Kedatangan Tamu

Seperti biasa akhir pekan Rania dihabiskan dengan berkutat melakukan hobinya di dapur. Semua resep yang ditontonnya di YouTube langsung ia eksekusi sendiri. Hobi memasaknya tercipta karena sedari kecil ia dibiasakan oleh bundanya untuk membantu pekerjaan di dapur, walaupun hanya sekedar memotong sayuran ataupun mengupas bawang.

Kali ini Rania sedang mencoba membuat fire chicken wings dengan cocolan saus keju ala sebuah restoran ayam cepat saji yang cukup terkenal.

Pertama, Rania membaluri ayam dengan jeruk nipis lalu diamkan sebentar sambil membuat bumbu marinasi. Rania mengambil cobek dan memasukkan bawang putih, jahe, garam dan kaldu jamur lalu menguleknya hingga halus. Ayam tadi dicuci bersih, kemudian Rania membuat keratan dengan menggunakan garpu dan membalurkan bumbu marinasi ke ayam itu.

Sambil menunggu bumbu meresap, Rania mengambil teflon yang tergantung untuk membuat saus keju. Ia menuang 1 sendok makan margarin ke atas teflon dan menyalakannya dengan api sedang, Rania mulai memasukkan susu, terigu, keju, merica, garam dan bumbu tabur dengan rasa keju. Semua bahan diaduk hingga keju larut dan mengental, setelah mengental Rania memindahkan saus keju ke dalam wadah.

Lalu kini Rania meracik bahan untuk membuat saus barbeque, ia memasukkan air, saus barbeque siap saji, saus tomat, saus sambal, madu, gula pasir dan sedikit bubuk cabai agar tambah hot ke dalam sebuah mangkok lalu dicampur hingga rata. Rania mengambil teflon lagi, dia menumis bawang putih, setelah harum Rania menuangkan racikan saus di dalam mangkuk tadi hingga mengental. Angkat dan sisihkan.

Untuk ayamnya Rania memakai tepung siap saji supaya praktis, dicampur juga dengan sedikit terigu. Buat adonan basah dan kering, gulingkan di keduanya lalu digoreng hingga berwarna kuning keemasan.

Step terakhir Rania mengambil saus barbeque yang masih di dalam teflon tadi, ia gulingkan ayam ke dalamnya dan dimasak sebentar dengan api kecil hingga tercampur satu sama lain. "Voila... "Seru Rania girang akhirnya masakannya telah siap.

"Ririiiiiiiii..." Teriak Rania memanggil adiknya yang ada di lantai atas.

"Apa sih kak teriak-teriak?" Tanya Riri sambil menuruni tangga dan menuju dapur.

"Nih mau coba?" Tawar Rania sambil menunjuk masakannya di piring saji.

"Ya mau bangetlah pake ditanya lagi, baunya aja udah enak banget ini!" Jawab Riana bergegas menyomot sepotong sayap ayam dan segera melahapnya.

Rania terus menatap ekspresi demi ekspresi adiknya saat menyantap masakannya, ia tak sabar ingin segera mengetahui responnya. Setiap selesai bereksperimen Rania selalu memanggil adiknya untuk mencicipi, sejauh ini ia mendapat feedback positif untuk setiap hasil masakannya.

"Kak ini rasanya mirip banget loh sama yang asli, enak bangeeeettt ini rasanya kek mau meninggoy!" Puji Riana dengan gaya dan intonasi suara yang alay.

"Apaan sih Ri, masa cuma makan ginian aja mau meninggal. Amit-amit ih, ralat ngga kata-katanya!" Respon Rania sambil melotot.

"Ih kan biar kaya anak-anak zaman now." Ucap Riana sambil nyengir kuda.

"Eh.. eh.. ini anak bunda yang cantik-cantik lagi pada ngeributin apa sih sampe kedengeran ke kamar?" Tanya bunda menghampiri kedua anak gadisnya.

"Ini loh bunda si Riri, masa cuma cicip masakan Rara aja rasanya kaya mau meninggal katanya." Adu Rania sambil menunjuk adiknya.

"Kak Rara aja yang ga update, kan becandaan anak kekinian itu!" Ucap Riana tetap membela diri.

"Bener kata kakakmu, ucapan itu doa sayang, jadi berucap lah yang baik-baik. Istighfar loh nak!" Nasihat bunda sambil mengelus rambut Riana.

"Astagfirullah, ampuni hamba mu Ya Allah, hamba cuma bercanda tadi, hamba cuma mengikuti anak-anak zaman now. Jangan dengerin kata-kata hamba yang tadi ya Ya Allah!" Kata Riana sambil menengadahkan kedua tangannya.

Tingkah Riana lantas membuat Rania dan bunda tertawa geli. Rania mengacak rambut adiknya gemas.

Ting.. tong..

Bel terdengar berbunyi, lantas bunda bergegas membukakan gerbang.

"Assalamu'alaikum, Rania nya ada bu?" Salam seorang pria ketika gerbang sudah terbuka.

"Waalaikumsalam, ini temannya Rania?" Tanya bunda pada tamu itu sambil menelisik wajahnya.

"Iya bu, perkenalkan saya Mirza, teman satu kantor Rania." Ucap Mirza sopan sambil mencium tangan bunda.

"Iya nak Mirza, Rania ada kok di dalam. Ayo, silahkan masuk!" Ajak bunda melangkah ke dalam diikuti oleh Mirza.

"Silahkan duduk dulu, saya panggil dulu Rania ya. Dia lagi masak di dapur." Pamit bunda sambil berlalu.

"Ra, itu ada yang cari, udah bunda suruh duduk di ruang tamu." Lapor bunda sambil menunjuk ke arah ruang tamu.

"Siapa bun?" Tanya Rania sambil melongok ke arah ruang tamu meski tak terlihat apa-apa.

"Udah liat aja langsung." Kata bunda.

"Ri, awas loh fire wings nya jangan dihabisin!" Ucap Rania pada adiknya yang hendak mencomot lagi.

"Liat aja nanti." Respon Riri sambil memeletkan lidahnya.

Rania bergegas ke ruang tamu, dengan wajah dan badan yang penuh keringat, ia yakin saat ini wajahnya sangat tidak enak dipandang.

Dilihatnya seorang lelaki dengan gaya casual, memakai jeans biru dan kaos polos hitam sedang duduk manis di ruang tamunya.

"Loh pak Mirza." Ucap Rania kaget, ia merasa malu menemui Mirza dengan keadaan seperti ini. Ia betul-betul lupa sudah membuat janji dengan pria itu.

"Hi, Rania!" Sapa Mirza ramah sambil melambaikan tangannya. Di matanya Rania masih terlihat cantik meskipun wajahnya dipenuhi dengan keringat dan baju rumahan yang sangat sederhana, rambutnya pun diikat ekor kuda sedikit berantakan.

"Kok gak kirim pesan dulu pak kalo mau kesini? Saya kan malu nemuin bapak dalam keadaan kucel kaya gembel begini!" Gerutu Rania polos namun terlihat malu.

"Kalo lagi di luar panggil Mirza aja ya.. " Pinta Mirza sambil tersenyum.

"Yah, kirain boleh langsung dateng aja, jadi gimana dong?" Lanjutnya lagi.

"Saya rapi-rapi dulu ya sebentar." Pinta Rania hendak berbalik meninggalkan ruang tamu.

"Udah santai aja, kamu kan habis masak jadi wajarlah sedikit keringetan. Ga usah rapi-rapi segala lah ya!" Pinta Mirza sambil menepuk-nepuk sofa disampingnya, mengisyaratkan Rania untuk duduk.

"Aduh saya malu pak, eh Mirza.. eh.. !" Ucap Rania terbata merasa tidak enak kalau harus memanggil atasannya dengan sebutan nama saja.

"Masih risih ya panggil nama, ya udah panggil apapun yg buat kamu ga risih. Asal jangan bapak aja, saya kan masih muda!" Usul Mirza sambil terkekeh.

"Ya udah kak Mirza aja ya!" Ucap Rania

"Itu lebih terdengar lebih manusiawi dibanding bapak!" Ujar Mirza, kali ini ia lebih banyak tertawa daripada biasanya.

Mirza nampak lebih tampan dalam balutan baju casual, dia juga banyak tersenyum sehingga level ketampanannya meningkat drastis, Rania harus mengakui itu.

"Mau pergi cari makan gak keluar?" Tawar Mirza melirik ke arah Rania di sampingnya.

"Kalau pergi makan keluar sayang banget nanti makanan yang saya masak jadi mubazir, mending kak Mirza makan bareng saya aja disini, mau gak?" Tawar Rania balik sambil ke arah meja makan dengan jempolnya.

"Wah apa gak ngerepotin?" Tanya Mirza sungkan.

"Ngga sama sekali, malah seneng banget kalo orang lain mau makan apa yang saya masak.. yuk ke meja makan." Ajak Rania lalu berjalan ke meja makan. Mirza mengikutinya sambil mengedarkan matanya ke sekeliling rumah.

Ruang makan berbatasan langsung dengan ruang tamu yang dibatasi dengan partisi yang terlihat estetik dipandang mata. Dari ruang makan Mirza bisa melihat taman kecil nan asri dengan kolam ikan yang memanjang sepanjang taman berdinding kaca transparan, sehingga sambil makan kita bisa melihat ikan-ikan yang berenang.

Bruuuukkkkk..... Tiba-tiba suara berdebum benda jatuh mengejutkan seisi rumah.

Terpopuler

Comments

Pink Panther

Pink Panther

3 like+rate 5 didaratkan dari Who is He👍

Jangan lupa likeback😁💕

2021-05-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!