Terjerat Cinta Bule Tampan
Akhir bulan adalah hari yang paling sibuk bagi Rania, tugasnya sebagai admin keuangan membuatnya harus berjibaku dengan berbagai macam laporan keuangan perusahaan. Neraca, arus masuk kas, laba rugi, deretan nominal angka-angka yang berderet tak berseri terkadang membuat kepalanya ingin meledak.
Gaji menggiurkan yang diberikan oleh PT. ADIGUNA Corp, memaksanya untuk tetap bertahan meskipun perusahaan ini memaksanya juga untuk bekerja lebih keras dibandingkan dengan perusahaan lain.
PT. ADIGUNA Corp adalah sebuah perusahaan raksasa di Indonesia, bahkan masuk ke dalam daftar perusahaan terbesar di Asia. Berbagai macam produk di produksi oleh perusahaan ini, dari mulai skincare, produk kebersihan rumah, produk khusus bayi, makanan hingga jasa konsultan pembangunan semua tersedia lengkap di perusahaan ini.
"Ran, bisa minta tolong ambilkan berkas-berkas saya yang baru tiba di Customer Service gak?" Pinta Mirza sang Manager keuangan, Rania yang mendapatkan meja di depan pintunya selalu saja di tumbalkan untuk harus menuruti segala perintah sang Manager yang terkenal dingin itu.
"Baik pak, permisi!" Sahutnya yang diangguki oleh sang Manager tanpa menoleh kemudian ia bergegas menuju resepsionis yang berada di lantai dasar.
"Kenapa gak minta OB aja sih buat ambilin, kok harus gue? dasar Manager rese, gak liat apa gue lagi sibuk!" Gerutu Rania dalam hati sambil memonyongkan bibirnya karena kesal.
Ting..
Pintu lift terbuka, Rania melenggang menuju meja resepsionis yang letaknya tak jauh dari pintu lift.
"Mel, ada berkas punya pak Mirza?" Tanya Rania kepada Melina sahabatnya yang bertugas sebagai resepsionis, ketika ia telah tiba di sana.
"Tadi ada beb, gue taro dimana ya? sebentar gue cari!" Ucap Melina sambil mencari berkas Pak Mirza diantara tumpukan berkas lain.
Telepon di meja resepsionis berdering, dengan cekatan Melina mengangkatnya. Seketika ia panik setelah menutup teleponnya.
"Kenapa beb, panik amat?" Tanya Rania yang mengamati perubahan raut wajah Melina setelah mendapat telepon.
"Mampus, Pak Mirza suruh buru-buru anterin berkasnya, gue lupa tadi simpan dimana ya. Mana itu bahan buat meeting para direksi lagi!" Ucap Melina heboh sendiri, sambil mengacak-acak semua yang ada di mejanya.
"Cari pelan-pelan Mel, lo tau sendiri gimana seremnya dia kalau lagi ngamuk. Gue bantu ya!" Tawar Rania sambil melihat ke sekeliling meja resepsionis.
Mel mengangguk sambil bergidik ngeri membayangkan kemarahan yang akan diterimanya jika sampai berkas itu tidak ditemukan, tangannya masih sibuk menggapai tiap inci meja berusaha untuk menemukan berkas itu.
"Itu map merah apaan Mel?" Tanya Rania menunjuk ke atas meja resepsionis agak ke pojok.
"Oh my god, iya itu berkasnya beb. Thanks sayangku, sepagi ini lo udah menyelamatkan nyawa gue!" Mel berkata sambil memeluk Rania.
"Ckk.. Apaan sih lebay lo Mel, ya udah gue harus buru-buru anterin berkasnya nih. Bye Mel, thanks ya!" Pamit Rania sambil menyambar berkasnya dan berbalik dengan tergesa hingga ia tak sengaja menabrak seorang pria yang hendak berjalan ke arah meja resepsionis.
Rania terpental dari tubuh pria itu hingga terjatuh, membuat berkas yang dibawanya terbang berhamburan.
"Astaga, i'm so sorry, are you okay?" Tanya pria itu sambil mengulurkan tangan untuk membantunya bangun. Sedangkan Mel bergegas membantu memunguti berkas yang berhamburan tadi dibantu oleh seorang pria lainnya.
Rania mengangkat wajahnya ke atas, terlihat seorang lelaki bule yang berparas amat tampan tengah menatap dengan mata hijaunya lalu bibirnya merekah menyunggingkan seulas senyum memamerkan sepasang lesung pipit yang sangat menawan.
Rania terpaku dibuatnya begitupun dengan pria bule itu, mereka saling berpandangan satu sama lain hingga Rania tersadar, ia menunduk mulai merasakan rasa panas yang menjalar di kedua pipinya.
"Ehmmmm.. Mau sampai kapan kamu memandangi dia?" Tanya pria yang tadi membantu Melina merapikan berkas.
Pria bule itu berkedip lalu menggaruk tengkuknya sambil tersenyum simpul, sementara Rania bangkit berdiri dan mengambil berkas yang diserahkan oleh Melina yang kini sudah kembali ke meja resepsionis.
"Saya minta maaf ya Tuan, saya terburu-buru mau mengantarkan berkas ini!" Pinta Rania penuh penyesalan sambil menunjuk berkas yang dipegangnya.
"It's okay.." Jawab pria itu masih tersenyum.
"Sekali lagi saya minta maaf, saya permisi Tuan!" Pamit Rania yang diangguki oleh pria itu, lalu berjalan cepat ke arah pintu lift yang masih tertutup.
Pria itu terus memperhatikan Rania yang sedang menunggu di depan pintu lift sambil tersenyum penuh arti.
"Perempuan itu sangat cantik ya, Bray!" Ungkap pria itu pada ada Brayan sang asisten tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun dari sosok gadis di depan lift yang berdiri membelakanginya.
"Iya, dia sangat cantik. Kamu suka padanya? Kejar dia hingga dapat!" Ucap Brayan menyemangati sang bos yang juga sahabatnya itu.
"Yes, i will.. Jika dia menoleh lagi ke arahku, saya bersumpah akan kejar cintanya hingga dapat!" Sungut pria itu berapi-api.
"Noted... Kita hitung ya 1.. 2.. !" Brayan mulai iseng berhitung diiringi tatapan heran bosnya.
"Masya Allah hati gue dag dig dug gini! Itu orang apa malaikat ya sempurna banget." Tutur Rania dalam hati lalu ia menoleh lagi ke belakang, dan mendapati kedua pria itu masih memperhatikannya.
Blush.. Rania merasa pipinya telah memerah kini, segera ia memalingkan lagi pandangannya sambil masuk ke dalam lift yang secara kebetulan pintunya telah terbuka.
"Woooww.. Dia menoleh, dia menoleh Harry padahal belum sampai hitungan ketiga.. Wooow!" Ujar Brayan heboh hingga tak sadar mereka tengah menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitarnya.
Harry memutar kedua bola matanya sambil berlalu meninggalkan Brayan yang baru tersadar ia tengah menjadi pusat perhatian. Brayan hanya mengangguk ramah lalu berjalan menyusul Harry yang hampir tiba di depan meja resepsionis dengan tampang yang dibuat cool.
"Selamat pagi tuan, ada yang bisa saya bantu?" Sapa Melina dengan ramah pada kedua lelaki yang tengah berdiri gagah di hadapan mejanya.
"Saya ada janji bertemu dengan Bapak Anwar Lukito , apa beliau ada di tempat!" Jawab Harry lugas sambil melirik jam yang melingkar di tangan kirinya.
"Maaf atas nama siapa, Tuan?" Tanya Melina kembali dengan sopan.
"Saya Harryson Arthur dari Jourel Group Britania."
"Ditunggu sebentar Tuan, saya akan menghubungi sekertaris beliau untuk memberitahukan kedatangan Tuan." Pinta Melina yang diangguki oleh Harry, lalu ia meraih gagang telepon di sampingnya.
Sambil menunggu Harry memperhatikan seluruh sudut kantor yang terjangkau oleh matanya, kantor yang sangat megah dan terlihat modern, setiap sudut kantor terlihat estetik sehingga tak pernah jemu dipandang mata.
"Nona.... Emhhh!" Panggilan Harry menggantung karena tidak tau nama lawan bicaranya sesaat setelah Melina meletakan gagang telepon.
"Saya Melina Tuan!" Ucap Melina segera karena ia menangkap maksud panggilan Harry yang menggantung.
"Oh iya nona Melina, maaf saya ingin mengetahui siapa nama perempuan yang bertabrakan dengan saya? dan di divisi mana dia ditempatkan?"
"Oh, namanya Rania tuan, staf admin keuangan. Maaf, apakah ada masalah dengan Rania, Tuan?" Tanya Melina yang sedikit terkejut karena Harry tiba-tiba menanyakan sahabatnya.
"No, tidak sama sekali. Saya hanya ingin mengetahui saja. Terima kasih infonya!" Jawab Harry lalu terbitlah segaris senyum dari sudut bibirnya.
"Sama-sama!" Jawab Melina.
Tak berselang lama, seorang pria muda menghampiri mereka sambil memperkenalkan diri dan meminta mereka untuk mengikutinya menaiki lift untuk menuju ke ruangan meeting yang terletak di lantai 10 gedung ini.
"Pak, kalau divisi keuangan terletak di lantai berapa ya?" Tanya Harry memecah kesunyian sesaat setelah mereka bertiga memasuki lift.
"Di lantai 10 Tuan, letaknya tidak begitu jauh dari ruangan meeting. Maaf, apa ada masalah Tuan?" Tanya pria muda tadi yang tak lain adalah sang Manager divisi keuangan itu sendiri dengan hati-hati.
"Oh tidak, saya mendengar ada seorang teman saya yang bekerja di divisi keuangan perusahaan ini. Hanya ingin memastikan apa betul itu teman saya atau bukan!" Jelas Harry yang diiringi oleh suara berdehem dari Brayan yang sedari tadi mengunci mulutnya karena tak ingin membuat gaduh lagi.
Harry melirik tajam ke arah Brayan yang secepat kilat telah merubah mimik wajahnya dari senyum mencibir menjadi pura-pura bersiul sambil membuang pandangan ke sembarang arah.
"Nama teman Tuan Harry siapa? Kebetulan saya pun membawahi divisi keuangan." Tanya Mirza yang secara tidak langsung menyelamatkan Brayan dari tatapan tajam Harry, pria itu menghembuskan nafas lega.
"Rania!" Jawab Harry singkat.
Samar terlihat perubahan ekspresi Mirza saat mendengar nama Rania disebut oleh client besar perusahaannya tersebut, namun ia berusaha terlihat biasa.
"Apa Rania kekasih Tuan Harry?" Tanya Mirza hati-hati.
"Calon!" Jawab Harry singkat, padat, jelas sambil tersenyum samar namun membuat kedua orang di dalam lift tersebut sangat terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
StrawCakes🍰
wah aku mampir thor .. keren karyamu 💖
2021-05-22
1
Mommy Agam
Holla thor aku mampir membawa like.
Aku suka ceritanya thor.
Salam dari WANITA TANGGUH KESAYANGAN CEO
2021-05-20
1
Sun_Lee
hallo aku mampir meninggalkan jejak
2021-05-20
1