Selir Jing Mee yang telah bersekutu dengan kerajaan Iblis telah berhasil membuat Kerajaan Bumi di Kekaisaran Li Zhang Junda porak poranda dan merebut kekuasaan mutlak.
Kaisar Li Zhang Junda dan Permaisuri Ming Hua yang menjadi tahanan Kerajaan selalu mendapat penyiksaan yang jauh dari kata kemanusiaan dari para prajurit pengkhianat atas titah sang Selir yang sangat berambisi untuk menguasai seluruh Kekaisaran Li, beruntung Putri Li Wei dan Putri Li Wen kedua putri Kaisar Li Zhang Junda berhasil melarikan diri bersama Jendral Haocun atas perintah Kaisar Li Zhang Junda.
Karena tidak sekuat Kaisar Li Zhang Junda, akhirnya Permaisuri Ming Hua menghembuskan napas terakhirnya di dalam sel tahanan kerajaan.
Putri Bumi Li Wei dan Li Wen dibantu oleh Jendral Haocun berhasil melarikan diri dari Kerajaan Bumi dan telah sampai disebuah samudera atas petunjuk Sang Kaisar.
" Kakak, kita sudah sampai di tengah Samudra. Lalu dimana letak pusaran air yang Ayahanda maksudkan? "
Li Wen semakin cemas dengan keadaan mereka yang telah terapung di atas samudra luas hanya menggunakan perahu kayu selama belasan jam.
" tenang lah Wen'er kita pasti akan segera menemukannya."
Li Wei Sang Putri Bumi mencoba menenangkan adiknya yang terlihat sangat ketakutan.
" Maaf Tuan Putri Li Wen, benar kata Tuan Putri Li Wei, kita pasti akan menemukannya."
Jendral Haocun menimpali perkataan Li Wei Sang Putri Bumi.
Beberapa saat kemudian, riak air ditengah samudra tersebut berubah menjadi mengerikan dan membentuk sebuah pusaran kecil yang semakin lama semakin membesar dan meluas, udara ditengah samudra tersebut menadadak sangat pengap dan awan putih seketika berganti dengan awan hitam dan mengeluarkan percikan api seperti petir, semakin lama pusaran tersebut semakin kuat sehingga perahu yang ditumpangi mereka bertiga masuk kedalam pusaran tersebut.
"Aaaaaahhhh"
Teriakan mereka bertiga ketika perahunya terhisap kedalam pusaran samudra yang merupakan pintu masuk menuju dimensi dunia lain.
Beberapa saat kemudian...
Bruk...Bruk..Brukk...
Ketiga tubuh manusia itu jatuh disebuah tempat yang sangat asing bagi mereka.
"Dimana ini?"
Putri Li Wei yang jatuh terduduk didekat gerbang Kerajaan Air segera membuka matanya lebar-lebar, pandangannya mengitari sekitar. Terlihat dihadapannya sebuah tangga menuju pintu masuk kedalam sebuah bangunan yang megah.
Sementara Putri Li Wen dan Jendral Haocun terdampar di sebuah jalan yang dibawahnya terdapat kolam yang sangat luas.
" Dimana aku? "
Putri Li Wen mengedarkan pandangannya kesemua penjuru taman yang dibawahnya adalah Air yang terdapat begitu banyak ikan hias yang berenang-renang.
Jendral Haocun yang terdampar tak jauh dari Putri Li Wen segera melesat untuk menghampiri Putri Li Wen yang masih terduduk sembari mengedarkan pandangannya kesekitar area taman.
" Putri Li Wen, kau tidak apa-apa? "
Jendral Haocun segera mengulurkan tangannya untuk membantu Putri Li Wen bangkit. Putri Li Wen pun menyambut tangan Jendral Haocun dan ia mulai bangkit.
" Jendral Haocun, dimana Kakakku? "
Putri Li Wen tak menemukan sosok Kakaknya disekitar Ia dan Jendral Haocun berada.
" Entahlah Tuan Putri, sebaiknya kita berjalan kesana untuk mencari Tuan Putri Li Wei."
