Sang Putri Bumi
Selir Jing Mee yang telah bersekutu dengan kerajaan Iblis telah berhasil membuat Kerajaan Bumi di Kekaisaran Li Zhang Junda porak poranda dan merebut kekuasaan mutlak.
Kaisar Li Zhang Junda dan Permaisuri Ming Hua yang menjadi tahanan Kerajaan selalu mendapat penyiksaan yang jauh dari kata kemanusiaan dari para prajurit pengkhianat atas titah sang Selir yang sangat berambisi untuk menguasai seluruh Kekaisaran Li, beruntung Putri Li Wei dan Putri Li Wen kedua putri Kaisar Li Zhang Junda berhasil melarikan diri bersama Jendral Haocun atas perintah Kaisar Li Zhang Junda.
Karena tidak sekuat Kaisar Li Zhang Junda, akhirnya Permaisuri Ming Hua menghembuskan napas terakhirnya di dalam sel tahanan kerajaan.
Putri Bumi Li Wei dan Li Wen dibantu oleh Jendral Haocun berhasil melarikan diri dari Kerajaan Bumi dan telah sampai disebuah samudera atas petunjuk Sang Kaisar.
" Kakak, kita sudah sampai di tengah Samudra. Lalu dimana letak pusaran air yang Ayahanda maksudkan? "
Li Wen semakin cemas dengan keadaan mereka yang telah terapung di atas samudra luas hanya menggunakan perahu kayu selama belasan jam.
" tenang lah Wen'er kita pasti akan segera menemukannya."
Li Wei Sang Putri Bumi mencoba menenangkan adiknya yang terlihat sangat ketakutan.
" Maaf Tuan Putri Li Wen, benar kata Tuan Putri Li Wei, kita pasti akan menemukannya."
Jendral Haocun menimpali perkataan Li Wei Sang Putri Bumi.
Beberapa saat kemudian, riak air ditengah samudra tersebut berubah menjadi mengerikan dan membentuk sebuah pusaran kecil yang semakin lama semakin membesar dan meluas, udara ditengah samudra tersebut menadadak sangat pengap dan awan putih seketika berganti dengan awan hitam dan mengeluarkan percikan api seperti petir, semakin lama pusaran tersebut semakin kuat sehingga perahu yang ditumpangi mereka bertiga masuk kedalam pusaran tersebut.
"Aaaaaahhhh"
Teriakan mereka bertiga ketika perahunya terhisap kedalam pusaran samudra yang merupakan pintu masuk menuju dimensi dunia lain.
Beberapa saat kemudian...
Bruk...Bruk..Brukk...
Ketiga tubuh manusia itu jatuh disebuah tempat yang sangat asing bagi mereka.
"Dimana ini?"
Putri Li Wei yang jatuh terduduk didekat gerbang Kerajaan Air segera membuka matanya lebar-lebar, pandangannya mengitari sekitar. Terlihat dihadapannya sebuah tangga menuju pintu masuk kedalam sebuah bangunan yang megah.
Sementara Putri Li Wen dan Jendral Haocun terdampar di sebuah jalan yang dibawahnya terdapat kolam yang sangat luas.
" Dimana aku? "
Putri Li Wen mengedarkan pandangannya kesemua penjuru taman yang dibawahnya adalah Air yang terdapat begitu banyak ikan hias yang berenang-renang.
Jendral Haocun yang terdampar tak jauh dari Putri Li Wen segera melesat untuk menghampiri Putri Li Wen yang masih terduduk sembari mengedarkan pandangannya kesekitar area taman.
" Putri Li Wen, kau tidak apa-apa? "
Jendral Haocun segera mengulurkan tangannya untuk membantu Putri Li Wen bangkit. Putri Li Wen pun menyambut tangan Jendral Haocun dan ia mulai bangkit.
" Jendral Haocun, dimana Kakakku? "
Putri Li Wen tak menemukan sosok Kakaknya disekitar Ia dan Jendral Haocun berada.
" Entahlah Tuan Putri, sebaiknya kita berjalan kesana untuk mencari Tuan Putri Li Wei."
Jendral Haocun menunjuk kearah gerbang Istana Air.
"Baiklah Ayo!"
Li Wen segera berjalan menuju Gerbang Istana Air yang terlihat megah dari tempatnya berdiri, Jendral Haocun pun tampak mengikuti Tuan Putrinya.
"Wen'er... Jendral Haocun... dimana kalian? "
Li Wei berteriak memanggil Li Wen dan Jendral Haocun.
"Kakak... dimana kau?"
Sementara Li Wen pun berteriak memanggil Kakaknya.
Ketika Li Wen dan Jendral Haocun telah lebih dekat dengan Gerbang Istana, mereka mendengar sayup-sayup suara Li Wei yang memanggil mereka. Haocun dan Li Wen pun segera berlari menuju arah suara.
" Kakak...!"
Li Wen yang telah melihat sosok Kakaknya segera berlari dan langsung memeluk Li Wei.
" Wen'er, kau tidak apa-apa? "
Li Wei melepaskan pelukan Li Wen dan memeriksa keadaan adiknya.
" tidak Kak, aku tidak apa-apa. bagaimana dengan Kakak? "
Li Wen balik bertanya kepada Li Wei.
" aku juga tidak apa-apa."
Setelah mereka bertemu, tak lama kemudian terdengar suara dari dalam istana Air.
" Apakah kalian berasal dari kerajaan Bumi? "
Suara itu menggelegar memenuhi ruang udara sekitar.
