Pernikahan_Adel_Dan_Farel_5

Kini Adel dan Farel sudah dalam perjalanan pulang, selama di dalam mobil Adel memilih diam, gadis itu merasa kecewa atas keputusan yang Farel buat secara mendadak itu.

Bisa-bisanya lelaki itu memberi keputusan tanpa ada pertimbangan terlebih dahulu.

"Sudahlah Del, kamu sudah terlanjur kecebur ke kolam, lebih baik kamu mandi aja sekalian," Farel berucap tanpa melirik gadis yang duduk di sampingnya.

Kening Adel berkerut, gadis itu benar-benar bingung apa maksud dari perkataan Farel.

Ia pun melirik tajam ke arah Farel, laki-laki itu sudah membuat Adel bertambah geram.

"Maksud Om apa," Adel berseru. Tapi Farel tetap menanggapinya dengan santai.

"Ya kita menikah, seperti yang orang tua saya inginkan," jawab Farel, dengan melirik sekilas ke arah Adel.

"Adel enggak mau, perjanjiannya Adel cuma pura-pura jadi calon istri doang, enggak ada perjanjian untuk pura-pura menikah," Adel menolak mentah-mentah apa yang Farel ucapkan.

"Ayolah Del, saya janji akan kasih semua yang kamu mau, asalkan kamu mau menuruti permintaan orang tua saya," Farel terus memohon. Berharap gadis itu mau menerima permintaan kedua orang tuanya.

"Adel tuh masih sekolah Om, lagi pula kita baru aja kenal, dunia kita juga berbeda, kita itu ibarat langit dan bumi. Kalau orang tua Om tau Adel dari keluarga yang tidak punya, mereka pasti akan kecewa, lebih baik Om jujur saja sama orang tua Om, bohong itu dosa loh Om," Farel tertegun mendengar perkataan Adel.

Farel semakin merasa penasaran dengan kehidupan Adel. Ia ingin masuk lebih dalam agar bisa tau, siapa Adel sebenarnya.

Gadis itu benar-benar menyimpan berbagai macam pertanyaan, dan Farel ingin tau jawabannya.

"Mereka tidak akan kecewa, apa yang menjadi keputusan saya, maka orang tua saya akan setuju," jelas Farel. Adel terdiam mendengar penjelasan dari Farel.

"Kenapa Om enggak nikah aja sama pacar Om," celetuk Adel. Hal itu membuat Farel merasa sedikit tersinggung.

"Saya tidak punya pacar," sahut Farel datar. Seketika Adel tertawa mendengar hal itu.

"Kenapa ketawa, apa ada yang lucu," ujar Farel, sekilas ia melirik ke arah gadis yang duduk di sampingnya.

"Enggak kok Om, aneh aja dengernya, masa orang kayak Om enggak punya pacar," ucap Adel. Ia masih aja terkekeh geli, mengingat pengakuan Farel.

"Jadi gimana?" Farel bertanya dengan menatap penuh harap.

"Adel bingung Om," jawab Adel. Ia benar-benar merasa bimbang.

"Ayolah Del, kita lanjutin aja drama ini sampai ending," Farel terus membujuk Adel, agar mau menurutinya.

"Om pikir kita lagi main film apa," sahut Adel. Sementara Farel hanya tersenyum.

"Ya anggap aja kita lagi main film," Farel hanya berujar dengan santainya.

***

Setelah berdebat sepanjang dalam perjalanan, akhirnya keduanya telah mencapai finish, Adel setuju melanjutkan drama seperti yang Farel minta. Tentunya dengan beberapa syarat, begitu juga dengan Farel, lelaki itu juga tidak mau kalah.

Pukul 9 malam, mereka tiba di depan rumah Adel. Rumah sederhana, tapi terlihat sangat nyaman.

Keduanya pun turun dari mobil, Adel berjalan masuk ke dalam dengan diikuti oleh Farel.

"Assalamualaikum Bu," Adel mengucap salam, dan ternyata ibunya tengah menunggu Adel di teras rumahnya.

"Wa'alaikumsalam, kamu dari mana saja Nak, jam segini baru pulang," perempuan paruh baya itu langsung menghampiri putrinya.

"Maafin Adel ya Bu, udah buat ibu khawatir," Adel berucap sembari memeluk tubuh ibunya.

"Ya sudah tidak apa ... dia siapa Del?" Mira bertanya setelah melihat ada lelaki yang bersama dengan putrinya.

"Kenalin Bu, saya Farel," Farel mencium punggung tangan Mira, sembari memperkenalkan dirinya.

"Kita masuk saja ya, enggak enak sama tetangga," Mira pun mengajak keduanya untuk masuk.

Mira berjalan di depan, dan diikuti oleh Adel, sementara Farel mengekor di belakang Adel. Tapi saat Farel hendak masuk ke dalam, tiba-tiba jidat Farel terpentok dinding rumah Adel, yang tepat di atas pintu.

