LIKE dulu sebelum membaca... 😜 jangan pelit Like ya sayong..
****
Mata yang berkaca-kaca, tak mampu lagi untuknya untuk bersembunyi dari kenyataan pahit ini.
Bagaimana ini.. Apa yang harus aku sampaikan kepada ibu? - Gusarnya karena pekerjaan baru saja terlepas dari genggamannya.
Juminten yang sedang menyapu di bawah pohon mangga mendengar langkah kaki seseorang. Kemudian ia menoleh. " Mutia? Mut.. " Padahal masih ada jarak kurang lebih satu meter setengah dari tempatnya berdiri.
" Eh,- i...iya,- Bu. "
" Gimana? Kamu d pasti diterima kan? Siapa dulu dong yang mencarikan nya.. Juminten gitu lho.. " Dengan nada menyombongkan dirinya.
Namun, ekspresi tidak dapat di sembunyikan. Berbanding terbalik dengan ekspektasi seorang Juminten. " Kamu kenapa lagi sih, Mut? Kamu nggak senang? "
" Mutia nggak keterima disana Bu. " Dengan nunduk.
" Lho... Kok, bisa? "
" Padahal katanya masnya yang saya carikan info kerjanya sudah pas sama berangkatnya kamu dari sini tadi. "
" Iya Bu, memang betul pas. Tapi, jika ban motor yang Mutia naikin tidak pecah ban di jalan. Mungkin, sangat pas. "
Juminten sedih, sudah pasti. " Emp.. Yang sabar ya Mut, nanti jika ada pekerjaan yang lain lagi saya akan kasih info ke kamu deh. "
" Hemp.. Iya Bu. Kalau begitu Mutia pamit pulang dulu Bu. "
" Eh iya Mutia, hati-hati. "
Niat hati Juminten sudah membantunya, namun.. Kenyataan harus berbanding. " Yang sabar Mut, semua yang saya lalui juga tidak mudah hingga saya menjadi juragan gorengan seperti saat ini. "
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Disudut rumah yang sangat megah, dan barang-barang yang tak bisa di bohongi lagi dengan harga yang pastinya sangat fantastis.
" Nggak bi, saya nggak mau makan. "
" Tapi, Bu... Kalau ibu tidak makan, maka saya yang akan di marahi oleh tuan, Bu. "
" Biarkan saja. Sudah, saya mau istirahat saja dikamar. "
" Baiklah, Bu. Mari, saya antar kan ke atas. "
Dengan setia menuntun sang majikan kembali ke tempat paling nyamannya.
Orang tua terkadang bersikap kekanakan, tiada yang tahu sebabnya. Kreekkkk.. Pintu terbuka. " Assalamualaikum.. Bu.. "
" Wa'alaikumsalam.. Lho.. Den Arman, kok sudah pulang? " Jawab bi Marni.
" Iya, bi. Kebetulan para pelanggan banyak yang datang ke cafe jadi saya bisa pulang cepat. "
Sang bibi hanya mengerutkan dahinya.
" Maaf, den.. Bukannya, jika banyak yang beli.. Seharusnya Aden, masih berada disana bukan? Tetapi.. "
" Aduh bi, begini.. Jika stok persediaan cemilan dan yang lain sudah habis. Lalu, untuk apa saya membukanya lagi? Saya harus belanja terlebih lagi untuk hari esok. "
" Oh, begitu. Bibi baru paham den. Aden mau, bibi buatkan apa? "
" Apa saja, bi. Oh iya,- apakah ibuku sudah makan? " Tanyanya.
" Tadi, kata ibu.. Dia tidak mau makan. "
" Lho.. Seharusnya bibi bujuk ibu dong bi. Kalau ibu malah tambah sakitnya bagaimana? " Arman sangat menyayangi ibunya, bahkan jika ada seseorang yang menyakitinya, dia akan menjadi orang pertama yang akan melawannya.
