"Lady Athene meminta izin untuk menemui Anda, milady."
Marchioness melepaskan tatapannya dari luar jendela. Cuaca di luar begitu sempurna, tidak ada alasan untuk tetap mendekam di dalam manor house seharian tanpa aktivitas. Mungkin ada baiknya jika mengajak Athene sekalian ke perjamuan minum teh di mansion Duke Lionel.
"Masuk saja."
Tak lama Athene masuk dengan wajah kusut. Dia duduk tepat di seberang Marchioness tapi gadis itu masih bungkam.
Marchioness mengambil teh hijau favoritnya lalu menyesap isinya sampai setengah. "Terjadi sesuatu, my dear?"
"Odyssey berulah lagi," jawabnya kesal. Ugh, menyebut nama itu saja rasanya membuat Athene ingin muntah.
"Apa yang dia lakukan?"
"Sikapnya yang drastis itu sekarang menjadi buah bibir bangsawan lain," ucap Athene resah, "Aku yakin Baron Lanscouth mengatakan sesuatu pada istrinya yang suka bergosip itu mengenai kunjungannya kemari tempo hari. Sikap Odyssey yang berbeda tentu saja menggemparkan orang-orang berpikiran dangkal!"
"Kita tidak bisa mencegah air yang mengalir," ungkap Marchioness lalu melirik putri sulungnya yang memiliki ciri fisik yang sama persis dengan dirinya itu. "Jika airnya terlanjur keruh, bukan hal mustahil untuk kita mengembalikan warnanya seperti semula."
Athene mengernyit bingung.
"Buat para bangsawan melimpahkan cinta mereka padamu lagi sama seperti dulu. Dengan begitu mereka perlahan melupakan Odyssey yang selalu berbuat tidak terduga. Anak itu ... tidak ada yang spesial darinya dibandingkan dirimu. Ingat perkataan ku ini baik-baik, terhitung satu bulan lagi dia tidak akan lebih baik dari sampah di luaran sana."
Mendengar hinaan pada Odyssey meluncur dari mulut ibunya sendiri tentu membuat Athene merasa jauh lebih baik. Apapun yang Athene kerjakan, baik atau tidak, Marchioness selalu mendukungnya.
Ia mengangguk cepat, "Membuat mereka jatuh cinta adalah keahlian ku. Ibu tenang saja. Sebutir berlian tidak akan pernah kalah dengan segunung sampah sekalipun!"
"Bagus, pertahankan posisimu di masyarakat. Sampai sekarang putri bangsawan lain bahkan tidak ada yang bisa mengalahkan pesonamu, putriku."
Jauh di dalam lubuk hatinya, Marchioness tidak merasa baik-baik saja setelah mengatakan bahwa Odyssey hanyalah seonggok sampah. Kadang resah dan takut menyertainya di setiap waktu. Takut jika Odyssey berhasil mendapatkan perhatian khusus dari kalangan bangsawan dan putri tercintanya ini terpaksa melepas gelar Crystal Lady hanya karena perjanjian.
Perjanjian pemberian gelar itu tergabung dengan perkamen berstempel yang Marchioness berikan kemarin malam pada Odyssey. Marchioness berubah pikiran. Perkamen itu ... harus dimusnahkan secepatnya. Dia tidak ingin gelar istimewa putri tercintanya itu jatuh ke tangan Odyssey.
"Duchess Lionel ingin mengadakan perjamuan minum teh. Apa kau mau ikut bersama ibu?"
"Tentu saja, banyak Lady senior di sana. Aku harus ikut!"
Lady senior pasti paling tidak memiliki seorang putra. Ini jelas kesempatan bagus untuk membangun citra gadis idaman.
"Langkah yang sempurna. Sekarang ganti pakaianmu dan bersiap-siaplah menjadi seorang putri. Kita akan pergi satu jam lagi."
Athene mengangguk antusias lalu beranjak. "Aku kembali ke kamar dulu, bu."
"Ya, hati-hati."
Senyum manis Marchioness lenyap seiring perginya Athene dari ruangannya. Otaknya berfikir cepat, jangan sampai tindakannya di dahului oleh Odyssey.
"Pelayan!"
Seorang pelayan muda masuk. "Saya, milady."
"Geledah kamar Odyssey dan temukan perkamen dengan kertas kuning secepatnya." Dia menambahkan, "Pastikan tidak ada satupun pelayannya yang tahu saat kau mencari."
Manik abu-abunya bergetar. Jika cara halus untuk mendapatkan perkamen itu tidak berhasil, terpaksa Marchioness memakai cara kekerasan jika suatu saat keadaan semakin mendesak dan menekannya.
...----------------...
Grand Duke of Brighton memasuki mansion nya tepat saat matahari berada di atas kepala. Di bagian tengah mansion berdiri sebuah air mancur dengan patung dewa perang setinggi empat meter terlihat gagah berani menyambutnya setelah melakukan kewajiban sebagai bangsawan tinggi. Perang akhirnya telah usai setelah memakan waktu dua bulan penuh. Lagi-lagi kemenangan telak berhasil diraih Sormenia.
"Anda sudah sampai, your grace," sapa Jackson, ketua pelayan di mansion barat dengan ramah tepat di undakan tangga teratas bersama pelayan yang lain.