Jendral Haocun menunjuk kearah gerbang Istana Air.
"Baiklah Ayo!"
Li Wen segera berjalan menuju Gerbang Istana Air yang terlihat megah dari tempatnya berdiri, Jendral Haocun pun tampak mengikuti Tuan Putrinya.
"Wen'er... Jendral Haocun... dimana kalian? "
Li Wei berteriak memanggil Li Wen dan Jendral Haocun.
"Kakak... dimana kau?"
Sementara Li Wen pun berteriak memanggil Kakaknya.
Ketika Li Wen dan Jendral Haocun telah lebih dekat dengan Gerbang Istana, mereka mendengar sayup-sayup suara Li Wei yang memanggil mereka. Haocun dan Li Wen pun segera berlari menuju arah suara.
" Kakak...!"
Li Wen yang telah melihat sosok Kakaknya segera berlari dan langsung memeluk Li Wei.
" Wen'er, kau tidak apa-apa? "
Li Wei melepaskan pelukan Li Wen dan memeriksa keadaan adiknya.
" tidak Kak, aku tidak apa-apa. bagaimana dengan Kakak? "
Li Wen balik bertanya kepada Li Wei.
" aku juga tidak apa-apa."
Setelah mereka bertemu, tak lama kemudian terdengar suara dari dalam istana Air.
" Apakah kalian berasal dari kerajaan Bumi? "
Suara itu menggelegar memenuhi ruang udara sekitar.
Jendral Haocun, Li Wei dan Li Wen terlihat celingukan, mereka mencari sosok yang mengeluarkan suara hingga menggelegar tersebut. Tak lama kemudian cahaya Biru muncul dari depan pintu Gerbang Istana Air, Cahaya itu mulai membesar dan sangat menyilaukan sehingga membuat ketiga manusia yang menatapnya itu memejamkan mata mereka sesaat dan mencoba menghalanginya dengan lengan baju mereka yang lebar.
Setelah beberapa menit akhirnya cahaya biru itu menjelma menjadi seorang lelaki tua dengan janggut panjang berwarna biru dengan jubah biru pula.
Ketiga sosok manusia itu terperangah melihat cahaya yang berubah menjadi sosok Kakek yang berdiri dihadapan mereka bertiga.
" Apa Kau yang bernama Li Wei seorang Putri dari Kerajaan Bumi? "
Kakek tersebut menunjuk Li Wei yang diikuti raut wajah keheranan dari Li Wei.
" ya, aku Li Wei. Putri dari Kaisar Bumi Li Zhang Junda, dari mana Kakek mengenal aku? Apakah kita pernah bertemu? "
Li Wei tampak mengerutkan keningnya, namun Kakek tua berjanggut panjang berwarna biru itu hanya terkekeh mendengar pertanyaan dari Li Wei. Sedangkan Li Wen dan Jendral Haocun hanya menyimak percakapan Li Wei dan Kakek tua berjanggut biru tersebut.
" hahah, Aku adalah Raja Air penguasa samudra ini. Aku mengetahui sosok dirimu melalui dewa Air yang mengatakan bahwa kau akan segera tiba dikerajaanku."
Raja Air mengusap-usap janggut panjangnya, Li Wei dan kedua manusia lainnya yang masih tidak mengerti dengan perkataan sang Kakek hanya terdiam sambil menatap Kakek dengan waspada.
" ikutlah denganku, karena aku akan memberitahumu dimana letak Inti Kekuatan Air itu berada."
Mendengar kalimat terakhir dari sang Kakek, membuat Li Wei semakin penasaran dari mana Kakek tua itu mengetahui bahwa Ia sedang mencari Inti Kekuatan Air. Tanpa banyak basa-basi Li Wei segera mengikuti sang Kakek Tua yang berjalan memasuki pintu Kerajaannya diikuti oleh Li Wen dan Haocun.
Setelah sampai pada sebuah ruangan yang cukup besar, Kakek Tua berjanggut biru itu langsung menuju sebuah bejana yang telah terisi penuh oleh air, bejana tersebut terletak diatas sebuah patung yang berbentuk ikan pari.
" Kemarilah, lihatlah kedalam bejana ini."
Kakek tua menunjukkan sebuah bejana yang terisi penuh oleh Air.
Disana terlihat hutan Air yang menyimpan Inti Kekuatan Air.
"pergilah kesana dan dapatkan Inti Kekuatan Air itu. tapi berhati-hatilah dengan para penghuni hutan tersebut karena mereka tidak akan membiarkanmu begitu saja untuk mengambil Inti Kekuatan Air itu."
" tunggu Kek, dari mana Kakek tahu kalau aku sedang mencari Inti Kekuatan Air? "
Li Wei yang tidak tahan dengan rasa penasarannya akhirnya bertanya pada Kakek tua itu.
" hahaha... ternyata kau masih penasaran rupanya. Aku telah mengatakan bahwa aku tahu mengenai dirimu melalui dewa Air dan Ia juga mengatakan bahwa kau sedang mencari Inti Kekuatan Air untuk menambah kekuatanmu."
" baiklah aku akan coba untuk mempercayaimu Kek, meskipun aku masih meragukannya."
Li Wei masih belum sepenuhnya mempercayai ucapan Kakek tua berjanggut biru itu. Kakek Tua hanya tersenyum getir mendengar pengakuan dari Li Wei.
" Kakak, apakah yang diucapkan Kakek Tua itu benar? "
Li Wen tampak menghawatirkan Kakaknya.
" tak Apa Wen'er, kita coba saja karena memang tidak ada pilihan lain."
Li Wei mencoba meredam ketakutan adiknya.
" haha, tampaknya kalian benar-benar belum mempercayaiku."
Setelah Kakek tua itu berucap, kedua tangannya segera membuat gerakan yang aneh dan dari kedua telapak tangannya memancarkan cahaya biru dan perlahan membentuk sebuah pedang yang uju
ng gagangnya berbentuk kepala naga berwarna biru menyala.
" Ambillah ini, aku tahu kau adalah manusia yang baik. Untuk itu aku memberikan pedang Naga air ini padamu."
Kakek Tua berjanggut biru itu menyerahkan pedang Naga Air kepada Li Wei.
" tunggu Kek, apakah Kakek yakin untuk memberikan pedang pusaka itu padaku? "
Li Wei menahan pedang yang diulurkan oleh Kakek Tua itu dengan kedua tangannya.
" haha, mana mungkin Dewa Air salah dalam memberikan titahnya padaku."
Kakek Tua itu melemparkan pedangnya kearah Li Wei dan langsung diraih olehnya.
Li Wei mengamati pedang Naga Air itu dengan seksama, ia berdecak kagum melihat keelokan dari pedang Naga Air tersebut, aura dingin yang sangat kuatpun terpancar dari pedang tersebut.
" Baiklah sebelum kalian melanjutkan perjalanan menuju Hutan Air, aku akan menjamu kalian dengan makan malam."
Kakek tua berjanggut biru itu segera menjentikkan jari tangannya dan kemudian beberapa pelayan datang membawa makanan yang dihidangkan pada sebuah meja berbentuk persegi panjang yang cukup besar, aneka makanan tersedia disana.
" Wah... Kakek banyak sekali makannya! "
Li Wen berdecak kagum melihat hidangan yang ada didepannya.
" haha, Kalian adalah tamu kerajaanku, jadi aku harus memperlakukan kalian dengan baik bukan? "
Kakek tua berjanggut biru berkata sambil memaut janggut panjang miliknya.
" Terima kasih Kek! "
Li Wei segera mengambil makanan secukupnya keatas piring yang terbuat dari kerang-kerang Laut yang sangat indah bentuknya, menambah selera makan menjadi meningkat.
Mereka pun makan bersama sebelum akhirnya beristirahat ruangan-ruangan yang telah disediakan oleh para pelayan Istana Air.
Li Wei dan Li Wen berada disatu ruangan yang cukup besar, sedangkan Jendral Haocun satu ruangan pula dengan ruangan yang cukup besar pula.
Pagi yang menyapa tak lantas membuat sinar matahari menembus kedalaman Istana Air, hanya suhu dalam ruangan mereka terasa lebih hangat membuat mata mereka ingin segera membuka lebar untuk melakukan aktifitas.
" Li Wei segera bangun dan terduduk ditepian ranjang, ia mengamati setiap benda yang ada didalam ruangan tersebut, Li Wei tersenyum karena melihat hampir semua barang-barang yang ada didalam ruangan itu berbentuk benda yang berada didalam air. Ia segera menuju kamar mamdi yang masih menyatu dengan ruangan tidurnya.
" hm.. Kakak...? "
Li Wen membuka mata dan meraba temoat tidur disampingnya, Ia segera bangun karena sudah tak mendapati Kakaknya lagi disana. Li Wen memang selalu bangun lebih beakangan dari Kakaknya.
Li Wen mengedarkan pandangannya keseluruh ruangan dan beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi yang sudah ditunjukkan oleh pelayan di Istana Air. Mereka berdua sepakat untuk tidak dilayani oleh pelayan Kerajaan karena merasa canggung.
" Kakak,,, Aku ikut mandi ya..!"
Tanpa menunggu jawaban dari Li Wei, Liwen pun segera menceburkan dirinya kedalam bak mandi yang cukup besar dan cukup untuk tiga orang dewasa berendam didalamnya.
" Kamu ini masih belum beranjak dari kanak-kanakmu! "
Li Wei hanya tersenyum melihat tingkah adiknya yang masih sangat kekanak-kanakan menurutnya.
" baiklah aku akan menjamu kalian untuk sarapan pagi ini, karena hutan Air akan menguras banyak tenaga kalian."
Kakek tua berjanggut putih menyambut kedua putri cantik yang baru saja memasuki Aula tengah istananya yang luas. Jendral Haocun terlihat sudah duduk dimeja makan yang cukup luas untuk menampung puluhan orang dan sebelumnya Ia telah berbincang-bincang dengan Kakek Tua itu.
Putri Li Wei dan Putri Li Wen segera menempati tempat duduk mereka yang telah ditunjukan oleh Kakek Tua. Mereka segera menikmati sarapan pagi mereka dengan khidmat.
Setelah selesai menikmati hidangan mereka akhirnya Li Wei, Li Wen dan Jendral Haocun berpamitan pada Kakek Tua berjanggut biru tersebut.
" Hutan Air tidak dapat dimasuki oleh sembarangan manusia, hanya orang yang terpilih saja yang dapat memasukinya karena Hutan Air itu dijaga oleh Array yang sangat kuat."
Perkataan Kakek Tua itu membuat ketiga manusia mengernyitkan keningnya. Namun segera mereka pahami.
Gerbang Hutan Air....
" Kakak, hutan ini sangat gelap, pasti banyak makhluk yang tidak bersahabat didalam sana."
Li Wen sudah bisa memprediksikan keadaan didalam hutan sana, karena semakin kedalam area Hutan akan semakin gelap tanpa sinar Matahari.
" Tidak perlu takut Wen'er, karena kita akan saling menjaga satu sama lain."
Li Wei mencoba menenangkan adiknya yang tampak ketakutan setelah mereka tiba di Hutan Air sesuai Peta yang diberikan oleh Kakek Tua.
" Maaf Tuan Putri, bukankah kata Kakek Tua itu hanya orang pilihan yang dapat memasuki Hutan Air? jadi bagaimana jika hanya salah seorang saja yang terpilih diantara kita?"
Jendral Haoucun tampak hawatir dengan perkataan sang Kakek Tua.
" tidak ada salahnya kan kalau kita mencoba? Aku akan terlebih dahulu masuk! "
Li Wei menawarkan dirinya untuk menjadi orang pertama sebagai tester yang akan memasuki Hutan Air.
" Maaf Tuan Putri, apa tidak sebaiknya hamba saja yang masuk terlebih dahulu untuk memastikan keamanan."
