Luz menggeliat lalu duduk dan merentangkan kedua tangannya. Oh, tidurnya kali ini benar-benar nyenyak setelah lelah berpetualang kemana-mana. Tadi itu tampak nyata dan sekarang dirinya pusing membedakan mana yang nyata dan mana yang ilusi.
Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Kamar asing yang cukup mewah dilengkapi perabot serba merah muda membuatnya sakit mata. Di seberang tempatnya berbaring ada lemari setinggi tiga meter ditambah kaca berukuran bulat yang berdiri apik, di sebelahnya juga terdapat meja rias kecil yang menarik perhatian Luz. Jiwa periasnya muncul, tanpa memikirkan apapun dia segera melesat ke depan meja tersebut.
"Pemilik kamar, maaf jika aku lancang tapi rasa penasaranku harus dituntaskan. Jadi mari kita lihat apa saja isinya," ucap Luz sembari membuka kotak satu-persatu.
"AKH!"
"Astaga, nona!"
Dari luar terdengar langkah kaki yang berlari dan tiba-tiba pintu kamar terbuka, menampilkan sosok wanita pertengahan tiga puluh tahunan yang menatapnya syok seperti zombie yang baru bangkit.
"Astaga, Tuhan. Nona sudah bangun! Lalu apa yang terjadi?!"
"Kamar apa-apaan ini, tidak ada make up sama sekali!" Luz mengerjap. Tunggu. "Maaf jika boleh bertanya, tapi ini di mana?"
Wanita itu terdiam, tapi terlihat jelas matanya menunjukkan ekspresi sedih tak terkira. "Nona ... sudah lupa pada kami?"
"Apa maksudmu?"
"Maafkan saya, nona!" Wanita itu masuk dan bersimpuh di hadapan Luz. Entahlah, dia menangis sungguhan atau hanya pura-pura. "Andai hari itu saya tidak lalai, pasti Anda akan baik-baik saja!"
"Hari apa. Apa yang kau bicarakan? Sekarang berdiri dan tunjukkan di mana jalan keluar agar aku bisa pulang!"
"Tapi ini rumah Anda, nona!" sahut si pelayan masih meraung-raung.
Luz terdiam. Bukankah dirinya ingin kembali seperti semula, kenapa dia justru tersesat di negeri antah berantah?!
"Ohoho kau hanya mengatakan ingin menjadi manusia jadi tugasku hanya menjadikanmu manusia lagi, kan?"
Bisikan dari mana itu? Enyahlah!
Cepat-cepat dia menghampiri kaca dan voila! Bias yang dilihatnya di cermin jelas-jelas bukan sosok dirinya yang dikenal banyak orang selama ini. Dia bukan lagi Lovely Anderson.
Dasar malaikat tidak berkompeten! Bisa-bisanya dia mengirim rohnya ke tempat random.
Luz memerhatikan tangannya yang juga berbeda. Semuanya baru terasa beda saat menyadari bahwa ini memang bukan tubuh aslinya. Tapi bagaimana Luz bisa kembali?
Atau dia tidak bisa kembali lagi?
Untuk beradaptasi setidaknya Luz harus membaca beberapa buku.
"Aku masih pusing, tolong ambilkan beberapa buku sejarah untuk menghilangkan rasa bosanku."
"Ya?"
"Ambilkan buku sejarah!"
"Tapi bukannya nona tidak terlalu suka membaca?"
"Sekarang aku suka."
Wanita itu sempat terbelalak. Walau begitu dia dengan cepat mengangguk dan menunduk setelahnya.
"Baik, akan saya ambilkan."
"Tunggu."
Langkahnya terhenti tepat di depan pintu. Ia berbalik, kembali menatap nonanya yang kembali duduk di atas ranjang.
"Namamu?"
"Nama saya? Ah, itu anu ... Rose."
"Baik, Rose, mohon kerja samanya, ya!"
Rose tertegun. Sebagai seorang wanita saja, dia memuji bibit Thompsville yang sangat unggul dalam hal visual saat nonanya itu tersenyum manis. Surai bercahaya seperti kristal dilengkapi manik amethyst yang mempesona. Hei, orang bodoh mana yang tidak tertarik pada keturunan bangsawan lama ini? Ah, jika dihitung-hitung mungkin usia keluarga mereka jauh lebih tua dibandingkan usia keluarga kerajaan.
"B-baik saya permisi dulu."
Pintu ditutup dari luar dan senyum Luz luntur seketika.
"SIAL, SIAL, SIAL! BAGAIMANA AKU BISA SAMPAI BERADA DI SINI?!" Luz menendang-nendang apa saja yang berada di bawah kakinya. "Aku harus kembali bagaimanapun caranya. Ya, aku harus mencari cara."
Luz mondar-mandir sambil menggigiti ujung kukunya. Pernikahan di depan mata berakhir gagal total.
"Apa aku harus mati lagi?" Pikiran buruk tersebut hanya melintas sebentar lalu ia menggeleng. "Mati tidak semudah itu."
"Tapi—tapi...." Manik amethyst-nya berkaca-kaca. "Erickson pasti khawatir saat tahu aku hilang di hari pernikahan."
"JIKA KAU BISA MENDENGARKAN SUARAKU, MALAIKAT, KAU HARUS MENGEMBALIKAN ROHKU KE DUNIA ASLIKU!"