"Duh." Farel meringis kesakitan, sembari memegangi jidatnya. Adel tertawa melihat Farel yang kesakitan.

"Makanya, tubuh Om itu ketinggian, jadi kepentok kan," ledek Adel, gadis itu terus saja tertawa.

"Enak aja, pintu rumah kamu aja yang kurang tinggi," Farel mendengus kesal. Ia pun terpaksa menundukkan kepalanya saat masuk ke dalam.

Kini mereka sudah berada di dalam, tepatnya di ruang tamu, Farel duduk menghadap Mira dan juga Adel, sementara Adel duduk di samping Mira.

"Maaf ya nak Farel, keadaan rumahnya seperti ini," ucap Mira.

"Tidak apa Bu, tidak masalah," sahut Farel dengan tersenyum.

"Maaf Bu, kedatangan saya ke sini untuk meminta do'a restu ibu," ucap Farel, matanya menatap perempuan paruh baya itu, dengan penuh harap.

"Saya berniat ingin menikahi Adel, putri ibu," sambungnya.

Kening Mira berkerut. "Menikah." Perempuan itu benar-benar bingung dengan arah pembicaraan pemuda di hadapannya itu.

"Iya Bu, menikah, saya dan Adel saling mencintai, kami sudah lama menjalin hubungan, dan saya ingin ke jenjang yang lebih serius," kali ini Adel yang dibuat melongo, gadis itu tidak menyangka jika Farel pandai berbicara.

Mira melirik ke arah putrinya, sementara Adel memilih untuk menunduk.

Mira pun terdiam sejenak, ia mencoba berfikir. Setelah cukup lama terdiam, akhirnya Mira bersuara.

"Apa nak Farel serius, sementara keadaan keluarga ibu seperti ini, kamu dan Adel bagaikan bumi dan langit. Nak Farel juga harus tau, kalau Adel memiliki dua orang adik yang masih sekolah," Mira menjelaskan semuanya terhadap Farel, tak ada sedikitpun yang ia tutup-tutupi.

"Saya tidak peduli dengan semua itu Bu, yang saya butuhkan adalah restu ibu, saya ingin ibu merelakan putri ibu untuk hidup bersama saya, saya hanya ingin Adel menjadi pendamping hidup saya," Adel termangu mendengar penuturan Farel yang begitu sangat tegas dan juga jelas.

"Lalu bagaimana dengan keluarga nak Farel?" Mira kembali bertanya.

"Mereka akan setuju dengan semua keputusan yang saya ambil Bu," jawab Farel, ia sangat meyakinkan perempuan paruh baya itu.

"Baiklah, semua keputusan ibu serahkan kepada Adel," Mira menatap putrinya, setelah mengatakan hal itu.

"Em, Adel mau Bu," Farel tersenyum saat mendengar jawaban Adel.

"Lalu, kapan kalian akan menikah, soalnya Adel juga masih sekolah," Mira berujar dengan menatap Adel dan Farel secara bergantian.

"Minggu depan Bu," jawab Farel, Mira tersentak mendengar jawaban Farel.

"Apa tidak terlalu buru-buru, sebentar lagi Adel ujian," Mira terkejut dengan keputusan Farel.

"Tidak Bu, saya tidak mau kalau nanti Adel direbut orang, biasanya kan kalau anak gadis baru selesai sekolah, banyak pria yang mengantri untuk melamarnya, dan saya tidak ingin itu terjadi Bu," Adel dan Mira tersenyum mendengar penjelasan dari Farel.

"Ya sudah, ibu serahkan pada kalian berdua," kata Mira. Adel dan Farel saling memandang, dan keduanya sama-sama tersenyum.

***

Seminggu telah berlalu, dan hari ini adalah hari yang sudah di tunggu-tunggu oleh Adel dan juga Farel.

Hari ini Farel dan Adel akan melaksanakan janji suci, di mana keduanya akan menjalin bahtera rumah tangga.

Akad nikah akan dilakukan di rumah orang tua Farel, itu pun hanya keluarga saja yang menghadirinya.

Adel dan Farel sudah duduk menghadap pak penghulu. Adel terlihat sangat cantik dengan kebayak putih yang melekat pas di tubuh mungilnya, sementara Farel terlihat sangat tampan dengan setelan jasnya.

Pak penghulu mulai menjabat tangan Farel, awalnya lelaki itu terlihat sangat gugup, tapi saat melirik gadis di sampingnya, rasa gugup itu seakan sirna.

Perlahan pak penghulu memulai membacakan ijab qobulnya.

Dengan satu tarikan nafas saja, Farel berhasil mengucapkan ijab qobul dengan sangat keras dan juga lantang.

Kata 'SAH' pun menggelar di dalam ruangan itu. Tak terasa butiran kristal jatuh dan membasahi pipi Adel.

Dengan cepat gadis itu menyeka air matanya, Farel telah melingkarkan cincin di jari manis Adel, begitu juga dengan Adel, setelah itu Adel mencium punggung tangan Farel. Tak lupa Farel juga mencium kening gadis itu.

"Jangan nangis, nanti tambah jelek," bisik Farel, seketika bibir mungilnya mengerucut.

Pukul 9 malam acara telah selesai, semua tamu pun sudah pulang, kini yang tersisa hanya orang tua Farel, serta ibu dan kedua adik Adel.

Mereka masih berkumpul di ruang tamu.

"Nak Farel, ibu titip Adel ya, kalau nakal, tinggal di jewer saja," pesan Mira pada menantunya itu, tak lupa Mira pun memberi nasehat pada putrinya.

"Adel, kamu sekarang sudah sah menjadi istri nak Farel, semua tanggung jawab ibu, sekarang sudah berpindah kepada suamimu. Kamu sebagai istri juga harus nurut pada suami, jangan pernah membantah perintah suami," seketika Adel memeluk ibunya, setelah mendengar nasehat yang Mira tuturkan.

"Adel minta maaf ya Bu, kalau Adel udah ngrepotin ibu selama ini, Adel janji akan nurut sama suami Adel," ucap Adel, gadis itu tidak bisa membendung air matanya lagi.

"Iya, kamu baik-baik di sini ya," kata Mira. Ia pun menghapus air mata putrinya itu.

"Ibu tenang saja, Farel akan menjaga Adel sebaik mungkin," timpal Farel, lelaki itu pun langsung menarik pinggang mungil istrinya, dan memeluknya dari samping.

Setelah berpamitan ibunya berpamitan, kini kedua adiknya pun ikut berpamitan, mereka saling berpelukan, dan lagi-lagi air mata Adel tumpah.

Selesai berpamitan, ibu dan kedua adik Adel, segera pulang dengan di antar oleh supir pribadi keluarga Farel.

"Sudah malam, lebih baik sekarang kalian istirahat, pasti capek," ujar Lidia.

"Iya ma," sahut Adel. Ia pun segera berjalan naik ke atas dengan diikuti oleh Farel.

"Farel, kalau mau buka segelnya pelan-pelan ya, jangan sampai menantu papa kesakitan," pesan Indra. Lidia hanya terkekeh mendengar ucapan suaminya itu.

Sementara wajah Adel bersemu merah karena menahan malu. Gadis itu tidak menyangka jika ia mendapat mertua sekonyol itu.

"Tenang aja pa, Farel akan sangat berhati-hati," Farel menimpali pesan ayahnya itu.

Setelah itu tanpa di duga Farel membopong tubuh mungil istrinya itu, agar cepat sampai ke atas.

Indra dan Lidia tersenyum melihat tingkah putranya itu.

"Om apaan sih, Adel bisa jalan sendiri," ujar Adel. Gadis itu merasa malu dengan mertuanya itu.

"Kelamaan kamu jalannya," sahut Farel. Melihat mertuanya tersenyum Adel merasa malu, ia pun langsung melingkarkan tangannya di leher Farel dan menenggelamkan wajahnya di dada lelaki itu.

Setibanya di kamar, Farel langsung menjatuhkan bobot tubuh istrinya di atas ranjang. Setelah itu ia ikut merebahkan tubuhnya yang mungkin merasa sudah sangat lelah. Melihat Farel berbaring di sampingnya, seketika Adel bangkit dan berdiri.

"Om ngapain tidur di sini," ucap Adel. Seketika Farel pun bangkit dan duduk.

"Ini kamar saya, jadi terserah saya dong, oya kita kan suami istri, jadi sudah sepantasnya kita tidur satu kamar dan satu ranjang," jelas Farel. Ia pun melepas jas dan sepatutnya, lalu kembali membaringkan tubuhnya.

"Lebih baik sekarang kita tidur, ini sudah malam, besok kamu harus sekolah kan, saya juga tidak akan macam-macam, saya masih ingat perjanjian kita," sambungnya, Farel pun segera memejamkan matanya.

Sementara itu Adel masih berdiri mematung, ia mencoba mencerna setiap penjelasan yang Farel ucapkan.

Adel takut, jika dirinya tidur di samping Farel, nanti lelaki itu khilaf dan melakukan hal yang tidak Adel inginkan. Alhasil, Adel ragu-ragu untuk tidur apa tidak.

Terpopuler

Comments

Rena Agustina

Rena Agustina

aduhhh dapat yg muda dong

2021-11-03

0

nino

nino

lanjuttttttt

2020-04-23

0

Lysha caca

Lysha caca

udah jadi suami,,,masih di panggil OM🤭

2020-04-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!