New York City, 2021
Ruangan berukuran besar yang dipenuhi meja rias berbingkai lampu-lampu itu sepi senyap seperti tidak ada satupun orang di dalamnya. Sekali lagi Luz menggoreskan lipstik peach di bagian bibir artis terkenal yang sering hilir mudik di berbagai sosial media ini sebagai sentuhan terakhir dan yap, sempurna.
"Kau memang ahli, persis seperti yang orang-orang katakan padaku." Michelle si superstar tampak kagum dengan riasan yang Luz berikan.
"Aku merasa tersanjung." Luz tersenyum tipis. Dia benar-benar merasa hebat. Maksudnya, siapa yang tidak bangga saat pekerjaannya dipuji oleh penyanyi yang musik-musiknya selalu bertengger di Billboard? Berbagai nominasi sudah Michelle menangkan, dan dengan komentar positifnya ini bukan hal mustahil untuk Luz semakin terkenal sebagai Golden Senior Make Up yang sudah ia geluti sejak berusia sepuluh tahun.
Lovely Anderson, pemilik nama kecil Luz yang cukup ahli di segala bidang fashion. Gadis periang mantan kids model ini memilih oleng ke dunia per-makeup-an karena tekanan yang dia hadapi sebagai model semakin banyak.
Profesi itu tidak sehat untuknya. Tak pelak penyuapan, kekerasan, bahkan pelecehan seksual harus dilakukan demi mendongkrak karir modeling. Itulah ketentuan dasar agar namanya semakin harum di pasar internasional. Walau tinggal di New York yang hingar-bingar dan bebas, menurut prinsip Lovely tindakan itu sangatlah gila.
Gadis muda mana yang mau berhubungan dengan orang tua dengan lemak perut yang menumpuk hanya demi uang? Luz memiliki harga diri yang tinggi dan orang tuanya tidak semiskin itu untuk membiarkan putri semata wayangnya masuk dalam pergaulan bebas. Membayangkan hal itu saja membuat Luz mual.
Michelle sekali lagi menatap pantulan wajahnya di cermin, "Terima kasih. Aku harus pergi sekarang untuk wawancara, sampai jumpa lagi."
"Semoga acara mu berjalan dengan sukses," jawab Luz mengantar kepergian Michelle di ambang pintu.
Tak lama ponselnya yang tergeletak di atas meja berdering. Belum sempat meletakkan eye shadow dan peralatan make up lain ke dalam tas, Luz justru mengambil benda persegi panjang itu, menekan tombol hijau lalu meletakkannya di telinga.
"Halo."
"Sayang, acara pernikahan kita sepuluh jam lagi. Cepatlah kemari."
Luz terkekeh geli mendengar bariton yang sarat akan kekhawatiran di seberang sana.
"Pengantin mu ini tidak akan kabur."
"Kau tahu itu ketakutan ku. Ayolah, berapa lama lagi baru kau bisa tiba di sini?"
"Erickson ku yang tampan, pekerjaanku sudah selesai jadi secepatnya aku akan kesana. Beberapa menit lagi managerku akan menjemput. Kau harus bersabar, ok?"
Terdengar tawa kecil dari seberang sana. "Baiklah, baiklah. Hati-hati di jalan, dear. Aku akan menunggu di depan."
Luz berdecak, "No, kau pengantin prianya, lebih baik bersiap-siap dan lebih baik tunggu saja di dalam."
Terjadi jeda beberapa saat. "Baiklah," ucapnya berat hati.
"Aku akan tampil sempurna di acara pernikahan kita, jadi jangan khawatirkan apapun yang tidak mungkin terjadi. Kalau begitu aku akan pulang, kau bisa menutup telponnya."
"Tidak, biar kau saja yang melakukannya."
Luz tersenyum kecil untuk hal sesepele itu. "Baiklah. Sampai jumpa di altar."
Bertepatan dengan terputusnya telpon dari Erickson, manager Luz, Denise melongok dari daun pintu. "Luz, Mercedes-mu sudah siap di basement."
"Ah, baik. Tolong bereskan peralatan make-up milikku, Nissie. Pernikahanku sebentar lagi, tidak ada waktu untuk merapikannya."
"Nona kita akan segera bersuami tapi masih sibuk dengan pekerjaannya." Denise melipat kedua tangannya di depan dada. Walau semua persiapan sudah matang, Denise tetap merasa heran sebab di saat-saat penting Luz lebih mengutamakan keprofesionalannya dalam berkarir. Ia kemudian menambahkan, "Make up mahal milikmu akan tiba di rumah setengah jam lagi."
"Terima kasih." Luz menyambar tas tangan miliknya lalu bergegas ke luar ruang tata rias. "Ku serahkan segalanya padamu, kalau begitu aku permisi."
...----------------...
Luz berusaha mengalihkan rasa gugupnya untuk hari ini dengan bekerja dari lusa kemarin hingga beberapa jam yang lalu. Setelah dia sendirian, rasa gugup itu kembali menghampiri seperti saat ini. Sudah tidak terhitung berapa kali Luz meniup-niup telapak tangannya yang basah.
"Bagaimana, apa rasa takutmu sudah berkurang?"