Luz hanya bisa terduduk kembali dengan ekspresi lemah. "Kau harus mengembalikan ku ke dunia ku. Calon suamiku, dia pasti sudah berada di altar."
Pintu diketuk dari luar. "Nona, saya membawa buku yang Anda minta."
"Masuk saja!"
Rose memutar gagang pintu dan masuk bersama tumpukan buku-buku di kedua tangannya yang ia bawa bersusah payah. Melihat keadaan nona mudanya yang tidak baik, Rose gatal untuk tidak memberikan komentar.
"Saya tahu, pasti rasanya berat untuk nona karena gagal menikah tapi hidup akan terus berjalan, nona tidak perlu memikirkan laki-laki itu lagi. Asal nona tahu, Anda cantik, banyak pria yang rela mengantri untuk Anda jika diminta," ucapnya prihatin.
Luz mengangkat kepalanya lalu terbelalak. Melupakan buku-buku yang dibawa oleh pelayannya tersebut, Luz segera meraih tangan Rose dengan tatapan berbinar.
"Dari mana kau tahu jika aku seperti ini karena gagal menikah? Dari mana kau tahu? Apa kau menguping?!"
"Apa yang nona maksud, seluruh Sormenia tahu jika Anda gagal menikah dengan Marquis Galilee," jawab Rose heran tapi detik berikutnya baru ia sadar bahwa yang diucapkannya barusan sangatlah frontal. "Maaf, nona, saya tidak bermaksud untuk menyakiti perasaan Anda."
"Sor-Sor apa maksudmu?" Luz kelepasan bicara dan benar saja ekspresi Rose juga tampak aneh mendengar ucapannya. "Ah, iya, S-Soraya, iya, aku tahu."
"Sormenia, nona...."
"Iya, aku mengerti." Luz berdiri lalu menyeret Rose keluar dari kamarnya dengan cara yang halus. "Masih banyak tugas yang harus kau kerjakan, kan, begitu juga denganku. Kalau begitu sampai jumpa lagi."
"Saya hanya bekerja pada nona, tidak ada pekerjaan lain yang bisa saya lakukan," jawab Rose bingung. "Apa Anda memerlukan sesuatu?"
"Ah, itu...." Luz tidak sengaja melirik meja rias kosong itu kembali. "Aku butuh beberapa riasan wajah dengan warna cerah tapi tidak kampungan. Tolong ambilkan beberapa."
"Saya akan menanyakannya kepada Marchioness."
"Kenapa aku harus menunggu izin Marchioness?"
"Bukankah her ladyship yang memegang semua iuran anggota keluarga de Cera?" Rose menjawabnya pelan karena sebagian pikirannya sudah terbagi dengan tugas-tugas yang Luz berikan.
"Baik, kau boleh keluar."
Masa bodoh dengan Marchioness atau apapun itu, уang penting Luz bisa kembali!
Setelah pintu kembali ditutup, Luz langsung menelusuri buku-buku yang dibawa Rose dengan tidak sabaran. Buku-buku setebal jari tiga jari tidak menyurutkan semangatnya untuk terus membaca walau Luz tahu, semua buku ini tidak akan selesai ia baca dalam sehari.
Hal pertama yang Luz baca adalah mengenai keluarga yang ditempatinya ini. Keluarga Marquess Of Thompsville bermarga de Cera yang memiliki sejarah harum atas jasa-jasa besarnya dalam membantu keluarga kerajaan mendirikan pemerintahan sendiri. Sebagai salah satu bangsawan tertua, keluarga Thompsville sendiri dikatakan sudah ada sejak zaman kerajaan Sormenia belum didirikan.
Keturunan utama klan de Cera umumnya memiliki rambut putih kristal dan bola mata ungu amethyst, dengan warna megah tersebut tak jarang wanita-wanita de Cera diperebutkan oleh bangsawan maupun anggota keluarga kerajaan lain yang menginginkan kemewahan serupa bisa dimiliki pewaris mereka.
Sejarah wanita-wanita de Cera juga tidak bisa dianggap remeh. Terhitung sejak awal berdirinya Sormenia, sudah lebih dari dua puluh orang ratu diambil dari klan ini. Sebuah pencapaian yang sangat luar biasa.
Luz merenung, berarti harem istana banyak dihuni oleh klan de Cera saat mengetahui bahwa ada ratu, ibu suri, atau mungkin ratu terdahulunya lagi berasal dari klan yang sama.
Senyum miring tak bisa Luz hentikan. Andai ia bisa memimpin harem Istana, Luz mungkin akan menjadikan selir-selir raja yang lain sebagai pembantu.
Ya, Luz bisa bertindak sekejam itu jika dirinya diberi kesempatan.
Eh, Luz tarik ucapannya barusan. Dia hanya ingin pulang!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
rhien90
Baguss ceritanya thor....
2021-09-27
1
∘‣⃝ᵃᵇⁱᵍᵃᵉˡˢᶻđaͣrͫԟ͟͞Žoиᴇ᪱_Hiat
semangat kka🥰🥰
2021-05-26
1
kanaya
lanjut thor meski mereka kagak mau ikut komen🤭
2021-05-21
3