3. Luka Hati

...~Rupa fisik tak selamanya mencerminkan apa yang ada di dalam sanubarinya, tetapi hati...

...dapat mencerminkan diri melalui tindak-tanduknya~...

.

.

Mobil sejuta umat yang dinaiki Kiyara bersama Dafa, Kakaknya, sudah membaur dengan

mobil-mobil lain di jalanan, menuju salah satu SMA bergengsi di Kota Kembang. Tak ada perbincangan serius antara kakak beradik itu, hanya obrolan ringan diselingi suara musik pop agar suasana mobil tak terlalu sepi. Hubungan

keduanya memang sangat dekat sebagai saudara, meski kadang-kadang Kiyara merasa

minder bila diantar sang kakak seperti ini. Fisik sempurna Dafa nyaris tanpa celah, membuatnya merasa tak pantas menjadi adik dari laki-laki berbadan tegap dan berparas tampan itu.

“Kak, turunnya jangan di depan gerbang, turunin deket halte aja,” pinta Kiyara.

Dahi Dafa berkerut, otaknya mencerna kalimat yang diucapkan adiknya, “No, terlalu jauh kalau dari halte ke gerbang sekolah kamu, belum lagi masuk ke kelas kamu masih jauh lagi, Dek.

Kayak biasanya aja di depan gerbang pas, nggak lebih dan nggak kurang.”

Kiyara hanya mengerucutkan bibirnya, sebal. Seminggu diantar jemput sang kakak,

membuat dirinya menjadi buah bibir teman-teman sekelasnya, lagi-lagi karena fisik keduanya yang tidak terlihat seperti adik dan kakak.

“Kakak, itu nggak pernah tahu rasanya jadi aku. Sesekali turuti apa mau ku, apa salahnya sih, Kak?”

Dafa mendengus lalu melirik adiknya sekilas, niat hati tak ingin adiknya terlalu

lelah karena harus berjalan cukup jauh untuk masuk ke dalam kelasnya, malah membuat keduanya terlibat adu mulut sepagi ini.

“Kak, turunin Kiyara, ih!” rengek Kiyara.

Si pengemudi masih enggan menjawab, tetapi masih melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, menyusuri jalanan yang mulai padat merayap. Sampai tiba di depan gerbang berwarna hitam bertuliskan nama SMA, Kiyara, barulah mobil hitam itu berhenti.

“Silakan turun, Tuan Putri.”

Bibir mungil milik Kiyara, mencibir ulah Dafa yang terbiasa membukakan seatbelt untuknya. Meski begitu, hatinya teramat senang karena kebiasaan sang kakak yang selalu baik kepadanya, terlebih tak pernah malu mengakuinya sebagai adik.

“Makasih, kek. Dari pada bibir manyun-manyun gituh, entar Kakak karetin baru tahu rasa,”

sindir Dafa.

“Terima kasih, Abang sayang. Hati-hati di jalan, Tuan Putri mau menimba ilmu terlebih dahulu.”

Dafa tersenyum, lalu tangannya terulur mengusap rambut milik adiknya dengan lembut.

“Assalamu’alaikum Kak,” ucap Kiyara sembari membuka pintu mobil.

“Wa’alaikumsalam. Nanti chat Kakak, kalau udah selesai kelas,” teriak Dafa mengiringi langkah sang adik menuju sekolahnya.

Langkah kaki yang berbalut pantofel itu ia

ayunkan perlahan, menyusuri koridor sekolah berharap, setiap langkahnya terhitung sebagai olahraga, dengan begitu kalori di tubuh gemuknya akan sedikit berkurang, atau jika bisa setiap langkahnya bisa meluruhkan 1 kg berat badannya, nyantanya berat badannya tidak berkurang sama sekali.

“Iya, itu tuh. Si Kiyara, kok bisa dia punya kakak setampan dan seperfect itu badannya, bagai bumi dan langit banget deh.”

“Ih, masa sih? Jangan-jangan Kiyara anak pungut lagi.”

Mentari yang memancarkan sinar hangatnya seakan meredup seketika, gadis yang sedang

menjadi topik pembicaraan itu berada di sana, mendengarkan dengan baik dan jelas gunjingan teman-temannya sendiri.