Bi Marni merasa sangat bersalah. Pasalnya, ia yang dimintai tolong oleh Arman agar menjaga dan merawat sang ibunda dengan apik. " Sudahlah bi, bibi sebaiknya siapkan makanan untuk ibu. Saya keatas dulu, biar saya saja yang mengantar setelah mandi. "
" Baik den. "
Pengusaha kaya raya, Ali Arman Daulay. Pria yang terlahir dari persilangan antar dua negara. Ayahnya berasal dari India dan ibunya berasal dari Indonesia. Sangat tampan, dan juga sangat mematikan. Pria yang sangat tegas, kadang ia tak sungkan untuk membunuh orang yang berkhianat. Namun, jika menyangkut hal mengenai sang ibunda, pria itu seperti menjadi bayi lagi. Perkataan sang ibu sangat sulit untuk ia tolak. Semenjak sang ayah meninggal, ia selalu berusaha menjadi yang terbaik. Untuk sang adik dan juga sang ibu, dua wanita yang paling ia sayangi. Usia tak mematok dengan apa yang ada dengan kenyataan. Ia hanya mempunyai beberapa wanita yang biasanya ia jadikan pelampiasan saja.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Muka lusuh sehabis pulang bekerja, mungkin adalah hal yang sangat lumrah. Tapi, ini muka lusuh karena ia tidak mendapatkan pekerjaan. " Assalamualaikum.. Bu. "
" Wa'alaikumsalam.. "
" Bu.. Ibu kenapa? "
Entah apa yang sedang dipikirkan sang ibunda. Sampai-sampai ia berdiam diri di teras rumahnya. " Ibu, nggak apa-apa nak.. "
" Ibu yakin? " Ia pun mengangguk.
" Bagaimana? Apakah kamu langsung diminta untuk bekerja, besok? "
" Hmp.. Boleh nggak Bu, Mutia izin mandi sebentar? Badan Mutia sudah sangat lengket soalnya Bu.. "
" Iya, iya.. Cepat mandi, dan kita makan sama-sama... "
Ibundanya mendorong secara pelan dan langsung membawa sang anak kedalam.
Mutia langsung pergi untuk membersihkan diri.
Ibu tahu nak, jika kamu saat ini tidak dapat pekerjaan itu. Ibu hanya ingin menghilangkan sedikit rasa sedih mu saja,- batin ibunda.
Jikalau ayah mu. Mau bertanggung jawab, atas apa yang diperbuatnya. Maka, mungkin saat ini kamu tidak akan mengalami kesulitan ekonomi. Bahkan kamu mungkin akan menjadi ratu di mansion Antilia,- Renungan nya.
Sebenarnya Mutia masih memiliki darah keturunan India. Tetapi, pengalaman yang tidak enaklah yang membuat ibu A'yunina enggan untuk berbagi. Bahkan ia tak rela, untuk menceritakan kisah apa yang terjadi pada masa lalunya. Dulu ia kabur, karena bayi yang di kandungnya sangat diragukan. Karena, ia hanya menjadi istri ke dua. Istri yang dahulu sempat di cintai oleh sang suami, bahkan di bela mentah-mentah. Tapi, pada kenyataannya.. Dengan satu hasutan saja, sudah cukup mampu untuk membuat A'yunina ketakutan. Bahkan mungkin, depresi yang dialaminya selama ia mengandung.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
15 menit kemudian..
Ceklekk.. " Ibu.. Kenapa malah melamun? Ibu mikirin apa? " Ujar Mutia sambil mengeringkan rambutnya.
" Eh.. Mutia.. Nggak, ibu nggak lagi mikir apa-apa. Oh iya, kamu keterima kerja nggak? "
" Maaf Bu, Mutia kayaknya nggak pandai deh jika harus bekerja sebagai pelayan restoran. Ijazah hanya smp, hanya membuat Mutia menjadi pembantu saja yang cocok. "
Namun, anehnya.. Bu A'yunina malah tersenyum lebar mendengar perkataan Mutia. " Sudah-sudah.. Jangan cemberut gitu. " Memegang dagu sang anak.
" Kok ibu nggak sedih sih? Mutia kan nggak dapat pekerjaan. Jadi, bagaimana dapur kita bisa berasap bu. " Bahkan air mata ingin meluap.
" Kamu tenang. Ibu kemarin dapat selembaran. "
" Selembaran apa, Bu? Sampai-sampai ibu tersenyum seperti itu bahkan tidak takut kalau kita bakal kelaparan. "
" Ini, kamu boleh baca sendiri. "
Satu lembar kertas yang bertinta kan.
...DI CARI...
...Wanita yang cekatan, pandai merawat lansia, dan juga tidak menyerah. Silahkan hubungi ke nomer ini +19000321...
" Ini.. "
Mutia masih sedikit bingung. " Ini maksudnya apa sih? Kalau mencari perawat, kenapa nggak yang dari rumah sakit aja sih? " Ntah mengapa ia langsung mengeluarkan uneg-uneg nya.
" Sudah, jangan marah-marah. Mana tahu, emang rezeki kamu disini? "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments