Mawar Tak Di Cinta
Happy Reading...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
"Rik, ayo kita pacaran saja." Ucapku dengan wajah frustasi dan tak lama sesudah itu ku telusupkan wajahku ke meja dari besi di tengah hiruk pikuk caffe yang sedang rame ramenya di malam minggu ini.
"Ha..ha.ha." Erik tertawa terbahak bahak mendengar ucapan ku. "Segitu tidak lakunya, Loe. Ck ck ck, kasihan bener." Lanjut Erik.
"Muka Loe yang pas pasan saja enggak mau sama Gua, apa lagi Bang Daffa mahluk paling sexy dan sempurna dalam hati Gua." Jawabku masih mempertahankan posisi ku.
"Semua juga bakal mikir, War. Kalau mau macarin Loe. Pasti yang lihat orang jalan sama Loe, di kira selang ketemu selang." Erik kembali tertawa lepas setelah menyelesaikan kalimatnya.
"Sialan Loe. Kalau Gua bener laki, Gua jamin Loe bakal jadi jomblo ngenes di deket Gua." Jawab ku dengan sudah melemparnya dangan kentang goreng yang berada di depanku.
"Loe lihat semua cewek yang berada di dalam disini." Ucap Erik pelan. Akupun mengikuti arah pandang Erik yang sedang menyisir ke setiap sudut dari ruangan Caffe ini. "Nyadar enggak Loe.?" Lanjut Erik setelah kembali matanya bertemu pandang dengan ku.
Aku menggeleng pelan acuh tak acuh, dan memang aku tidak tau apa yang menjadi alasan Erik menyuruhku memperhatikan orang orang di sekitar kami. "Busyet dah, Warning War." Kata Erik lagi dengan menoyor kepalaku pelan. "Lihat cewek yang duduk di samping jendela itu." Lanjut Erik dengan menunjuk menggunakan dagunya ke arah gadis cantik yang tengah duduk dengan seorang pemuda di dekat jendela.
"Kenapa.?" Tanyaku masa bodoh, dan aku lagi lagi tidak tau apa maksud dari Erik.
"Ya Tuhan, beri kesabaran kepadaku, dan semoga saja umurku akan panjang karena terus berteman dengan gadis bodoh seperti dia." Ucap Erik tanpa memerdulikan delikan mataku kepadanya. "Loe, lihat gadis itu baik baik. Loe pikir apa yang beda sama penampilan Loe.?"
Aku mengikuti kata Erik dan untuk seperkian menit memeperhatikan gadis yang tengah menggunakan kaos ketat warna pink soft di padu dengan hot pan warna hitam. "Pahanya kemana mana." Ujar ku pelan, lantas meraih gelas yang berisi Jus Avocado kesukaanku.
"Satu benar. Loe perhatiin tatanan rambutnya enggak.?" Kata Erik lagi, kembali aku menoleh ke arah gadis itu, hingga gadis itu tersadar aku dan Erik sedang memperhatikannya. Sehingga membuatku melempar senyum kikuk ke arah gadis itu, dan di balas senyum centil oleh gadis itu.
"Uhuk, uhuk, uhuk." Aku tersedak oleh jus yang belum sepenuhnya aku telan, karena senyum centil yang di tujukan kepadaku hingga membuat Erik kembali tertawa ngakak melihat expresi ku.
"Seperti itu harusnya cewek, bukan kayak Loe. Cewek itu harusnya lembut, rambutnya panjang, duduknya juga enggak kayak preman pasar kayak Loe sekarang." Ucap Erik dan seketika membuatku menurunkan kaki ku yang sedari tadi aku angkat sebelah ke atas kursi. "Kalau penampilan Loe terus kayak gini, Gua jamin yang naksir Loe bukan Cowok, melainkan cewek cewek cantik juga centil kayak mereka mereka itu." Lanjut Erik.
Aku menghela nafas dalam dalam sembari memegang Hoodie yang melekat di tubuhku kemudian menjelajahkan pandanganku ke arah Jean's selutut yang aku kenakan, juga tanganku meraba rambut cepak ku yang aku tata persis seperti artis artis papan atas. Dan andai saja aku sedikit brewokan sudah barang tentu semua mengira aku adalah Laki-Laki. Kayak gini saja sudah sering di panggil Mas.
Aku memiliki nama yang cukup feminin, Mawar Ayudia Gayatri, dan andai kedua orang tuaku masih hidup pasti mereka akan menyesal memberikan nama itu untuk ku. Saat ini usiaku baru menginjak 17 tahun dan ini kali pertama aku merasakan jatuh cinta. Yang lebih parahnya lagi jatuh cinta pada pandangan pertama dengan teman se kostan ku yang usianya jauh di atas ku dan itu terjadi sejak setahun lalu, pada awal aku datang ke tempat ini.