Jendral Haocun ingin melindungi kedua Putri Kerajaan Bumi sebagai tanda kesetiaannya pada Kekaisaran Li.
" Baiklah, aku izinkan kau memasukinya terlebih dahulu.!"
Li Wei melangkah mundur kebelakang Jendral Haocun, sedangkan Li Wen masih memperlihatkan ketakutan diwajahnya.
Setelah beberapa langkah Jendral Haocun melangkah, tiba-tiba tubuhnya terpental ketika hendak memasuki perbatasan Hutan Air.
AARGHHH
Jendral Haocun terpental sejauh dua meter dari gerbang kasat mata Hutan Air, gerbang yang dipasang Array pelindung oleh penjaga Hutan Air.
" Kau tidak apa-apa Jendral? "
Li Wen menghampiri Jendral Haocun yang tengah berusaha bangkit setelah tubuhnya terpental dan meringkuk diatas tanah.
" aku tidak apa-apa Tuan Putri."
Jendral Haocun berusaha berdiri setelah Ia terkejut dengan apa yang telah Ia alami.
" Baiklah, giliranku! "
Putri Li Wei mulai melangkahkan kakinya melewati dua pohon besar yang sepertinya gerbang masuk Hutan Air.
Setelah ia berhasil menginjakkan kakinya kedalam Hutan Air dan terus melangkah lebih kedalam lagi ternyata Li Wei tidak mengalami kesulitan atau terhalangi oleh apapun. Li Wei segera membalikkan tubuhnya menghadap Jendral Haocun dan Li Wen yang tengah mengamatinya dengan wajah yang sedikit pucat.
" Hei lihat, aku bisa melewati Array itu."
Li Wei tersenyum lebar setelah ia memgetahui keberhasilannya melewai pembatas Hutan Air.
" Kakak, aku akan menyusulmu! "
Li Wen mencoba melangkahkan kakinya menyusul Li Wei yang sudah berada didalam kawasan Hutan Air.
Dengan tubuh yang sedikit gemetaran, Li Wen mencoba untuk melangkahkan kakinya memasuki Hutan Air, namun baru saja Ia hendak memasuki Hutan Air kejadian sama seperti Jendral Haocun pun menimpa dirinya.
AAAHHHH...
Li Wen berteriak setelah tubuhnya terpental tiga meter dari Array pelindung Hutan Air, lebih jauh dari tubuh Jendral Haocun yang sudah lebih dulu terpental kebelakang.
Jendral Haocun dan Li Wei segera menghampiri Li Wen yang tengah meringkuk diatas tanah karena ulah Array pelindung Hutan Air.
" Wen'er, kau tidak apa-apa? "
Li Wei segera berlari menghampiri Li Wen dan membantunya untuk berdiri.
Sedangkan Jendral Haocun tidak bisa berbuat apa-apa meskipun ia sangat menghawatirkan Putri Li Wen, karena ia takut dianggap tidak sopan ketika hendak menyentuh tangan Tuan Putrinya walau hanya sekedar untuk membantunya berdiri.
" aku tidak apa-apa Kak! "
Li Wen meraih kedua tangan Li Wei yang sudah siap untuk membantunya berdiri.
Setelah Li Wen berdiri, Li Wei terdiam sejenak sambil memandangi Hutan Air dengan kedua matanya yang terlihat menyipit seperti sedang mengamati jauh kedalam Hutan Air tersebut.
Setelah Li Wei membantu Li Wen berdiri, Li Wei terdiam sejenak sambil memandangi Hutan Air dengan kedua matanya yang terlihat menyipit seperti sedang mengamati jauh kedalam Hutan Air tersebut.
" Kakak bagaimana ini aku dan Jendral Haocun tidak bisa masuk kesana? "
Li Wen menunjuk kedalam Hutan Air yang berada tepat dihadapan ketiganya.
" sebaiknya kalian mencari tempat untuk menungguku kembali dari Hutan Air."
Tatapan mata Li Wei masih belum beranjak dari Hutan Air.