Luz menoleh, disebelahnya ada Ken Anderson sang ayah yang siap dengan tuxedo putih akan mendampingi Luz sampai ke altar.
"Tidak sama sekali," keluh Luz jujur. "Apa aku harus bekerja lagi? Bekerja benar-benar efektif membuatku melupakan segalanya."
"Jangan memaksakan, girl. Ini hari bersejarah milikmu, berhentilah sebentar dari make up dan fokus pada prosesi. Ayah yakin kau bisa melewatinya."
"Ya, aku yakin bisa menghadapinya. Aku harusnya tidak takut apapun."
Luz terbiasa menjadi pribadi yang mandiri. Sejak kematian Nyonya Anderson puluhan tahun silam, ia terbiasa melakukan segalanya sendirian murni dari tangannya. Sang ayah merupakan konglomerat yang dua puluh jamnya tersita di kantor, pasti segala waktunya bersama Luz akan terpotong. Menebus kesalahannya, Ken menyekolahkan Luz sejak berusia tiga tahun, bertepatan dengan tahun-tahun berat mereka saat kehilangan sosok wanita tangguh di tengah-tengah keluarga.
Ken memilih setia dan tidak berkencan dengan wanita lain lagi. Dia berjanji untuk mengurus Luz seorang diri. Dan beginilah akhirnya Luz tumbuh menjadi gadis tangguh di tengah ngerinya kehidupan negara maju.
"Sepertinya kau bisa lebih tenang jika mengobrol sebentar dengan teman high school dulu."
Luz menoleh, "Teman-temanku sudah datang?"
"Ya, sepertinya," jawab Ken ragu. Dia mengenal seluruh teman-teman putrinya tapi tidak dengan pria berkemeja kotak-kotak yang sekarang tengah berdiri di depan pintu.
"Kalau begitu ayah tinggal dulu. Nikmati waktu kalian."
Luz mengamati hingga sosok Ken hilang di ambang pintu. Tak lama muncul sosok pria yang membuatnya mengernyit sebentar, lalu akhirnya tersenyum lebar.
"Ah, kau Manuel, kan, siswa kelas A!"
Pria itu mengangguk singkat, "Ternyata masih ingat."
"Tentu saja, aku hafal nama-nama murid satu angkatan." Luz tersenyum lebar. "Eh, kenapa masih berdiri di sana. Silakan duduk di sini," sambung Luz sambil menepuk-nepuk permukaan sofa di sebelahnya.
"Terima kasih."
"Suatu keajaiban kau datang ke acara pernikahanku bahkan datang lebih awal dibandingkan yang lain. Kau tahu, dulu aku pernah mendengar rumor bahwa kau adalah orang yang sangat-sangat ketinggalan dan—ups."
Manuel tidak menanggapi ucapan Luz dengan serius. "Lanjutkan saja."
"Maaf jika tersinggung. terkadang memang sulit mengendalikan omongan, ku harap kau sedikit mengerti." Sedetik kemudian Luz kembali menyambung ucapannya yang tadi. "Dulu semasa high school teman-teman mengatakan bahwa kau tidak mau bergaul dan penyendiri. Omong-omong apa itu benar?"
Manuel sebenarnya heran bagaimana bisa Luz berbicara dengannya seperti teman dekat padahal mereka hampir tidak pernah bertegur sapa sewaktu di high school. Dulunya mereka tak lebih dari orang asing. Tidak ingin memperpanjang cerita, Manuel mengangguk.
"Oh, really? Asal kau tahu, man. Kau itu tampan, banyak teman-temanku dulu yang ingin mendekatimu tapi gagal karena -yeah as you know- kau pria yang sangat dingin. Terbukalah sedikit, dude, maka akan ada banyak wanita yang ingin bersamamu," ceramah Luz tidak habis-habisnya.
"Aku tertutup karena dirimu."
"What?!"
"Aku bilang, aku tertutup karena dirimu." Manuel tiba-tiba menggenggam tangan Luz dengan tatapan teduh. "Tolong batalkan pernikahan ini. Aku baru menyadari bahwa aku sudah mencintaimu sejak high school sampai sekarang dan mungkin cinta ini akan terus ada sampai mati. Aku bekerja keras untukmu, untuk kehidupan kita di masa depan jadi sekali lagi aku mohon, batalkan pernikahanmu dengan Erickson."
Jika Manuel lupa, Luz ingin sekali mengatakan bahwa Erickson adalah teman mereka juga lebih-lebih Manuel dan Erickson berada di kelas yang sama. Ingin menikung teman sendiri, eh?
Luz tersenyum lebar namun terlihat dipaksakan bahkan lebih terlihat ingin menangis. Apa dia tahu apa yang barusan dia ucapkan. Apa dia masih waras? Semua kata-kata mendadak lenyap dari otak Luz yang pandai bicara.
Dalam sejarah hidupnya, ini pertama kali bagi Luz merasa ilfeel pada seseorang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
rhien90
Like ahh
2021-09-24
1
kanaya
lanjut thor
2021-05-21
1
Saidil M🍇
kaka itu apk apa yang di bab 1 pake bintang bintang (yang ke gini *****) ?
2021-05-13
1