Daffa Renda Bakti, seorang Mahasiswa S2 tingkat ahir yang telah berhasil membuat jantungku bersalto ria hanya dengan mendengar suaranya saja. Bang Daffa begitulah aku memanggilnya, aku tidak terlalu akrab dengannya, karena Bang Daffa memang sosok orang yang dingin, cuek dan tentu saja tampan.
Dan semakin terlihat menawan saat rambut gondrong berombak sebahunya di biarkan terurai. Pehh, pemandangan seperti itu bukan hanya aku seorang saja yang di buatnya termehek mehek tidak karuan, bahkan seisi penghuni kost juga akan terpana di buatnya.
"Mikir apaan Loe." Tangan besar Erik meraup wajahku dan membuatku tersadar sepenuhnya atas pikiran mengenai Bang Daffa.
Dan dia yang sekarang sedang berada di depanku adalah Erik Nugraha, teman baik ku semenjak aku di adopsi oleh keluarga Pak Agung. Erik tiga tahun lebih tua dari ku, namun aku sama sekali tidak pernah merasa sungkan terhadapnya karena sedari 9 tahun yang lalu aku sudah terbiasa dengan Erik.
Bisa juga di bilang, aku tumbuh besar bareng bersama Erik. Erik adalah teman sekelas Kak Melati, yang merupakan anak Bungsu Pak Agung. Namun justru Erik lebih dekat dengan ku daripada dengan Kak Melati.
"Woy sadar, kesambet setan Loe." Kembali tangan besar Erik meraup wajahku, lantaran aku yang masih tidak menjawab tanyanya.
"Apaan sih, Loe. Rese' bener." Ujar ku sembari memindahkan tangan besar Erik dari hadapanku.
"Udah tau sekarang kenapa cowok cowok enggak pada mau deket sama Loe." Ujar Erik lagi.
"Kalau suka kenapa mesti milih milih. Bukannya cinta itu suka suka dia." Ucap ku.
"Bener suka suka dia saja.Tapi, menurut survey seratus dari Laki Laki hanya 5 yang menyukai gadis Tomboy sepertimu." Jawab Erik santuy. "Dan aku rasa Bang Daffa mu itu enggak dalam salah satunya."
"Maksud Loe,.!" Ucapku dengan nada penegasan.
"Ya selera Bang Daffa bukan cewek kayak Loe." Jelas Erik dan membuat bahuku merosot kembali.
"Aku menyukai penampilanku seperti ini, dan aku rasa tidak merugikan orang lain."
"Kita tidak sedang membahas untung dan rugi, War. Kita sedang membahas perasaan Loe ke Bang Daffa. Dan usaha apa yang harus Loe lakukan untuk mendapatkannya. Mengingat ini sudah setahun Loe diem diem suka sama dia." Aku terus manggut manggut seolah olah faham dengan apa yang di sampaikan Erik.
"Cabut yuk, udah malam." Lanjut Erik sembari berdiri. Akupun ikut berdiri dan menutup kepalaku dengan tutup Hoodie ku lantas melenggang di samping Erik.
Seperti yang sudah sudah, aku dan Erik selalunya akan kembali ke Kostan tepat pukul sepuluh, dan sudah menjadi kebiasaan kami juga yang tidur suka suka. Jika bukan aku yang tidur di kamar Erik, maka Erik lah yang tidur di kamarku. Dan seisi kostan tau semua, bahwa aku dan Erik sohib paling kentel bahkan lebih kentel dari tepung tapioka yang di sedu dengan air panas, juga ada yang beranggapan bahwa kami adalah sepasang kekasih.
Setahun seatap dengan seseoarang yang aku sukai, benar benar membuatku hanya bisa salah tingkah setiap kali melihatnya, ataupun berpapasan dengannya. Dan rasanya aku ingin langsung jungkir balik atau kayang sambil Push Up saat Bang Daffa menyapaku, ralat bukan menyapaku saja, tapi menyapa aku dan Erik, sambil melempar senyum coolnya.
Seperti yang terjadi malam ini. Ahh, cara dia menyapaku dan Erik membuat mataku enggan meninggalkan wajah tampannya. Andai Erik tidak segera menarik ku untuk naik ke Kamar ku yang berada di lantai dua. Jelas aku akan pura pura ikut nongkrong bersama Bang Daffa dan teman teman yang lainnya, sembari menikmati suara merdu Bang Daffa yang di iringu petikan gitar.