" Tapi Tuan Putri...? "
Jendral Haocun tampaknmenghawatirkan Putri Li Wei jika Ia harus memasuki Hutan Air sendirian.
" Kak, aku tidak akan membiarkanmu masuk kesana sendirian, aku akan coba lagi."
Tanpa menunggu persetujuan dari Li Wei, Li Wen segera berlari memasuki Hutan Air, karena ia menggunkan sedikit tenaga dalam ketika berlari mencoba untuk menembus Array membuatnya terpental lebih jauh lagi dari sebelumnya dan ia harus mendapat sedikit luka dalam.
AAAARRHHHH
Li Wen kembali terpental dan saat ini lebih jauh dan membuat tangan kanannya memegangi dada yang terasa sakit.
" Adik...!"
Li Wei berlari menghampiri Li Wen yang ambruk dan terlihat kesakitan didadanya, disusul oleh Jendral Haocun.
" sudahlah, turuti perkataanku, kau dan Jendral Haocun tunggu saja aku kemabli dari Hutan Air, percayalah aku akan baik-baik saja."
Li Wei memeluk Li Wen dan Li Wen pun segera menangis dalam pelukan Kakaknya.
" Tapi aku tidak mungkin membiarkanmu masuk sendirian Kak! "
Li Wen semakin erat memeluk Li Wei.
" Jendral Haocun, tolong jaga adikku. Aku akan segera menemui kalian setelah aku berhasil menemukan Inti Kekuatan Air."
Tanpa menunggu lebih lama lagi Li Wei segera melesat demgan ilmu peringan tubuhnya memasuki Hutan Air, sedangkan Li Wen tidak bisa berbuat apa-apa tubuhnya mulai melorot dan duduk bersimpuh sambil menangis melihat Li Wei semakin jauh kedalam memasuki Hutan Air.
Baru beberapa ratus meter memasuki Hutan Air, Li Wei sudah disambut oleh Pohon Air yang menghalau langkahnya, akarnya menjulur menjadi dinding sebagai penghalang langkah kaki Li Wei.
" Apa ini? "
Li Wei dengan waspada melihat akar yang yang semakin banyak membuat sebuah dinding penghalang. Tak berselang lama terdengar suara tawa yang membuat aura sekitar menjadi lebih menyeramkan dan diselimuti oleh udara yang sangat pekat hingga sedikit membuat napas Li Wei tidak beraturan, Li Wei segera menstabilkan napasnya tanpa lemgah sedikitpun.
" berani sekali kau memasuki Hutan Air! "
Suara yang menggelegar terdengar mengerikan, namun tidak sedikitpun Li Wei gentar menghadapinya.
" siapa kau? "
Li Wei melihat sebuah pohon besar yang memiliki satu mata yang menyeramkan.
AHAHAHAHA
Pohon Air tersebut hanya tertawa mendengar perkataan Li Wei.
" Aku adalah Ratu Pohon Air didalam Hutan ini."
Ratu pohonpun segera menjulurkan akar-akarnya untuk mengikat kaki Li Wei, namun dengan sigap Li Wei segera mencabut pedang dari sarangnya yang terletak dipunggung.
SYATTT...
Pedang Li Wei berhasil memotong beberapa sulur akar yang hendak membelit kakinya. Terjadilah pertarungan yang sengit antara Li Wei dan Ratu Pohon, ratusan sulur berusaha terus menyerang Li Wei namun dengan kekuatan Li Wei sulur-sulur tersebut dapat dihindari bahkan terpotong oleh pedangnya.
Pedang yang diberikan oleh Kakek Tua berjanggut biru itu sangat memiliki kekkuatan yang luar biasa, setelah Li Wei mengalirkan tenaga dalamnya ke pedang lalu pedang tersebut memancarkan sinar biru yang sangat menyilaukan membuat Ratu Pohon sedikit lengah karena sinarnya dan kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Li Wei, Ia segera menghunuskan pedangnya tepat ditengah-tengah mata Ratu Pohon sebagai titik kelemahannya.
SLEEPPPP...
