutub satu ini sedang jatuh cinta" ucap Richard yang memberikan senyuman liciknya.
"Apa yang kau katakana" ucap Vano yang menjitak kepala Richard.
♥️♥️♥️
Sedangkan disisi lain Luciana masih sibuk membersihkan noda yang tercipta dibaju yang ia kenakan.
"Aaah jadi basah semua ini baju, haruskah aku pulang hanya untuk mengganti baju" ucap Luciana sambil membersihkan noda bajunya.
Luciana berjalan keluar dari toilet, tapi seketika langkahnya terhenti karna seorang lelaki menyodorkan kotak berbalut pita gold.
"Apa ini" tanya Luciana pada lelaki yang telah menciptakan noda dibajunya.
"Kau buka saja sendiri" ucap Vano datar memberikan kotak itu.
Hai, boy bisakah kau tak secuek itu, wajah datarmu tak menghilangkan ketampananmu.
"Hai tunnggu" teriak Luciana pada Vano, tapi rasanya telinga Vano seketika menjadi tuli dan ia terus berjalan tanpa perduli teriakan Luciana.
Luciana tak mampu menutup mulutnya, melihat isi kotak merah berbalut pita gold itu.
CANTIK hanya kata itu yang keluar dari bibir Luciana.
Dress biru langit berpadu dengan bunga bunga merah putih dan beberapa daun berwarna hijau yang mempercantik dress itu, untuk harga jangan tanyakan lagi dress itu dibuat oleh salah satu perusahaan fasion terkenal dinegeri ini MULER itu nama perusahaan fasion itu.
Siapa yang tak tau keluarga MULER, Alvino Steven Muler itulah nama penerus dari Perusahaan MULER.
Jadi bukan hal yang mudah untuk Vano mendapatkan dress cantik itu secara cuma Cuma dari Alvin,karna memberikan satu buah baju pada sahabatnya yang ceroboh ini tak akan membuatnya kehilangan perusahaan fasionnya yang sudah memiliki cabang di beberapa belahan dunia.
"Ukuran yang pas" guman Luciana setelah memakai dress yang diberikan oleh Vano.
Dan saat Luciana lewat didepan Vano yang sedang berkumpul dengan teman temannya, mata Vano tertuju pada Luciana yang memberikan senyuman manis pada Vano.
"CANTIK" ucapan yang keluar dari bibir Vano yang tanpa disadarinya.
"Hai, dude aku berani taruhan beruang kutub ini tak akan berani mendekati gadis itu" ucap Richard pada Alvin yang sedang menikmati minumannya.
"Aku rasa tidak, ku rasa dalam hitungan detik beruang kutub ini akan menaklukan gadis itu dengan pesonanya" jawab Alvin dengan nada santainya.
"Baiklah, bagaimana jika ku menang aku mendapatkan motor terbarumu itu"
"Baiklah, tapi jika aku yang menang kau siap memberikan mobil sport terbarumu"
"Kenapa kau jadikan aku barang taruhan" ucap Vano kesal kepada kedua sahabatnya yang menjadikan dia sebagai taruhan.
Richard dan Alvin hanya tertawa melihat sahabatnya yang tak henti hentinya memandang ke meja sebelah untuk melihat gadis itu.
Dan tanpa disadari Luciana pun memandangi Vano sesekali.
Hai kalian jika memang suka tak perlu hanya saling pandang langsung saja, bikin gereget saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 32 Episodes
Comments
Nofa_
hai, semangat yaa thor.
jgn lupa mampir jg ke karya ku 👐
2020-08-02
0