"Apa apaan sih, Loe. Gua kan mau mulai pendekatan sama Bang Daffa." Ucapku begitu Erik berhenti mendorong bahuku.
"Buka pintunya."
"Pintu enggak di kunci, buka saja sendiri." Jawabku ketus.
Kembali Erik mendorong bahu ku memasuki kamar kemudian menutup pintu di belakang kami, lantas menguncinya. "Loe bener bener suka sama Bang Daffa.?" Tanya Erik dengan serius.
"Memang ada suka main main." Jawabku masih dengan muka jutek.
"Kalau Gua bilang, Loe harus merubah penampilan Loe, apa Loe akan setuju.?" Kata Erik lagi, kali ini dengan menghempaskan tubuhnya di kasur busa ku.
Aku tidak langsung menjawab. "Cinta tidak memerlukan perubahan, cinta itu murni." Kataku sok sokan puitis.
Erik langsung bangun dari kasur dan berjalan dengan cepat ke arahku dan sejurus kemudian sudah memiting leherku. Baku hantam ala kamipun tidak bisa di hindari hingga kami benar benar merasa capek dengan adu jotos main main yang kami lakukan.
"Tidak ada jalan lain, jika Loe ingin Bang Daffa melirik Loe. Loe harus melakukan sedikit perubahan. Dan satu lagi, kata kata yang Loe gunakan untuk Loe salah. Bukan cinta tidak membutuhkan perubahan. Cinta itu perlu perjuangan dan pengorbanan." Kata Erik dengan sudah berjalan ke arah pintu.
"Mau kemana Loe.?" Tanya ku begitu Erik sudah menarik knop pintu.
"Gua mau tidur di kamar Gua, besok Gua ada janji sama temen mau ke Gereja bareng ." Jawab Erik dengan cuek.
"Halah, kayak Loe bisa bangun pagi tanpa Gua bangunin aja." Jawab ku lantas ikut berjalan mengintili Erik.
"Ngapain Loe ngikutin Gua." Kata Erik begitu aku ikut keluar dari kamar.
"Ya, Gua mau tidur di kamar Loe lah."
"Enggak ada hari ini kita pisah."
"Loe mutusin Gua." Drama yang ku buat, lantas seketika berhenti begitu saja saat ku lihat Bang Daffa yang sedang berjalan mendekat ke arah kamarnya yang letaknya bersebrangan dengan kamar ku.
"Inginnya Gua terlepas dari dosa kayak Loe, makanya besok Gua mau ke Gereja, mensucikan pikiran Gua." Jawab Erik dan kubiarkan langkah Erik semakin menjauh meninggalkan kamarku, sementara aku masih terpaku di tempatku hingga Bang Daffa sampai di depan kamarnya.
"Lagi berantem sama, Erik.?" Tanya Bang Daffa dan dengan cepat langsung ku jawab dengan menggelengkan kepalaku dengan kuat.
"Bang Daffa mau tidur.?" Tanyaku bodoh ketika tangan Bang Daffa sudah meraih gagang pintu.
"Iya sudah ngantuk, besok ada acara pagi pagi. Selamat malam, Mawar." Ucap Bang Daffa, lantas segera masuk ke dalam kamarnya begitu aku menjawab ucapan pamitnya.
Aku terus berguling guling di kasur ku, sembari membayangkan wajah Bang Daffa saat melempar senyum ke arahku. Dan dengan cepat sudah hanyut dalam mimpi indah merajut rasa bersama Bang Daffa.
Bersambung...
####
☺️: Ini ceritanya kok beda Mak.?
😀: Hu'uh biar beda, Emak mau keluar dari zona nyaman. Biar di kata Propesional.
☺️: Jangan mangkrak kayak Bu Fafa lho Mak.
😀: Kalau itu enggak bisa janji, yang penting saat ini di nikmati saja...
Ya sudah segitu saja basa basinya. Selamat menikmati ceritanya, jangan lupa sambil tekan Like, boleh juga Coment dan apa lagi Votenya. Di tunggu.
Love Love Love...
💖💖💖💖💖💖
By: Ariz kopi
@maydina862
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
IKa LesTari
ngulang lagi awak kak thor.. gak sabar nunggu esok.
2022-04-13
0
Nina
nyimak dulu
2022-03-22
0
Daffodil Koltim
baru awal udah jatuh cinta😍😍😍😍👍👍, ternyata mak e ngaku mangkrak akan kisah bu fafa yg blom berujung😂😂😂😂🙏🏻🙏🏻🙏🏻🙏🏻
2022-03-07
0