PRIYA 02

“Kalo nggak melamun, tadi namanya apa?”

Kiya nggak berniat untuk menjawab. Dia lebih memilih memandang Agung—si ketua kelas—yang baru masuk ke dalam kelas dan sekarang sedang melangkah menuju meja guru. Pasti ada pengumuman penting nih. Mengingat belum ada guru yang masuk meskipun bel sudah berbunyi sejak beberapa menit yang lalu.

“Shuttt! Diam semuanya! Ada pengumuman nih!” ucap Agung setengah berteriak, berharap dapat menarik perhatian teman-temannya dan bisa meredakan suara mereka yang sibuk dengan kegiatan masing-masing. “Guru-guru sedang rapat sampai siang. Jadi kelas hari ini kosong. Kalian bebas mau melakukan apapun. Tapi jangan buat keributan ya?!” sambungnya.

Seketika kelas menjadi ricuh. Suara sorak bergembira menggelegar. Bahkan sebelum Agung menyelesaikan ucapannya, sudah ada sebagian siswa yang pergi keluar. Yeyen yang duduk di samping Kiya juga ikut bersorak. Sementara Kiya hanya tersenyum simpul. Tidak ada seorang siswapun yang tak suka kelas kosong. Ibarat itu kebahagiaan hakiki di sekolah. Ditambah lagi suasana liburan kemarin masih melekat.

“Ke lapangan yuk! Siapa tahu di sana ada Kak Awan,” ajak Yeyen.

“Ehm... Oke deh,” jawab Kiya setelah terdiam berpikir cukup lama. Sebenarnya dia sedang malas ke mana-mana. Tapi dia nggak mau tinggal di dalam kelas sendirian. Kelas ini hampir kosong, hanya ada empat orang. Agungnya yang tadi memberikan pengumuman pun juga sudah tak terlihat lagi.

Selama perjalanan menuju satu-satunya lapangan outdoor di sekolah ini, pikiran Kiya masih mengajaknya bergumul, hingga tak memperhatikan lalu lalang yang ada di sekitarnya. Kalau Yeyen tidak menarik lengannya, mungkin dia sudah menabrak Jessica dkk. Dia sungguh tak ingin bersinggungan dengan mereka lagi. Cukup sekali saja.

Dulu Kiya pernah dilabrak sama ketiga cewek tersebut. Bikin malu saja, apalagi dia dilabrak di kantin sekolah yang hari itu lebih ramai daripada biasanya. Dikira setelah insiden labrakan tersebut, kehidupan SMA-nya akan suram. Kebanyakan kan seperti itu kalau di sinetron-sinteron ftv. Tapi untunglah apa yang ditakutkannya tidak terjadi. Jessica, Amira, dan Natasya tidak pernah mengusiknya. Kiya juga lebih meminimalisir tatap muka dengan mereka. Dia lebih banyak menghindar dan memilih jalan memutar.

“Ki, sebenarnya ada apa denganmu?” tanya Yeyen yang tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya sejak menangkap sikap Kiya yang tidak biasa. Meskipun Kiya termasuk cewek acuh dengan sekelilingnya, tapi sangat jarang—mungkin nggak pernah—dia bertingkah seperti ini, seperti orang yang sedang memikul beban berat saja. Kiya itu orang yang paling santai yang pernah Yeyen kenal.

Mata Kiya menatap ragu-ragu ke wajah Yeyan. Apakah dia harus mengatakannya? Tapi kalau seandainya pikiran negatif itu benar, ini akan menjadi aib keluarganya. Bukankah aib itu harusnya disembunyikan? Tapi kalau nggak ke Yeyen, harus dengan siapa lagi dia bercerita. Nggak mungkin dia bercerita dengan Mama atau Mbaknya. Mereka pasti sudah disibukkan dengan acara pernikahan Raika dan Galih.

“Kita kembali ke kelas aja yuk!” pinta Kiya sambil membalikkan badan.

Kiya sudah memutuskan. Sebaiknya dia memang harus menceritakan kegundahan ini kepada Yeyan. Siapa tahu Yeyen bisa memberikan solusi. Atau setidaknya bisa sedikit memberikan keringanan di dalam hatinya karena bukan hanya dirinya sendiri yang tahu. Karena ada pepatah mengatakan, hal yang paling sulit dan berat adalah menyimpan rahasia. Apalagi ini bukan pertama kalinya juga dia bercerita ke gadis itu.

Yeyen segera mengekori langkah Kiya. Rencana melihat Awan terpaksa diurungkan. Dia dan Awan satu sekolah, jadi dia bisa melihatnya di lain waktu. Pasti ada yang ingin Kiya ceritakan, mengingat raut serius yang mendadak menghiasi wajahnya.

“Jadi?” tuntut Yeyen setelah mereka duduk di bangku masing-masing. Sekarang di kelas ini hanya ada empat orang, termasuk mereka berdua.

“Ehm....” Kiya masih bimbang. Namun dia sungguh-sungguh tak ingin menyimpan kegundahan ini sendirian. “Aku melihat Papaku dengan wanita lain.”

Yeyen mengerutkan dahi. Kemudian dia berbisik. “Maksudmu Papamu selingkuh?”

“Entahlah. Aku nggak tahu.”

Lagi-lagi dahi Yeyen berlipat. “Trus kenapa kamu bisa bilang gitu?”

Kiya merogoh ke dalam saku baju dan mengambil ponsel pintarnya. Dibuka sebuah video yang telah diunduh pagi tadi. “Lihat video itu!” suruhnya sambil menyodorkan ponselnya.

“Memang ada apa?”

“Lihat aja dulu!”

Yeyen menatap cermat video berdurasi sepuluh menit tersebut. Tidak ada yang aneh di awal-awal video itu diputar. Hanya berisikan penampakan kawasan Borobudur. Tidak juga ada yang menarik. Situasinya sama saja saat dia pergi ke sana setahun yang lalu. Tapi mata Yeyen lantas membulat lebar ketika pemandangan itu berubah menjadi dua sosok remaja laki-laki.

“Kak Awan!” teriak Yeyen histeris.

Alice dan Chacha—kedua teman sekelas Yeyen dan Raika yang memilih untuk tetap di kelas tadi—spontan menoleh. Wajah mereka jelas menunjukkan keheranan dan keingintahuan dengan suara teriakan Yeyen. Sementara Kiya hanya bisa geleng-geleng kepala. Sudah diduganya. Yeyen pasti kegirangan melihat sosok Awan di video itu.

“Kamu dapat darimana sih video ini? Kok bisa ada Kak Awan?” seru Yeyen heboh. Dia memang sudah lama mengidolakan cowok berbulu mata lentik itu. Sejak awal masuk sekolah mungkin. Cuma dia nggak berani mendekati. Saingan untuk mendapatkan perhatian Awan sangat berat. Dia lebih memilih memandang dari kejauhan.

“Teruskan nontonnya!” suruh Kiya lagi tanpa menanggapi lontaran Yeyen.

Gadis itu mendengus kecil sebelum kembali menatap layar ponsel Kiya. Di menit kedelapan, mata Yeyen spontan kembali terbuka lebar. Kemudian dia menatap wajah Kiya lalu menatap layar itu lagi. Terus berganti-gantian sampai tiga kali.

“Apa aku harus bertanya tentang wanita itu ke Papaku?” lirih Kiya dengan nada lesu.

“Jangan! Jangan sekarang!” Yeyen menggerakkan sebelah tangannya ke kiri dan ke kanan. “Kamu bertanyanya setelah pernikahan Mbak Raika aja. Takutnya nanti bila kamu tanya sekarang, malah timbul masalah jika memang benar Papamu ada something dengan wanita itu,” terangnya.

Kiya mengangguk pelan. Pikiran mereka ternyata sama. “Jadi apa yang harus aku lakukan sekarang?”

“Sebaiknya kamu cari cara bagaimana menghapus video ini dulu, agar nggak semakin banyak orang yang salah paham,” jawab Yeyen sambil menyerah benda segiempat tersebut ke pemiliknya. “Kamu sebenarnya dapat darimana sih video itu?”

“Di youtube. Akunnya BigGames.”

“Kak Awan ato Kak Prisma pemiliknya?” tebak Yeyen.

“Mungkin saja.”

“Oke, gini aja. Kamu datangi mereka, lalu minta mereka untuk menghapusnya.”

“Tapi,”-Kiya menghela napas panjang-”aku nggak ingin berurusan dengan mereka lagi.”

“Kenapa? Pasti karena kejadian itu, kan?”

^^ P R I Y A ^^

“Kamu masih dendam? Tapi kejadiannya kan udah lama banget,” imbuh Yeyen lagi.

“Aku nggak dendam,” bantah Kiya.

“Lalu?”

“Hanya malas aja berurusan dengan mereka,” sahut Kiya dengan menerawang kejadian setahun lalu saat pertemuan pertamanya dengan kedua cowok tersebut, dan sekaligus alasan kenapa dia sungguh tak ingin lagi bersinggungan dengan Prisma atau Awan lagi.

Kiya menghela napas panjang setelah keluar dari WC yang bersebelahan dengan XI IPS 4. Lega. Hampir setengah jam dia menahan pipis gara-gara takut dengan Bu Desi yang terkenal dengan sebutan guru tergalak di SMAN 24 Sleman. Guru tambun itu sebenarnya tidak melarang siswa-siswinya untuk izin ke kamar kecil, cuma Kiya terlanjur takut dengan raut wajahnya yang terkesan selalu ingin meradang.

BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Robot Timus

Robot Timus

awwwwwwww lanjooood 😍






mampir juga ya kak ke novelku ❤️

2020-03-07

0

akun tutup

akun tutup

semangat kak up nya, di tunggu kelanjutan ceritanya 👍🏻😉

2020-03-06

1

Author.N.

Author.N.

Dari awal cerita yu udah bikin penasaran.
Lanjut Kakak... lanjuut....

2020-03-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!