Alastair Ephraim la Empyrean, Grand Duke of Brighton yang memiliki gelar lain sebagai Rex of Royale memiliki rasa sinis yang tinggi terhadap perempuan. Seluruh pelayan di mansion maupun di manor nya laki-laki, sejak awal berkuasa ia sudah menerapkan sistem seperti itu dengan memecat seluruh pekerja wanita milik ayahnya dan digantikan pelayan pria yang lebih berkompeten.
Mungkin selamanya akan tetap seperti ini.
"Kaki Rugal tampak beda, sepertinya ada yang salah," sahut Alastair sambil memerhatikan sesuatu di bawah kaki kudanya yang berlapis rangka besi.
"Apakah saya perlu memeriksanya?"
"Biar aku saja." Alastair turun dari kudanya dan mengecek ke bawah.
Ia membuka rangka besi yang melingkupi tubuh Rugal, kuda Andalusia yang berasal dari semenanjung Iberia. Memiliki tinggi di atas rata-rata kuda biasa lainnya dan memiliki bulu hitam lebat kesayangan sang Grand Duke yang sudah berusia hampir belasan tahun. Alastair mengernyit saat melihat sebuah kertas tebal dengan seutas tali terikat asal di kaki bagian atas kudanya. Mengambil kertas berwarna kuning tersebut, Jackson kembali berujar.
"Apa ada masalah, your grace?"
"Tidak ada." Jawab Alastair singkat kemudian memasukkan gulungan kertas tersebut ke dalam saku sebelum meninggalkan Rugal bersama penjaga istal. Langkah lebarnya membawa Alastair masuk lebih dalam mansion diikuti Jackson yang membawakan rompi perangnya.
Tidak terasa sudah tiga tahun Alastair tidak berkunjung ke mari. Suasana dingin dan suram masih ada di sana, dan ia benci akan hal itu.
"Anda tidak ingin makan siang dulu?" tanya Jackson lagi saat menyadari Alastair justru melewati lorong yang berbeda.
"Aku akan istirahat sebentar. Malam ini ada acara di istana, tolong siapkan pakaian untukku "
"Baik, your grace."
Alastair mengangguk lalu berbalik pergi dan masuk ke dalam kamarnya yang sudah lama tidak dihuni. Kebersihan dan kerapiannya masih terjaga, tapi kesunyian selalu datang bersamaan dengan dua hal itu.
Mengingat kejadian beberapa jam yang lalu membuat Alastair kembali terkekeh. Pria yang ditemuinya itu aneh, jelas-jelas ia tahu bahwa orang yang memijak harta berharganya ini baru pulang dari medan perang. Tapi dia dengan tidak pedulinya mengatakan bahwa 'Apa yang kau lakukan sekarang, itu tanggung jawabmu' secara tersirat.
Alastair bukannya tidak ingin membayar. Jika hanya mengganti rugi perhiasan, uangnya tidak akan berkurang sama sekali. Hanya saja nasib buruk menyertai pria amethyst yang dijumpainya.
Jujur saat itu uang yang tersisa pada Grand Duke hanya sekitar beberapa koin perak. Rencananya uang itu akan ia berikan kepada gadis peminta-minta di ujung jalan tapi takdir berkata lain.
Ternyata ada seorang pria yang lebih membutuhkan nya sampai rela membuat drama. Lucu sekali.
Tapi andai pria amethyst itu mau bersabar dan menunggu Grand Duke sampai di mansion nya, mungkin ia akan mendapatkan uang yang jauh lebih banyak.
Alastair duduk di ujung kasurnya, merogoh saku dan membuka perkamen kuning yang sempat ia temukan di kaki kudanya.
Dia yakin betul bahwa pria mirip Ochonner tadi lah yang melakukannya. Bukan berarti Alastair tidak mengetahui gerak-geriknya saat mengikat sesuatu di kaki Rugal, tapi niat Alastair berpura-pura lengah saat itu adalah untuk mengetahui apa maksudnya melempar perhiasan berharga ke tengah jalan di saat pasukan melintas.
Apa dia berniat mencegat?
Tapi saat membuka perkamen tersebut, Alastair justru tercengang. Selain beberapa perjanjian yang tidak begitu jelas asal-usulnya, di ujung kertas juga terdapat stempel merah Marchioness Of Thompsville yang tertera rapi yang mengatakan bahwa perkamen tersebut baru saja dibuat dan dibubuhkan menarik perhatian Alastair untuk mengetahui lebih jauh.
Di beberapa poin perjanjian, sebuah nama tampak selalu disebut-sebut yang mengartikan bahwa dia terlibat langsung dalam perjanjian ini. Brietta Odyssey de Cera, putri kedua Marquis Thompsville yang katanya memiliki wajah jauh lebih jelek dibandingkan anggota keluarganya yang lain sehingga Marquis sering berlaku tidak adil terhadap dirinya.
Keadilan hanya didapatkan oleh orang-orang rupawan? Tidak salah. Ini buktinya.
Lalu pria yang meminta sejumlah uang kepadanya tadi siang, apa hubungannya dengan saudari kembar Ochonner. Dan yang terpenting; Apa tujuannya memberi perkamen perjanjian sepenting ini dan membiarkannya jatuh ke tangan Grand Duke begitu saja?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
senja
kasiannya cuman dia belah pihak yg tau, eh skg nambah satu
2021-10-10
1
Saidil M🍇
bener. aku juga penasaran alasannya menaruh itu di kaki rugal.
2021-05-21
5