“Apa salahku? Kenapa karena bentuk fisikku yang seperti ini, mereka tega menggunjingku … salahku di mana? Padahal aku tidak pernah mengganggu mereka,” ucap Kiyara lirih.

“Dor … ngapain lu Ndut, ngintip apaan sih?” Kiyara yang mendengar suara pria paling

resek se-sekolahannya pun membalikkan badannya, netra coklat pekatnya bertubrukan dengan netra biru milik laki-laki blasteran yang selalu mengganggunya semenjak pertama kali Kiyara menginjakkan kaki di sekolah ini.

"Jangan mengejekku, Kak. Tolong, mengertilah sesekali saja …” Kiyara menangkupkan kedua

tangannya di depan dada, mengiba pada sang kakak kelas resek, yang masih betah

menatapnya tanpa berkedip sedikit pun.

“Ah, pasti nih orang lagi nyusun rencana jahat buat aku,” bisik Kiyara dalam hati, saat lawan bicaranya hanya diam tak merespon ucapannya.

“Kak, tolong … biar pagi ini cukup mereka yang mengataiku.”

“Dasar, Gendut aneh … mana bisa seperti itu, suka-suka mulut gue lah, mau ngatain lu

atau mau muji lu ya terserah mulut gue lah maunya kapan, nggak usah ngatur-ngatur.”

“Sorry,” ucap Kiyara sembari menundukkan

kepalanya, memang hal semacam ini bukan yang pertama dia rasakan, sudah berkali-kali dia merasakan hal seperti ini … yang lebih parah pun sudah pernah dia rasakan, tapi tetap saja luka hati yang dulu tak pernah sembuh, lalu kini hampir setiap hari goresan di hatinya semakin bertambah.

“Hah … gue kira nyali lu udah bertambah, ternyata masih sama aja … dasar Gendut.”  Dave … laki-laki itu menggelengkan kepalanya lalu mengusap lembut puncak kepala Kiyara dan berlalu pergi meninggalkan gadis gendut itu, yang sekarang sedang membelalakan matanya lebar-lebar.

“Apa yang baru saja terjadi?” bisiknya dalam hati.

Kiyara masih termenung di balik tembok menuju kelasnya, dia masih ingin mendengar apa yang digosipkan kedua temannya lagi, tapi sayang mereka berdua sudah berhenti

bergosip dan kini sedang bermain gawai di tengah jalan yang hendak kiyara lalui, menyandarkan tubuhnya pada pinggiran pintu.

“Ehm, permisi aku mau lewat,” ucap Kiyara sembari menundukkan kepalanya.

“Eh, elo Ndut gue kira siapa. Masuk mah masuk aja kali, tuh pintunya udah terbuka

lebar kok,” jawab gadis berambut pendek, diakhiri dengan senyum sinisnya.

“Eh, gimana sih lu Rin ya jelas nggak muat lah. Minggir dikit sana,” sambung Adelia teman

si gadis berambut pendek.

Kiyara menghirup napas dalam, lalu menghembuskannya perlahan, “Terima kasih.”

Mata pelajaran pertama belum juga dimulai tapi rasa dongkol sehingga ingin pulang

sudah menguasai hatinya. Gadis gendut itu berjalan perlahan menuju tempatnya duduk. Kursi pojok paling depan adalah pilihan terbaik baginya, teman-teman julidnya pasti tidak akan berani duduk dibagian depan, sehingga bisa

menghindari mulut bon cabe level lima puluh milik temannya, uh pedes gila.

“Hey, udah ngerjain PR matematika belum?” tanya Cakra yang sudah memposisikan

duduknya di bangku sebelah Kiyara.

Ya, ini sudah satu minggu setelah Kiyara bertemu Cakra di dekat toilet tempo hari

dan sudah satu minggu juga Kiyara memiliki teman sebangku.

“Sudah …”

Suara gaduh yang ditimbulkan oleh teman-teman sekelasnya dari arah pintu,

mengindikasikan bahwa guru yang dinanti-nanti sudah otw ke kelas. Membuat Kiyara dan Cakra tak lagi melanjutkan percakapan mereka dan memilih untuk menyiapkan buku untuk mata pelajaran pertama.

