Hanya Istri Bayangan.

Hanya Istri Bayangan.

HBI 01.

LIKE dulu sebelum membaca... 😜 jangan pelit Like ya sayong..

***

Perkenalkan, namaku Lista Mutia Sari. umurku baru menginjak 22 tahun. Anak dari keluarga yang cukup sederhana. Aku tinggal bersama ibu ku, ibu yang tidak sanggup lagi untuk bekerja. Ibuku, sudah cukup renta untuk menjalani pekerjaan yang ada diluar sana. Sebagai anak satu-satu nya, yang tidak tahu dimana ayah ku. Ibuku selalu berkata, ayah ku memang tidak mati. Tapi, ibuku selalu saja tidak ingin aku mengetahui. Bahkan, tergolong dengan rapat rahasia apa yang sebenarnya ia sembunyikan?

Berusaha mencari tahu, tapi apa? Hasilnya nihil. Ibu memang pandai menutupi nya, mungkin ada sebuah sejengkal luka yang mendalam.

Hari-hari ku,

Berjalan dengan lancar dan ya bagaimana tidak? Seseorang yang hanya lulusan SMP, mau bekerja apa kalau tidak sebagai pelayan. Ibunya yang dulu masih mampu bekerja mencari nafkah saat ini ia tak mampu lagi. Bu Laras memang belum cukup tua, namun.. Ia sering sakit-sakitan. Tak jarang, batuk dan flue sering hinggap.

Dari yang tadinya bekerja sebagai penjual kue keliling, yang hasilnya tak menentu. Hingga pada suatu saat.. Kesibukan selalu mengiringiku saat berjualan pun, tak juga membuat orang merasa belas kasihan kepada ku. Dengan membawa sebegitu banyaknya kue yang harus aku jajan kan. " Ayah.. Ayah, ada dimana? Mutia rindu, ayah.. " ujarnya saat sedang membersihkan piring.

" Mutia! Kamu sedang ngapain? "

" Eh kak, Sindi. Nggak kak, Mutia nggak, ngapa-ngapain kok. Oh iya, apa ada yang perlu Mutia bantu? "

" Untuk sekarang sih, nggak ada. Udah deh, mending kamu goreng itu adonan bakwan nya. "

" Baik, kak. "

Flashback...

Saat tengah berjalan membawa sebuah gendongan yang cukup besar. Dengan kain jarik yang membelit tubuhnya.

" Kue... Kue... "

Sorak Mutia dengan peluh yang pastinya membasahi pakaiannya.

" Kue.. Kue.. Kue.. Ibu, kuenya Bu? "

" Maaf nak, ibu lagi nggak ada uang. "

" Walah kasihan sekali ibu ini... Kalau dilihat dari wajahnya aja, sekitar 50an. " Batin Mutia.

" Eh iya ibu, nggak apa kok Bu. Oh iya ibu, dimana anaknya ibu? Kok sendirian aja Bu? "

Dengan sabar Mutia sangat ingin mengenal sosok ibu yang ada didekatnya itu.

" Anak ibu.. Aaaaaa .. " Entah apa yang terjadi. Tapi, ini nyata. Ibu-ibu itu langsung berteriak tanpa sebab.

" Astagah.. Ibu ini kenapa? Apa ada yang salah ya? Tapi, perasaanku.. Pertanyaan ku, tidak terlalu menyinggung? " Mutia masih bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.

" Ibu.. Ibu, kenapa? "

Panik, bingung. Karena, disana tidak ada siapa pun. Tiba-tiba ada seseorang yang menghampirinya. " Hey! Kamu apa kan, ibu saya!!! " Bentak pria itu.

" Aku? Aku tidak berbuat apapun kepada ibu ini. Justru ibu inilah yang tiba-tiba menangis, aku pun tidak tahu dia kenapa? "

" Halah! Nggak usah banyak ngeles kamu! Ayo ikut aku ke kantor polisi. Akan ku pastikan kamu tidak akan bisa lolos dengan mudah. " Menggenggam

" Tapi, pak aku nggak bisa. "

Buggghhh.. Dengan sekuat tenaga Mutia dengan kuatnya menginjak kaki pria itu. " Adoy!! Dasar cewek brengsek! " Memegangi kakinya.

" Lari Mutia lari.. " Batin Mutia.

Cukup kuat hingga cengkraman tangan yang memegang pergelangan Mutia terlepas. Mutia yang sadar akan itu langsung mengambil kain jarik yang ia bawa, dan langsung berlari.