Pedang itu berhasil mengoyak mata Ratu Pohon dan membuatnya mengeluarkan darah hijau yang sangat lengket. Setelah Li Wei mencabut pedangnya dari Mata Ratu Pohon kemudian Pohon itu meleleh hingga menyisakan sinar hijau sebesar ibu jari, kemudian ia memakan sinar tersebut dan setelah ia menelan sinar itu, tubuhnya bergetar sangat hebat dan kulitnya berubah menjadi hijau untuk sesaat kemudian berubah lagi kewarna kulitnya yang semula yaitu berwarna putih mulus bak bengkoang.
Kekuatan Ratu Pohon telah ia hisap dan menyatu dalam tubuhnya, dengan kekuatan itu ia dapat mengendalikan pepohonan yang ada didalam Hutan Air tersebut.
Perjalanan Li Wei pun berlanjut, ia segera melesat dengan ilmu peringan tubuhnya untuk memasuki Hutan Air lebih dalam lagi.
Semakin dalam memasuki Hutan Air maka semakin gelap keadaan disana karena Cahaya matahari semakin tak dapat menembus lebatnya pepohonan didalam hutan.
Perjalanan yang cukup melelahkan karena Li Wei tidak memiliki ruang dimensi maka dari itu ia harus mencari sumber air untuk menghilangkan rasa haus yang mendera tenggorokannya yang sudah sangat terasa kering.
Dari kejauhan ia mendengar suara gemericik air, Li Wei pun segera mendekat kearah suara yang kemungkinan menuju sebuah air terjun karena gemuruhnya kian terdengar dari kejauhan dan aura dingin yang sangat kuat menyeruak disekitarnya.
Setelah berjalan beberapa ratus meter Li Wei akhirnya menemukan sebuah air terjun yang cukup besar, namun ia terkejut ketika melihat seekor naga dengan ukuran raksasa muncul dari Goa yang berada di balik air terjun.
Li Wei sangat terkejut dengan tubuh yang sedikit gemetaran karena bagaimana tidak seumur hidupnya baru kali ini ia melihat makhluk legenda yang terkenal dengan kekuatannya tersebut, Li Wei mencoba memundurkan langkah kakinya namun ia merasakan kaku diseluruh tubuhnya yang menggigil kedinginan karena aura dingin dari benda yang terpancar di dalam Goa yang terdapat dibelakang air terjun tersebut.
GOOAARRR
Naga air itu menyemburkan aura dingin yang sangat kuat membuat lingkungan sekitarnya membeku karena diselimuti es, hampir saja Li Wei ikut membeku kalau saja Ia terlambat menghindar dengan berlindung dibalik pohon besar.
Namun ternyata kedatangan Li Wei memang telah diketahui oleh naga Air, ia terbang mendekati pohon yang digunakan Li Wei untuk berlindung dari semburan aura dingin Naga Air, kali ini Naga Air menyemburkan air dari mulutnya membuat es yang menyelimuti seluruh permukaan pohon tersebut meleleh seketika.
" huh, tak ada gunanya bersembunyi."
Li Wei mendengus kesal karena ia merasa persembunyiannya hanya sia-sia. Mau tidak mau ia harus menghadapi hewan legenda itu, mata Li Wei sejenak terpejam dan Ia menghirup udara dalam-dalam sebwlum kemudian Ia menampakkan dirinya dihadapan Naga Air yang berada dibalik pohon dimana ia bersembunyi.
SREENGGG!
Li Wei mengeluarkan pedang dan mengalirkan setengah tenaga dalamnya pada pedang tersebut, lalu pedang itupun memancarkan sinar biru yang sangat menyilaukan.
" Siapa kau? kenapa pedang Raja Air bisa ada ditanganmu."
Baru saja Li Wei akan menyerang Naga Air, namun serangannya tidak dilanjutkan karena mendengar Naga Air yang bisa bicara.
Li Wei mengerutkan keningnya sambil menatap tajam pada Naga Air.
" Kau bisa bicara? "
Li Wei mendongakkan wajahnya menatap Naga Air yang berukuran Raksasa sedang ada diudara.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!