 “Assalamu’alaikum, selamat pagi. Silakan duduk yang rapi kasih jarak satu meja, semua buku dimasukkan ke dalam tas, hanya ada

alat tulis di atas meja. Kita ulangan harian, hari ini,” titah guru matematika yang baru saja tiba. Kelas yang semula sudah sepi, kini riuh seketika.

“Yah, Bu. Kita belum belajar nih, kasih waktu 15 menit ya Bu, buat belajar sebentar aja.”

“Iya.. Bu.”

“Nggak usah ulangan harian aja,Bu.”

Brak … Brak … Brak … Suara saling bersahutan, membuat guru matematika itu menggebrak

mejanya beberapa kali.

“Yang tidak bersedia mengikuti ulangan pagi

ini, silakan keluar dari kelas saya dan dapat dipastikan dalam mata pelajaran saya nilai kalian auto tidak akan lulus.”

Kelas mendadak hening, semua siswa-siswi menata dirinya masing-masing sesuai perintah

gurunya. Sementara Kiyara, gadis itu tetap tenang sedari tadi membiarkan teman-temannya menyuarakan pendapat tanpa ikut berbicara. Dia gadis yang cerdas, dengan atau tanpa belajar pun nilainya tetap bagus.

“Kiyara Mentari, tolong bantu saya membagikan kertas ulangannya.”

Ah, berkeliling kelas melewati jalanan sempit antara meja-meja, sungguh menyebalkan. Belum lagi tatapan merendahkan dari teman temannya. Jika bisa menolak, pasti sudah Kiyara lakukan.

“Baik, Bu.”

Ulangan dadakan pun dimulai, wajah-wajah di dalam kelas itu meredup seketika, tapi

tidak dengan Kiyara, dia menjawab soal-soal di atas kertas itu dengan santai dan mudahnya. Panggilan teman-temannya dia abaikan, karena pengalaman buruk memberi contekan pada temannya masih melekat erat di benaknya dan lagi dia tidak ingin dimanfaatkan oleh teman-teman yang selalu mengejeknya, cukup awal-awal semester saja tidak lagi.

“Ra. Kiyara… woi…nyontek dong!” bisik Arin, wanita berambut sebahu yang menggunjing

Kiyara di pintu kelas pagi tadi.

“Woi, dasar Gendut nggak tahu diri. Minta contekan aja kagak boleh, awas lu.”

Dengan seringai licik, Arin menulis jawabannya di sobekan kertas lalu melipat kertas

itu lebih kecil, dan.. ‘Pluk’ kertas itu dia lempar ke arah Kiyara, tepat mengenai bahu Kiyara lalu jatuh di atas lantai.

“Arin! Apa yang kamu lempar ke arah Kiyara?” teriak Bu Reni, guru muda yang terkenal killer, membuat muridnya yang sedang mengerjakan ulangan harian menatap ke arah objek yang disebut oleh gurunya itu.

“A-anu.Bu, Kiyara tadi meminta jawaban nomor 2 ke saya,” jawabnya pura-pura takut,

padahal itu adalah rencanya. Arin, sangat paham jika gurunya itu sangat membenci siswanya yang meminta contekan tapi tidak pernah menghukum siswa yang memberi contekan.

“Bu, ta—,”

“Diam, Cakra … jangan ikut campur … ! Kiyara Mentari!!! kumpulkan soal dan lembar jawaban kamu di meja Ibu dan keluar dari kelas Ibu!”

Terpopuler

Comments

ZasNov

ZasNov

Kayaknya Dave pengen Kiyara lebih kuat, tapi maksudnya ga jahat..🤔
Asli kesel banget sama Arin, rese banget tu orang. Udah tadi pagi ngehina Kiyara..Trus pas ulangan malah bikin ulah...
Ga dikasih contekan,dia malah fitnah Kiyara minta contekan..😤
Lagian Gurunya ga mikir apa, anak sepinter Kiyara minta contekan sama orang lain..😫
Cakra mau belain Kiyara, malah disuruh diem 😣

2021-06-04

2

Almira Mira

Almira Mira

next

2021-05-08

2

lihat semua
Episodes
1 1. Kiyara Mentari
2 2. Mentari Yang Redup
3 3. Luka Hati
4 4. The Best Brother
5 5. Teman Kecil
6 6. Buruk dan Baik
7 7. Silih Berganti
8 8. Bullying dan Bullying
9 9. Dalam Diam
10 10. Strategi Bangkit
11 11. Tulisan Mengubah Pandangan
12 12. Senakal-nakalnya Laki-Laki
13 13. You'r The Reason
14 14. Gue Nggak Buta
15 15. KARENA KAMU SEMPURNA
16 Sabar dan Lebar
17 Villa
18 PENSI Dadakkan
19 Wahai Diri !
20 Bodo Amat
21 Tetangga Baru
22 Berteman?
23 Mama Kak Dafa Kritis
24 Tetap Jadi Kakak yang Terbaik
25 Saudara se-Ayah (1)
26 Saudara se-Ayah (2)
27 Bule Ganteng Banget
28 Bule Ganteng Banget (2)
29 Semenjak Ada Dirimu
30 Rumah Tetangga
31 Mengagumi
32 Nginep?
33 Kamar
34 Insiden Pagi Hari
35 Insiden Pagi Hari (2)
36 Masih Rumah Dave
37 Adik Tiri
38 Belum Ada Perkembangan
39 Lelaki Itu
40 Rumit
41 Salah Ngomong
42 Usaha
43 Usaha Lagi
44 Status
45 Memaafkan
46 Berkumpul
47 GGL
48 Temen Lucknut
49 Ujian Cinta (Katanya)
50 Kegundahan Mommy
51 Limirin
52 KARYA
53 Semua Baik-Baik Saja
54 Jangan Merasa Sendiri
55 Sahabat Kiyara
56 Tak Pantas Bersanding
57 Sayap Patah
58 Menikah Secepatnya
59 Sudah Ada Cucu Mommy?
60 Gendut Sekali
61 Comberan
62 Pernikahan
63 Ayo Kita Buatkan !
64 Dasar Dave
65 Menggoda Adik Ipar
66 Kakak Beradik
67 Pekerjaan Kakak Apa?
68 Maafkan Aku
69 Bagaikan Air
70 Godaan
71 Orang Lama
72 Apartemen
73 Jangan Salah Paham
74 Sayang, Tanggung Jawab!
75 Isi Hati Mommy
76 Harus Serba Bisa
77 Masa Lalu
78 Rujuk?
79 Jujur
80 Bipolar?
81 AADK
82 Bucin
83 OTW
84 Menemukan Jalannya sendiri
85 Mau Serabi Oncom
86 Akan Bucin Pada Saatnya
87 Menghina
88 Ikhlas
89 Masih Insecure
90 Di Kamar Mommy
91 Ramuan Cinta
92 Makan Kamu Dulu
93 Orang Tua
94 Kegilaan Tama
95 Korban Tabrakan
96 Meluruskan
97 Lotek Kebahagiaan
98 DuPer
99 Dave ... Dave
100 Sakit Membawa Berkah
101 Keberanian Yang Tiba-Tiba Muncul
102 Ikut Suami Kerja
103 Shock Terapi I
104 Adu Mulut Dikit
105 Lemas Lagi
106 Panik
107 Balada Test Pack
108 Rumah Sakit
109 Memberi Kabar
110 Over Protektif
111 Kepanasan
112 Partner Membully
113 Memberi Sedikit Jalan
114 Kelam
115 Pemakaman
116 You'r Stronger
117 Jangan Melamun Papa
118 Teman
119 Sedikit BM
120 Pening
121 Berusaha Lebih Baik
122 USG
123 Menyinggung Masa Lalu
124 Kiyara dan Dave
125 Perut Meleyot
126 Rungsing
127 Spot Jantung
128 Memberi Nama
129 Aqiqah
130 Anak, anak, anak
131 Perdebatan Kecil
132 Banyak Anak Banyak Rezeki
133 Berkunjung
134 Jahil
135 Persiapan
136 Jakarta
137 Nayra
138 Keluarga Bahagia
139 Keluarga Kecil
140 Triplets SMP
141 Menyerah?
142 Episode Terakhir- Tamat
Episodes

Updated 142 Episodes

1
1. Kiyara Mentari
2
2. Mentari Yang Redup
3
3. Luka Hati
4
4. The Best Brother
5
5. Teman Kecil
6
6. Buruk dan Baik
7
7. Silih Berganti
8
8. Bullying dan Bullying
9
9. Dalam Diam
10
10. Strategi Bangkit
11
11. Tulisan Mengubah Pandangan
12
12. Senakal-nakalnya Laki-Laki
13
13. You'r The Reason
14
14. Gue Nggak Buta
15
15. KARENA KAMU SEMPURNA
16
Sabar dan Lebar
17
Villa
18
PENSI Dadakkan
19
Wahai Diri !
20
Bodo Amat
21
Tetangga Baru
22
Berteman?
23
Mama Kak Dafa Kritis
24
Tetap Jadi Kakak yang Terbaik
25
Saudara se-Ayah (1)
26
Saudara se-Ayah (2)
27
Bule Ganteng Banget
28
Bule Ganteng Banget (2)
29
Semenjak Ada Dirimu
30
Rumah Tetangga
31
Mengagumi
32
Nginep?
33
Kamar
34
Insiden Pagi Hari
35
Insiden Pagi Hari (2)
36
Masih Rumah Dave
37
Adik Tiri
38
Belum Ada Perkembangan
39
Lelaki Itu
40
Rumit
41
Salah Ngomong
42
Usaha
43
Usaha Lagi
44
Status
45
Memaafkan
46
Berkumpul
47
GGL
48
Temen Lucknut
49
Ujian Cinta (Katanya)
50
Kegundahan Mommy
51
Limirin
52
KARYA
53
Semua Baik-Baik Saja
54
Jangan Merasa Sendiri
55
Sahabat Kiyara
56
Tak Pantas Bersanding
57
Sayap Patah
58
Menikah Secepatnya
59
Sudah Ada Cucu Mommy?
60
Gendut Sekali
61
Comberan
62
Pernikahan
63
Ayo Kita Buatkan !
64
Dasar Dave
65
Menggoda Adik Ipar
66
Kakak Beradik
67
Pekerjaan Kakak Apa?
68
Maafkan Aku
69
Bagaikan Air
70
Godaan
71
Orang Lama
72
Apartemen
73
Jangan Salah Paham
74
Sayang, Tanggung Jawab!
75
Isi Hati Mommy
76
Harus Serba Bisa
77
Masa Lalu
78
Rujuk?
79
Jujur
80
Bipolar?
81
AADK
82
Bucin
83
OTW
84
Menemukan Jalannya sendiri
85
Mau Serabi Oncom
86
Akan Bucin Pada Saatnya
87
Menghina
88
Ikhlas
89
Masih Insecure
90
Di Kamar Mommy
91
Ramuan Cinta
92
Makan Kamu Dulu
93
Orang Tua
94
Kegilaan Tama
95
Korban Tabrakan
96
Meluruskan
97
Lotek Kebahagiaan
98
DuPer
99
Dave ... Dave
100
Sakit Membawa Berkah
101
Keberanian Yang Tiba-Tiba Muncul
102
Ikut Suami Kerja
103
Shock Terapi I
104
Adu Mulut Dikit
105
Lemas Lagi
106
Panik
107
Balada Test Pack
108
Rumah Sakit
109
Memberi Kabar
110
Over Protektif
111
Kepanasan
112
Partner Membully
113
Memberi Sedikit Jalan
114
Kelam
115
Pemakaman
116
You'r Stronger
117
Jangan Melamun Papa
118
Teman
119
Sedikit BM
120
Pening
121
Berusaha Lebih Baik
122
USG
123
Menyinggung Masa Lalu
124
Kiyara dan Dave
125
Perut Meleyot
126
Rungsing
127
Spot Jantung
128
Memberi Nama
129
Aqiqah
130
Anak, anak, anak
131
Perdebatan Kecil
132
Banyak Anak Banyak Rezeki
133
Berkunjung
134
Jahil
135
Persiapan
136
Jakarta
137
Nayra
138
Keluarga Bahagia
139
Keluarga Kecil
140
Triplets SMP
141
Menyerah?
142
Episode Terakhir- Tamat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!