Setelah terdiam entah berapa lama, barulah Luz bisa mengeluarkan suaranya. "Apa maksudmu."
"Batalkan. Pernikahan. Ini."
Ok, Manuel memang tidak waras.
"Kau minta aku membatalkan pernikahan yang sudah menjadi impikan ku sejak delapan tahun, begitu? Wah, hebat sekali kau berani berbicara seperti itu tapi maaf, aku tidak bisa. Dari hatiku yang terdalam, aku sangat berterima kasih karena kau mencintaiku dengan begitu tulusnya. Aku mencintai Erickson dan begitu juga dengannya, maka dari itu, manuel," Luz menjeda, "Bisakah kau menghargai keinginan kami untuk hidup bahagia. Seharusnya hal yang sama juga terjadi padamu. Lupakan aku dan carilah wanita lain yang jauh lebih baik dan mencintaimu lebih dari apapun."
"Jadi kau menolak?"
"Sayangnya, iya."
"Baiklah kalau begitu." Luz lega mendengar jawaban Manuel yang tampak berlapang dada tapi tak berlangsung lama ucapan setelahnya lah yang membuat Luz terbelalak.
"Kau adalah biang dari perasaan aneh yang kurasakan selama ini. Bagaimana jika kau ku musnahkan saja agar hidupku bisa kembali tenang?"
Tak lama pendar hitam dari telapak tangan Manuel memenuhi ruangan bak kabut tebal yang menghalangi penglihatan. Luz tidak pernah melihat kejadian seperti ini sebelumnya jadi dalam beberapa detik dia hanya terdiam memproses keadaan. Menyadari bahwa Manuel memiliki niat jahat padanya, Luz buru-buru lari ke arah pintu namun naas pintu terkunci dari dalam dan tidak bisa di dobrak karena hell, pintunya terbuat dari baja. Manuel menyusul, berdiri tepat di belakangnya dan mengarahkan seluruh kabut itu memasuki tubuh Luz.
"Dengarkanlah langit, ini kutukan langsung dari Immanuel of Oz, klan terakhir generasi penyihir. Jiwa yang dirasuki kabut hampa akan pergi dan tertidur selama-lamanya." Manuel mengernyit sedikit tidak tega saat melihat Luz kesakitan lalu matanya tak sengaja melirik boneka putri tidur yang berada di dalam lemari kaca dan mendapatkan ide, "Dia hanya akan terbangun jika bertemu dengan seseorang yang mau mencintai dirinya lebih dari cinta yang kuberikan. Untuk itu lenyap lah dan segera pergi ke neraka!"
Ambang kesadaran Luz semakin tipis tapi ia yakin Manuel sempat mengatakan sesuatu.
"Jika aku tidak bisa memilikimu, maka begitu juga Erickson. Dengan begitu kami impas dan sakit hati yang ku alami bisa terbalaskan."
...----------------...
"Nona Anderson, kami harap Anda cepat membuka mata."
Sayup-sayup Luz mendengar orang-orang menyuruhnya bangun. Apa dia tertidur. Berarti dia masih hidup. Di dalam hati, Luz merasa lega bukan main. Ah, yang tadi itu mungkin hanyalah mimpi. Ya, mimpi. Mana mungkin di kota sebesar New York masih ada penyihir? Ha, itu seperti lelucon konyol untuk menghibur anak-anak.
"Nona Anderson?"
Suara itu memanggilnya dua kali. Luz masih mengantuk, ia memerlukan tidur lebih banyak agar bisa menjalani prosesi pernikahan dengan baik beberapa jam lagi.
Sontak bola matanya terbuka. Luz benar-benar akan menikah dan ia mengingat hal itu dengan jelas. Erickson menelponnya, bersiap dengan gaun pengantin, sampai Manuel gila datang. Oh, ya Tuhan!
Apa kejadian tadi sungguh nyata?
"Kau kira ini kamarmu sehingga bisa tidur seenaknya? Bangun!"
Luz cepat-cepat membuka mata dan berdiri. Tempat yang ia pijaki sekarang ini terasa sangat asing, seperti ruangan tanpa batas yang suram dan tidak tersentuh.
"Selamat datang di akhirat!"
"Astaga, ap-APA INI?!"
Makhluk aneh bertubuh seperti ubur-ubur menyala tanpa sengatan itu tertawa. "Jangan terkejut seperti itu, kita sama-sama makhluk tapi berbeda spesies."
"Dan apa maksudmu tadi." Luz menatap sekelilingnya. "Ini benar-benar di akhirat?"
Makhluk itu hanya mengangguk mantap. Satu lagi, dia terlihat seperti ubur-ubur yang berenang di udara.
