PRIYA 04

“Takut?” Kening Yeyen lantas mengerut.

“Aku takut kalo Kak Prisma memarahiku gara-gara surat cinta itu, makanya aku nggak mau ke parkiran dan aku juga yakin, Kak Prisma pasti tahu kalo surat cinta itu hanya isengan belaka.”

“Masa sih? Kok aku nggak berpikiran seperti itu ya?!” Yeyen mengangkat sebelah alisnya, merasa kurang sreg dengan ungkapan Kiya. Entah kenapa dia nggak sependapat dengan dugaan gadis bertubuh mungil itu. Dia punya dugaan tersendiri. Cukup bertentangan dengan apa yang diucapkan Kiya.

“Sudahlah, jangan bahas itu lagi. Kan sudah berlalu.”

“Trus sekarang kamu mau gimana dengan video itu?”

Kepala Kiya menggeleng. “Entahlah. Bingung. Tapi aku akan mengikuti saranmu untuk nggak bertanya ke Papaku dulu. Setidaknya sampai Mbak Raika sudah menikah dengan Mas Galih.”

^^ P R I Y A ^^

Langit sore ini tampak tak bersahabat. Langit tampak gelap. Tidak ada sinar matahari karena tertutup awan-awan kehitaman. Sebentar lagi pasti akan turun hujan. Dan baru saja Kiya melewati pintu kelas, rintik-rintik itu akhirnya membasahi atap-atap sekolah. Yeyen yang berjalan sejajar di samping Kiya mendengus kasar. Mungkin kesal. Kenapa hujannya tidak turun ketika dia sudah sampai di rumah saja. Dia kan bisa menikmati hawa hujan sambil tidur-tiduran di atas kasur.

“Aku harap hujannya cepet reda,” guman Yeyen.

“Amin,” sahut Kiya mendoakan.

“Oh ya, tentang video Papamu itu gimana?”

Sekarang justru Kiya yang mendengus. Hampir seminggu sejak dia menemukan video itu dan dia masih belum menemukan tindakan yang tepat untuk mengatasinya.

“Aku sarankan sebaiknya kamu segera bertemu Kak Awan ato Kak Prisma, trus minta mereka menghapusnya,” usul Yeyen untuk kesekian kalinya. “Aku yakin kalo video BigGames di Youtube pasti sudah dibayar google adsense.”

“Dibayar?” Kiya mengangkat sebelah alisnya.

“Ehm, aku juga nggak terlalu paham sih sebenarnya. Intinya setiap bulan Kak Awan ato Kak Prisma mungkin mendapatkan penghasilan dari video yang diuploadnya. Kata orang-orang sih, semakin banyak subscibe dan viewer-nya semakin besar uang yang mereka dapat,” jelas Yeyen dengan sedikit ragu-ragu. “Jadi kamu harus segera meminta mereka untuk menghapusnya. Kalo kamu kelamaan, takutnya viewer video itu semakin banyak dan nantinya mereka nggak mau menghapusnya.”

“Atau aku laporkan saja ke Youtube?”

“Mungkin bisa. Cuma Youtube pasti minta alasan.”

“Alasan?”

“Setahuku, alasan video yang bisa dilaporkan adalah karena video itu mengandung unsur pornografi atau hal-hal buruk seperti merakit bom atau kekerasan terhadap hewan. Sedangkan konten video yang diupload Kak Prisma jelas tidak ada unsur-unsur itu,” papar Yeyen dari beberapa artikel yang pernah dibacanya dulu, saat dia juga berniat untuk menjadi Youtuber.

Kiya mengembuskan napas panjang. Benar kata Yeyen. Dia nggak bisa sembarangan melaporkan video orang lain. Itu sama saja telah melanggar hak asasi orang tersebut. Prisma atau Awan jelas tak bersalah. Mereka mungkin nggak tahu kalau laki-laki dewasa yang terekam itu adalah Papa Kiya.Tapi cara bagaimana lagi supaya video yang merekam Papanya itu bisa dihapus, tentunya tanpa bersinggungan dengan Prisma atau Awan. Kiya benar-benar bingung.

Bertepatan Kiya dan Yeyen sampai di koridor XII IPS 4 yang merupakan gedung paling dekat dengan gerbang sekolah, laki-laki bermantel hujan berwarna biru menghampiri mereka.

“Tumben cepet Mas,” ujar Yeyen dengan sedikit mengernyit heran karena tidak biasanya Yudi menjemput tepat waktu seperti ini. Biasanya dia pasti molor. Bahkan Yeyen pernah menunggunya sampai satu jam.

“Cepat salah. Telat salah,” celetuk Yudi sambil berdecak heran diakhir kalimatnya. Kemudian dia memberikan senyum merekah pada gadis di samping Yeyen. “Hai Ki!” sapanya.

“Hai juga Mas Yudi,” balas Kiya.

“Pulang dengan siapa?”

“Di jemput Mbak Raika, Mas.”

“Masih lama dijemputnya?”

Kiya menggeleng. “Nggak tahu juga Mas. Mungkin bentar lagi.”

“Atau kamu mau Mas mengantarmu setelah Mas ngantar Yeyen?” usul Yudi.

“Nggak usah Mas. Kasihan nanti bolak-balik.”

“Nggak papa kok. Ya, kan Yen?” Yudi menoleh ke Yeyen, meminta persetujuan.

“Terserah. Aku manut wae. Kan Mas yang bawa.”

“Nunggu Mbak Raika aja, Mas. Bentar lagi mungkin dia datang kok,” tolak Kiya lagi.

“Kalo gitu, Mas dan Yeyen nunggu—”

“Mas, yuk kita pulang sekarang, nanti hujannya makin deras,” ucap Yeyen sambil menyambar plastik hitam di tangan kanan Yudi yang berisi jas hujan. Setelahnya dia memberikan kode lewat matanya agar Kiya menengok ke belakang, ke salah satu sosok yang menjadi pembahasan mereka tadi.

Kiya spontan mengikuti arah pandangan mata Yeyen. Sosok laki-laki—yang bagian matanya sangat mirip Zayn Malik—baru saja keluar dari kelas XII IPS 4. Kiya langsung mengerti maksud kode yang diberikan Yeyen.

“Apa nggak sebaiknya kita nunggu Mbak Raika datang dulu, Yen?” pinta Yudi yang tampak enggan pergi.

“Nggak usah Mas. Kalian duluan saja. Sebenarnya aku juga mau ngambil buku yang tadi tertinggal di kelas,” ucap Kiya mencoba memberikan alasan sebelum menoleh ke belakang sebentar dimana Awan sudah duduk sendirian di lantai koridor dengan ditemani ponselnya.

Kiya memang ingin menghindari solusi dari Yeyen, tetapi kalau nggak ada cara lain, dia terpaksa harus melakukannya. Kalau semakin lama dia membiarkan video itu beredar, dia takut kalau asumsi negatif ini bukan hanya ada di benaknya, tapi juga orang-orang yang melihat video tersebut dan yang mengenal sang Papa. Dan mungkin sekarang waktu yang tepat untuk mengikuti saran Yeyen. Awan lagi sendirian. Semoga saja cowok itu sedikit menyesal dengan keisengan setahun yang lalu dan akan membantunya dengan senang hati sebagai bentuk permintaan maaf.

“Kami duluan ya, Ki!” pamit Yeyen seraya menarik Yudi yang sepertinya masih berat hati untuk beranjak pergi.

“Hati-hati Mas, Yen,” ucap Kiya sambil melambaikan tangan mengantar kepergian mereka.

Setelah dua kakak beradik itu sudah tak tertangkap retina matanya lagi, Kiya langsung membalikkan badan. Diembuskan napas pelan sebelum menggerakkan kakinya. Mungkin inilah solusi terbaik. Meskipun dia harus bersinggungan dengan salah satu orang yang termasuk dalam black list-nya.

^^ P R I Y A ^^

Hanya beberapa langkah lagi hingga Kiya berdiri persis di depan Awan, tapi langkah kakinya tiba-tiba berhenti. Maju. Tidak. Maju. Tidak. Mendadak Kiya menjadi ragu. Sebenarnya bukan hanya karena kejadian setahun yang lalu kenapa Kiya tampak enggan berinteraksi dengan Awan, tetapi juga karena dia tak mau dilabrak lagi. Dengan wajah di atas rata-ratanya, Awan termasuk cowok populer di SMAN 24 Sleman dan memiliki banyak fans. Mungkin saja salah satu dari mereka tidak senang melihat interaksinya dengan Awan.

Kiya bukannya takut berhadapan satu lawan satu dengan para fans Awan. Hanya saja Kiya tipikal orang yang lebih memilih menghindari masalah. Dia hanya ingin menikmati hidupnya seperti air sungai yang mengalir tanpa ombak-ombak yang mengganggu.

Huh! Kiya menghela napas panjang sebelum kembali menggerakkan kakinya.

BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Divyaprior

Divyaprior

kak aku suka ceritanyaaaaa

2020-03-20

0

Yanti Yulyana

Yanti Yulyana

semangat thor d tunggu up y

2020-03-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!