" Astagah.. Itu tadi siapa? Apa itu tadi anak tu ibu ya.. Huh huh! Mah, untung saja ini demi mamah kalau nggak mungkin Mutia bakalan nyerah mah. "

Mengelap keringat dengan jarik nya. Di pertigaan jalan yang memang masih penuh dengan pepohonan yang rimbun. Kresek kresek.. Ada semak-semak yang bergoyang. " Astagah.. Itu apa? Jangan bilang itu makhluk halus atau apa jangan-jangan.. "

Mutia mulai bergedik ngeri. Memeluk lengannya sendiri. " Ya Allah, lindungilah Mutia dari segala macam makhluk yang terkutuk. "

Namun, sayang disayang. Yang dia do'a kan ternyata bukanlah sosok hantu dan makhluk yang buas. " Bos.. Sepertinya dia sudah tahu kalau kita mengincarnya? "

" Stttsss... Berisik kamu! "

Saat ini Bondan tengah memantau gundukan yang terlapis kain itu. " Jon, kira-kira yang ada didalam kain itu... Isinya berapa rupiah ya? "

" Wah kalau itu saya tidak tahu bos. Pasti sangat banyak rupiahnya. "

" Kamu sok tahu Jon! "

Joni menggaruk belakang telinganya. " Gana nih si bos nggak jelas deh.. Tadi minta pendapat, giliran udah diutarakan. Dibilang sok tahu.. Mani ngenes pisan teh jadi jongos. " Batin Joni.

" Apa kamu lihat-lihat! Mau saya cucuk dengan besi panas? " Bentak Bondan.

" Eh nggak bos nggak. Jon nggak berani melawan bos Bondan. "

" Bagus. Cepat sana pergi dan rampas yang dia punya. "

" Tapi, bos. Aku nggak bakat soal itu. "

" Kamu itu ikut aku udah berapa tahun sih? Ngurus begini aja kamu nggak bisa. "

" Emang benar sih, aku ikut bos udah beberapa tahun. Tapi kan, itu semua bos yang ngerampas. Bukan aku sendiri yang ngerampas. " Batin Jon.

" Punya anak buah, nggak bisa diandalkan! Setiap hari ada mangsa, selalu saja aku yang maju. Sebenarnya yang anak buah itu aku atau dia sih? Kenapa aku yang bekerja, sedangkan dia cuma mau enaknya aja. " Batin Bondan.

Dengan perasaan yang tidak enak sedari ia memang baru jalan beberapa langkah saja sudah diiringi dengan perasaan yang tidak inginkan. " Haduh kenapa badanku jadi deredeg begini.. Apa jangan-jangan.. Mas-mas yang tadi.. " Dengan perasaan yang masih mewaspadai.

" Tangkap dia sekarang bos. " Teriak Joni.

" Dasar anak buah sialan!! " Runtuknya dalam hati.

Mutia yang mendengar itu langsung menoleh. " Astagah.. Ada apa lagi sebanarnya ini.. " Mutia sangat ketakutan.

" Mamah.. Mutia harus berbuat apa? " Menggigit jari-jari kukunya yang terlapis kain.

" Berhenti kamu! "

Saat itu, Mutia hendak berlari sekuat tenaga. Namun, tenaganya sudah ia habiskan untuk berlari dari cengkraman tangan pria aneh itu. " Ada apa ya pak? " Mencoba bersikap biasa saja.

" Kamu nggak takut sama kami? " Tanya Jon.

" Aku harus mengelabuhi mereka berdua. Kalau aku berkata jujur, bahwa aku takut. Bahkan terlebih takut sama bosnya yang mukanya penuh dengan luka jahitan. " Batin Mutia.

" Kenapa diam? "

" Nggak apa om. "

Baron seketika menoleh lalu menghembuskan asap rokok tebal dari bibir. " Haduh kok ini preman makin kesini aja sih.. " batin Mutia.

" Serahin, uang kamu! "

Dengan mengeluarkan pistol. " Om, aku nggak punya uang banyak om. Seharusnya om rampok yang punya mobil mobil besar dan juga rumah gedong. Apa om, nggak kasihan sama saya? "

" Nggak! Saya nggak kasihan sama sekali sama kamu. Emangnya kamu siapa? Udah deh jangan banyak bicara, serahin harta benda kamu sekarang juga. "

" Mamah, mpok Nina. Maafin Mutia, uang ini harus Mutia kasih sama preman ini. " Batin Mutia.

Ia sangat-sangat membutuhkan uang itu.

" Oh. Masih nggak mau nyerah juga ya? Atau, kamu mau.. Kulit mu yang mulus itu di kotori dengan pisau ini? " Mutia gemetaran. Meremas kain jarik yang melekat dipundaknya.

Terpopuler

Comments

Ros Malinda

Ros Malinda

kayanya menarik cerita ini lanjut ah

2023-03-10

0

Nm@

Nm@

My Brother hadir di sini, Kak!

2022-07-12

0

Dwi titik Christiyani

Dwi titik Christiyani

coba sy akan mulai baca... bila ceritanya menarik... bs d lanjut...

2022-06-13

0

lihat semua
Episodes
1 HBI 01.
2 H I B 02.
3 H I B 03.
4 H I B 04.
5 H I B 05.
6 H I B 06.
7 H I B 07.
8 H I B 08.
9 H I B 09.
10 H I B 10.
11 H I B 11.
12 H I B 12.
13 H I B 13.
14 H I B 14.
15 H I B 15.
16 H I B 16.
17 H I B 17.
18 H I B 18.
19 H I B 19.
20 H I B 20.
21 H I B 21.
22 H I B 22.
23 H I B 23.
24 H I B 24.
25 H I B 25.
26 H I B 26.
27 H I B 27.
28 H I B 28.
29 H I B 29.
30 H I B 30.
31 H I B 31.
32 H I B 32.
33 H I B 33.
34 H I B 34.
35 H I B 35.
36 H I B 36.
37 H I B 37.
38 H I B 38.
39 H I B 39.
40 H I B 40.
41 H I B 41.
42 H I B 42.
43 H I B 43.
44 H I B 44.
45 H I B 45.
46 H I B 46.
47 H I B 47.
48 H I B 48.
49 H I B 49.
50 H I B 50.
51 Kebenaran 51.
52 Memperkenalkan 52.
53 Suatu kebenaran yang tak mungkin salah 53.
54 Hasil 54.
55 H I B 55.
56 H I B 56.
57 H I B 57.
58 H I B 58.
59 H I B 59.
60 H I B 60.
61 H I B 61.
62 H I B 62.
63 H I B 63.
64 H I B 64.
65 H I B 65.
66 H I B 66.
67 H I B 67.
68 H I B 68.
69 H I B 69.
70 H I B 70.
71 H I B 71.
72 H I B 72.
73 H I B 73.
74 H I B 74.
75 H I B 75.
76 H I B 76.
77 H I B 77.
78 H I B 78.
79 H I B 79.
80 H I B 80.
81 H I B 81.
82 H I B 82.
83 H I B 83.
84 H I B 84.
85 H I B 85.
86 H I B 86.
87 H I B 87.
88 H I B 88.
89 H I B 89.
90 H I B 90.
91 H I B 91.
92 H I B 92.
93 H I B 93.
94 H I B 94.
95 H I B 95.
96 H I B 96.
Episodes

Updated 96 Episodes

1
HBI 01.
2
H I B 02.
3
H I B 03.
4
H I B 04.
5
H I B 05.
6
H I B 06.
7
H I B 07.
8
H I B 08.
9
H I B 09.
10
H I B 10.
11
H I B 11.
12
H I B 12.
13
H I B 13.
14
H I B 14.
15
H I B 15.
16
H I B 16.
17
H I B 17.
18
H I B 18.
19
H I B 19.
20
H I B 20.
21
H I B 21.
22
H I B 22.
23
H I B 23.
24
H I B 24.
25
H I B 25.
26
H I B 26.
27
H I B 27.
28
H I B 28.
29
H I B 29.
30
H I B 30.
31
H I B 31.
32
H I B 32.
33
H I B 33.
34
H I B 34.
35
H I B 35.
36
H I B 36.
37
H I B 37.
38
H I B 38.
39
H I B 39.
40
H I B 40.
41
H I B 41.
42
H I B 42.
43
H I B 43.
44
H I B 44.
45
H I B 45.
46
H I B 46.
47
H I B 47.
48
H I B 48.
49
H I B 49.
50
H I B 50.
51
Kebenaran 51.
52
Memperkenalkan 52.
53
Suatu kebenaran yang tak mungkin salah 53.
54
Hasil 54.
55
H I B 55.
56
H I B 56.
57
H I B 57.
58
H I B 58.
59
H I B 59.
60
H I B 60.
61
H I B 61.
62
H I B 62.
63
H I B 63.
64
H I B 64.
65
H I B 65.
66
H I B 66.
67
H I B 67.
68
H I B 68.
69
H I B 69.
70
H I B 70.
71
H I B 71.
72
H I B 72.
73
H I B 73.
74
H I B 74.
75
H I B 75.
76
H I B 76.
77
H I B 77.
78
H I B 78.
79
H I B 79.
80
H I B 80.
81
H I B 81.
82
H I B 82.
83
H I B 83.
84
H I B 84.
85
H I B 85.
86
H I B 86.
87
H I B 87.
88
H I B 88.
89
H I B 89.
90
H I B 90.
91
H I B 91.
92
H I B 92.
93
H I B 93.
94
H I B 94.
95
H I B 95.
96
H I B 96.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!