Lama Luz mengamati sekelilingnya dengan takjub. Dunia semacam ini tidak pernah dilihatnya di rumah produksi manapun atau dalam rekayasa komputer secanggih apapun. Semuanya asli tanpa meninggalkan kesan cacat.
Jika di dunia nyata, tempat seperti ini jelas banyak dicari para sutradara. Sayangnya akhirat tidak bisa disewa untuk keperluan syuting. Diam-diam Luz menghela napas kecewa.
Merasa tidak diperhatikan, seorang pria bertubuh besar dan bercahaya yang duduk berkuasa di atas sana kembali memanggilnya masih dengan nada tidak bersahabat.
"Lovely Anderson wanita berusia dua puluh lima tahun asal New York dikirim langsung oleh Oz terakhir entah karena apa." Pria itu masih sibuk dengan bacaannya tentang biodata Luz. Biodata singkat lebih tepatnya.
"Itu karena aku menolak cintanya."
Mata pria itu berpindah, "Permisi?"
"Aku menolak cintanya dan dia berbuat jahat seperti ini padaku. Dasar brengsek, tunggu saja aku akan pulang sebentar lagi dan melaporkannya ke polisi."
"Oh, jangan menghujat sembarang orang apalagi jika itu Oz. Tapi apa kau benar-benar serius jika Oz mencintaimu?"
"Maksudmu Manuel, kan. Dia menyatakannya langsung padaku beberapa menit sebelum semua ini terjadi!"
"Oh, kau menyia-nyiakan kesempatan langka."
"Tidak, terima kasih. Sekarang aku harus kembali ke dunia secepatnya karena pernikahanku sebentar lagi dimulai."
"Kau bercanda?" Pria itu terkekeh. "Ini alam akhirat, bukan cafe dua puluh empat jam yang bisa pulang datang semudah itu."
Luz terbelalak. "Jadi aku tidak bisa kembali?!"
"Woohoo, relax girl." Pria itu mengambil buku lain membalik beberapa halamannya lalu kembali berucap, "Karena di sini Oz terakhir mengucapkan jiwa yang dirasuki kabut hampa akan pergi dan tertidur selama-lamanya bukan jiwa yang dirasuki kabut hampa akan pergi tertidur selamanya, mungkin masih ada sedikit kesempatan untukmu hidup."
"Benarkah?" Ekspresi Luz kembali cerah.
"Apa Oz salah bicara? Eh, tapi apa peduliku." Pria yang Luz sangka malaikat itu sempat bergumam sebelum berujar lagi, "Ya, ada beberapa pilihan di sini. Kau ingin hidup menjadi apa?"
"Apa ini sejenis hidup kembali. Bukankah aku sudah mati?"
"Ya, bisa dibilang seperti itu."
"Katakan."
"Kau bisa hidup kembali menjadi bebek, sapi, babi hutan, paus orca, walrus, cheetah, monyet merah, kukang, anjing bulldog, bung—"
"Apa maksudmu, aku ingin kembali. Ke .Dunia. Dengan. Bentuk. Manusia!"
"Ah, bentuk manusia, ya. Kenapa tidak mengatakannya sejak awal." Pria itu tanpa pikir panjang mendorong sebuah tuas di samping mejanya bertepatan dengan sorot lampu yang berada tepat di atas Luz berubah warna menjadi ungu. "Selamat menikmati duniamu kembali, anak manusia."
Setelahnya Luz merasa tubuhnya seperti terjatuh dari ketinggian yang tidak main-main sampai gadis itu berteriak keras. Dirinya seolah terlempar dari langit, masuk semakin dalam menembus atmosfer bumi dan ia hanya bisa berpasrah. Baru ingin hidup lagi, tapi ternyata dirinya dilempar seperti barang tahan banting seolah tiada harganya.
Luz menyerah. Setelah menghantam tanah, tulangnya pasti remuk tak bersisa.
Tak lama apa yang dikhawatirkan Luz tidak terjadi. Punggungnya sama sekali tidak terasa pegal, justru terasa seperti menabrak sebuah kapas lembut nan empuk. Apakah ini di surga?
Tapi tunggu, atau jangan-jangan dirinya sudah kembali?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
rhien90
Mampir lagi
2021-09-26
1
∘‣⃝ᵃᵇⁱᵍᵃᵉˡˢᶻđaͣrͫԟ͟͞Žoиᴇ᪱_Hiat
udah banyak ternyata.. aku baru mau baca lagi🤧🤧
2021-05-24
1
Saidil M🍇
semangat thor
2021-05-14
2