Jendral Haocun, Li Wei dan Li Wen terlihat celingukan, mereka mencari sosok yang mengeluarkan suara hingga menggelegar tersebut. Tak lama kemudian cahaya Biru muncul dari depan pintu Gerbang Istana Air, Cahaya itu mulai membesar dan sangat menyilaukan sehingga membuat ketiga manusia yang menatapnya itu memejamkan mata mereka sesaat dan mencoba menghalanginya dengan lengan baju mereka yang lebar.
Setelah beberapa menit akhirnya cahaya biru itu menjelma menjadi seorang lelaki tua dengan janggut panjang berwarna biru dengan jubah biru pula.
Ketiga sosok manusia itu terperangah melihat cahaya yang berubah menjadi sosok Kakek yang berdiri dihadapan mereka bertiga.
" Apa Kau yang bernama Li Wei seorang Putri dari Kerajaan Bumi? "
Kakek tersebut menunjuk Li Wei yang diikuti raut wajah keheranan dari Li Wei.
" ya, aku Li Wei. Putri dari Kaisar Bumi Li Zhang Junda, dari mana Kakek mengenal aku? Apakah kita pernah bertemu? "
Li Wei tampak mengerutkan keningnya, namun Kakek tua berjanggut panjang berwarna biru itu hanya terkekeh mendengar pertanyaan dari Li Wei. Sedangkan Li Wen dan Jendral Haocun hanya menyimak percakapan Li Wei dan Kakek tua berjanggut biru tersebut.
" hahah, Aku adalah Raja Air penguasa samudra ini. Aku mengetahui sosok dirimu melalui dewa Air yang mengatakan bahwa kau akan segera tiba dikerajaanku."
Raja Air mengusap-usap janggut panjangnya, Li Wei dan kedua manusia lainnya yang masih tidak mengerti dengan perkataan sang Kakek hanya terdiam sambil menatap Kakek dengan waspada.
" ikutlah denganku, karena aku akan memberitahumu dimana letak Inti Kekuatan Air itu berada."
Mendengar kalimat terakhir dari sang Kakek, membuat Li Wei semakin penasaran dari mana Kakek tua itu mengetahui bahwa Ia sedang mencari Inti Kekuatan Air. Tanpa banyak basa-basi Li Wei segera mengikuti sang Kakek Tua yang berjalan memasuki pintu Kerajaannya diikuti oleh Li Wen dan Haocun.
Setelah sampai pada sebuah ruangan yang cukup besar, Kakek Tua berjanggut biru itu langsung menuju sebuah bejana yang telah terisi penuh oleh air, bejana tersebut terletak diatas sebuah patung yang berbentuk ikan pari.
" Kemarilah, lihatlah kedalam bejana ini."
Kakek tua menunjukkan sebuah bejana yang terisi penuh oleh Air.
Disana terlihat hutan Air yang menyimpan Inti Kekuatan Air.
"pergilah kesana dan dapatkan Inti Kekuatan Air itu. tapi berhati-hatilah dengan para penghuni hutan tersebut karena mereka tidak akan membiarkanmu begitu saja untuk mengambil Inti Kekuatan Air itu."
" tunggu Kek, dari mana Kakek tahu kalau aku sedang mencari Inti Kekuatan Air? "
Li Wei yang tidak tahan dengan rasa penasarannya akhirnya bertanya pada Kakek tua itu.
" hahaha... ternyata kau masih penasaran rupanya. Aku telah mengatakan bahwa aku tahu mengenai dirimu melalui dewa Air dan Ia juga mengatakan bahwa kau sedang mencari Inti Kekuatan Air untuk menambah kekuatanmu."
" baiklah aku akan coba untuk mempercayaimu Kek, meskipun aku masih meragukannya."
Li Wei masih belum sepenuhnya mempercayai ucapan Kakek tua berjanggut biru itu. Kakek Tua hanya tersenyum getir mendengar pengakuan dari Li Wei.
" Kakak, apakah yang diucapkan Kakek Tua itu benar? "
Li Wen tampak menghawatirkan Kakaknya.
" tak Apa Wen'er, kita coba saja karena memang tidak ada pilihan lain."
Li Wei mencoba meredam ketakutan adiknya.
" haha, tampaknya kalian benar-benar belum mempercayaiku."
Setelah Kakek tua itu berucap, kedua tangannya segera membuat gerakan yang aneh dan dari kedua telapak tangannya memancarkan cahaya biru dan perlahan membentuk sebuah pedang yang uju
ng gagangnya berbentuk kepala naga berwarna biru menyala.
" Ambillah ini, aku tahu kau adalah manusia yang baik. Untuk itu aku memberikan pedang Naga air ini padamu."
Kakek Tua berjanggut biru itu menyerahkan pedang Naga Air kepada Li Wei.
" tunggu Kek, apakah Kakek yakin untuk memberikan pedang pusaka itu padaku? "
Li Wei menahan pedang yang diulurkan oleh Kakek Tua itu dengan kedua tangannya.
" haha, mana mungkin Dewa Air salah dalam memberikan titahnya padaku."
Kakek Tua itu melemparkan pedangnya kearah Li Wei dan langsung diraih olehnya.
Li Wei mengamati pedang Naga Air itu dengan seksama, ia berdecak kagum melihat keelokan dari pedang Naga Air tersebut, aura dingin yang sangat kuatpun terpancar dari pedang tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments