"Raniaaaa tolong gueeeee, toloooooong...... " Terdengar suara Stella sahabatnya menjerit.
"Ya Allah, Stella lo dimanaa?" Tanya Rania panik.
"Gue di tempat kost yang dulu, gue mau ambil......" Suara Stella tiba-tiba berhenti dan terdengar seseorang membentaknya.
"Raniaaa kalau lo mau sahabat tersayang lo selamat, lo harus datang kesini sendirian! Ingat sendirian!!! Itu juga kalau lo sayang sama nyawa temen lo ini!" Ancam suara berat khas seorang lelaki yang terdengar di seberang telepon.
"Iya.. iya.. sebentar lagi saya kesana. Jangan pernah sentuh Stella sedikitpun!"
Rania mematikan telepon, lalu bergegas berlari ke atas untuk berganti baju di kamarnya. Tak lama Rania turun dengan baju yang sudah terganti dan membawa tas selempang.
"Ran, mau kemana?" Tanya Mirza yang sedari tadi bingung melihat kecemasan Rania.
"Astagfirullah, saya sampai lupa ada kak Mirza. Saya ada keperluan mendesak kak. Kaka ga apa-apa kan saya tinggal, atau mau pulang aja?" Ucap Rania dengan gesture gelisah.
"Saya antar saja ya." Tawar Mirza
"Ga usah kak, makasih ya. Saya udah pesan taksi online kok.. Maaf ya saya harus buru-buru kak!" Rania berucap sambil setengah berlari.
Mirza yang bingung mengikuti Rania berjalan keluar, ia curiga terjadi sesuatu hingga membuat Rania cemas dan tergesa-gesa seperti itu.
Setelah taksi online Rania berangkat, Mirza pun ikut berangkat juga. Mungkin ia akan pulang dan beristirahat, mengumpulkan tenaga untuk bertempur dengan hari Senin yang super sibuk.
****
Rania turun dari taksi online dan berjalan gontai mendekati pintu kamar kost Stella. Sebetulnya Rania masih merasa trauma datang ke tempat ini, mengingat ia pernah memergoki Stella dan mantan tunangannya sedang melakukan perbuatan terlarang. Namun dengan besar hati, ia mampu memaafkan Stella dan mereka kembali bersahabat.
Terlihat 2 unit motor terparkir di depan kamar kost sahabatnya. Rania merogoh hp dari tasnya, lalu ia membidikkan kamera ke arah masing-masing plat nomor tersebut.
Rania merasa ragu, gugup dan takut untuk masuk ke dalam, namun demi menolong sahabatnya ia beranikan diri dan bulatkan tekad.
"Lo bisa Ra.. Lo bisaa.. Jangan takut, ada Allah yang selalu jagain lo. Bismillah.." Ucap Rania dalan hati.
Rania memasukkan kembali hp nya ke dalam tas lalu ia mengetuk pintu. Ketika pintu dibuka Rania langsung ditarik ke dalam dengan kasar.
Seorang pria botak plontos berpakaian seperti preman tertawa menyeringai sambil menilai penampilan Rania dari atas ke bawah.
"Wah barang bagus!" Ujar pria itu sambil memegang dagu Rania dan tersenyum miring.
"Dimana Stella? Kenapa anda sekap dia?" Tanya Rania dengan nada tinggi.
"Dia ada di balik selimut itu, lo liat aja sendiri." Jawab pria itu sambil menunjuk selimut yang terlihat menggembung di atas kasur.
Rania langsung bergegas menuju selimut yang ditunjuk oleh pria itu.
"Mangsa datang bos." Ucap pria itu sambil tertawa terbahak-bahak lalu pergi keluar dengan tawanya.
Lantas terdengar suara pintu terkunci dari luar. Seketika perasaannya menjadi tidak enak, dalam hati ia tak lepas merapal kan doa-doa agar dijauhkan dari segala macam MARA bahaya.
"Bismillah." Ucap Rania sambil menyingkap selimut.
Rania terkejut bukan main, ternyata bukan Stella yang ada di dalamnya tetapi seorang pria paruh baya yang sedang tersenyum menggoda sambil mengedipkan sebelah matanya.
Pria tua itu bangun tiba-tiba dan bersiap untuk menangkap Rania, refleks Rania mundur kebelakang. Pria itu hendak mendekat sehingga membuat Rania gemetar dan sangat ketakutan.
"Mau apa anda?? Jangan mendekat!" Teriak Rania ketakutan, lalu melempari benda apapun yang bisa dijangkau nya ke arah pria itu.
"Kamu mau saya main kasar?" Bentak pria itu sambil menarik lengan Rania dengan kasar lalu menghempaskan nya ke atas kasur.
"Toloooooongggg.. tolooooooonggggg.. Teriak Rania sambil berontak karena pria itu memegangi kedua tangan dan menindih kakinya.
Di sisi lain ada seseorang yang tengah tertawa puas mendengar teriakan Rania. Dia berdiri bersisian dengan pria botak yang berpakaian preman tadi.
"Mampus lo, sok cantik banget sih jadi orang. Bentar lagi jadi ampas lo, gue puas banget sekarang!" Maki seorang wanita muda yang berdiri di samping pria tadi seraya tertawa keras.
"Situasi aman kan? Dia datang sendirian kan?" Tanya wanita itu.
"Aman, kondusif dia sendirian."
"Bagus kalo gitu!" wanita itu tertawa lagi.
Lalu keduanya keluar dari tempat persembunyiannya, yakni di gudang kecil yang terletak paling sudut tempat kost ini.
Si pria berjalan terlebih dahulu di depan si wanita, lalu mereka berhenti di depan kamar tempat Rania berada. Si pria terlihat menyerahkan sebuah amplop coklat yang terlihat tebal kepada si wanita, si wanita tersenyum sumringah menerimanya lalu keduanya pergi dengan masing-masing motor yang terparkir tadi.
Bunda baru saja selesai menonton drakor favoritnya, lalu ia keluar dari kamar Riana dan turun ke bawah untuk menemui Rania dan Mirza. Mata bunda berkeliling memindai setiap sudut ruangan, namun tak nampak tanda-tanda keberadaan mereka berdua.
"Loh mereka pergi kemana ya? meja makan juga berantakan. Gak biasanya Rara kaya gini, mana gak pamit lagi! Gumam bunda dalam hati sambil membereskan piring-piring kotor dan mencucinya di sink.
Pikiran bunda terus tertuju kepada Rania, sampai ia tak sadar menyimpan piring di rak pengering gelas, hingga piring itu jatuh dan hancur berkeping keping.
"Astagfirullah, kok perasaanku jadi gak enak!" Gumam bunda lalu merogoh handphone di sakunya tanpa membereskan terlebih dahulu pecahan piring yang berserakan.
Bunda mencoba menghubungi nomor Rania berkali-kali namun Rania tidak juga mengangkat teleponnya, hal itu membuat bunda semakin gelisah dan khawatir dibuatnya.
Rania mendengar suara handphone nya yang terus berbunyi, namun pria tua itu masih terus berusaha memegangi kedua tangan Rania. Dengan sekuat tenaga Rania menghempas dan menendang pria itu. Ia berlari ke arah pintu sambil mengambil handphone dan melihat nama penelepon.
"Bunda tolong...... aku takut" Ucap Rania lirik sambil terisak sambil berusaha menggedor-gedor pintu dan berteriak minta tolong.
Pria tua itu merebut handphone ditangan Rania kemudian melemparnya ke lantai hingga hancur dan terlihat tidak menyala lagi.
"Kesabaran saya sudah habis!" Geram lelaki itu menjambak rambut Rania lalu menariknya hingga gadis itu ikut terseret hingga membentur pinggiran kasur. Rania berteriak kesakitan, ia merasa tenaga pria itu lebih kuat dua kali lipat setelah berhasil menghempaskan tubuh Rania dengan kasar ke atas kasur, kemudian pria itu mengikat kedua tangan Rania yang direntangkan ke atas, lalu mengikat masing-masing kakinya ke pinggir ranjang.
Lelaki itu tersenyum menyeringai, namun ia lupa membungkam mulut Rania yang terus menjerit, sehingga ia perlu mengambil lakban untuk meredam suara teriakan gadis itu.
"Toloooooooonggggg." Kali ini Rania menjerit lebih keras namun langsung terhenti saat sehelai lakban menutup mulutnya.
"Let's play baby!" Ucap lelaki itu sambil berusaha untuk menyingkap baju Rania. Perut Rania sudah mulai terekspos, membuat pria itu makin bergairah.
Rania terus berdoa dalam hati, ia berharap ada seseorang yang menolong atau dibukakan jalan agar ia bisa keluar dari situasi ini. Kali ini ia benar-benar merasakan ketakutan yang sangat hebat lebih dari apapun itu.
Braaakkk... braaakkk.. braaakkkk...
Saat pria itu akan menyingkap ke arah dada, terdengar bunyi pintu ditendang berulang kali hingga pintunya terlepas.
Seorang pria berlari dengan penuh amarah ke arah pria tua itu, dia menendang pria tua itu hingga jatuh terjerembab ke bawah ranjang. Dengan membabi buta dia melayangkan pukulan demi pukulan ke wajah dan tubuh pria tua yang sudah terlihat tak berdaya itu, pukulannya terhenti saat sang pria tua terkulai tak sadarkan diri.
Rania mengucap puji syukur dalam hatinya, karena pertolongan Allah datang pada waktu yang tepat. Pria penolong itu mengalihkan pandangannya pada Rania, mata mereka lalu bertemu pada satu titik dan menerbitkan secercah senyuman dari bibir mereka masing-masing.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Diyha Vilka
lanjut Thor 🥰
2021-05-17
1