Happy Reading...
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Menikmati rasa patah hati, mungkin kata itu yang cocok aku sematkan dengan keadaanku saat ini, yang sudah hampir enam bulan selalu setia dengan bermuram durja. Dan patah hati bukan karena di putuskan, di tinggal selingkuh, ataupun di gantung begitu saja. Ini patah hati yang aku buat sendiri. Patah hati tanpa sebab yang jelas, dan kejelasannya aku patah hati karena cinta seorang diri.
Harus sekali aku seperti ini, padahal aku sudah mensugesti diriku sendiri, bahwa yang pergi akan terganti. Nyatanya itu tidak semudah membalikan telapak tangan. Mungkin karena ini cinta pertama ku. Dan cinta yang jatuh sendiri pula. Harusnya cukup sadar diri, di mana mana yang namanya jatuh itu sudah pasti akan sakit. Dan anehnya aku justru menikmati rasa sakitku dengan menenggelamkan diri dengan kebisuan. Hingga membuat Erik tidak tega harus meninggalkan aku untuk KKN di luar kota.
"Sumpah deh, War. Sampai kapan loe akan kayak gini. Ini bukan loe banget." Kata Erik saat mengajakku untuk makan malam di luar sebelum esok dia akan pergi.
"Kayaknya gua mau hijrah." Ucapku pelan.
Erik tersedak oleh es kopi yang baru saja di sruputnya, bahkan hampir saja menyemburkan ke muka ku. Tapi, saat di lihatnya mukaku yang serius dengan cepat mukanya berubah ikut serius.
"Apa definisi hijrah menurut loe..?" Tanya Erik dengan menatapku intens.
"Berubah untuk lebih baik." Jawabku acuh tak acuh.
"Menurut gua, loe sudah orang baik, War. Tidak perduli orang menilai loe bagaimana, tapi gua cukup tau siapa loe. Seperti apa loe setiap harinya. Orang bisa saja menilai dari penampilan loe setiap harinya. Tapi, bagi gua, loe sudah cukup dekat dengan Tuhan loe."
"Gua hanya perlu mengubah sedikit penampilan gua. Kayak yang loe pernah bilang." Ucapku kalem.
"Loe sudah berubah, bahkan banyak berubah. Pengang rambut loe, apa loe pernah memiliki rambut sampai di bawah telinga sebelumnya. Itu sudah menjadi bukti bahwa loe sudah berubah." Sergah Erik.
Aku mengigit bibir bawahku sembari mengikuti kata kata Erik. Aku lantas tersenyum kecut bagitu Erik menatapku dengan tatapan ketidak sukaanya.
"Cinta yang loe punya itu tidak benar, itu berlebihan. Apa lagi sampai harus merubah diri menjadi orang lain. Enam bulan, gua rasa cukup. Loe sudah hampir ujian ahir, setidaknya pikirkan keinginan loe untuk mendapat beasiswa di kampus gua." Kata Erik lagi
"Iya, loe benar. Dan gua sudah putuskan bahwa gua akan hijrah menjadi lebih baik."
"Baik di mata orang yang tidak bisa melihat kebaikan loe. Itu bodoh."
"Gua hanya ing.."
"Gua tau loe seperti apa. Ketaatan loe pada Tuhan, itu sudah cukup menjadi bukti. Manusia itu seperti buku, War. Ada yang hanya indah dari sampulnya saja, ada yang menarik dengan isinya, ada juga yang memberi pengetahuan. Meski, loe memang tidak menarik dengan tampilan loe, tapi gua sebagai teman baik loe cukup tau banyak sikap loe. Setidaknya itu memberi nasehat buat gua, walau gua tidak seagama dengan loe." Aku tidak menyangka setelah sekian lama mengenal Erik, aku bisa di buat terpesona dengan kata katanya.
Aku hanya diam memandang wajah Erik yang baru kali ini terlihat serius berbicara kepadaku. Memang waktu berputar dengan begitu cepat, hingga tanpa sadar kami tumbuh besar dengan cepat pula. Kami bukan lagi anak kecil tetanggaan yang sering main bareng di lapangan. Apa sesulit ini menjadi remaja patah hati..?. Harusnya tidak, hanya aku saja yang belum bisa melupakan tatapan jijik Bang Daffa yang di berikan padaku. Dan itu melukai hatiku.
🎶
Any way you want it
Anything you need
Baby, you're the master
That i want to please
🎶
Suara merdu milik Jascha Richter, vokalis salah satu band papan atas asal Denmark. Mengusik kebisuanku, dan menggiring tanganku untuk meraih benda persegi di dalam saku celanaku. Begitu ponsel jadulku berada di tangan, segera ku ubah expresi wajahku dan itu berhasil membuat Erik memutar bola matanya jenggah. Karena, Erik sudah hafal betul itu panggilan dari siapa, saat wajah dan suaraku berubah begitu manis.
"Hallo, Assalamu'alaikum Kak Mel manis, cantik, cintanya Mawar." Ucapku sembari mengaktifkan spekernya.
"Sawan gua dengarnya." Celetuk Erik, dan itu mendapat reaksi kekehan pelan dari sebrang sana.
"Ahh, Erik mah selalu gitu Kak Mel. Biarkan saja dia kena Karma, dengan jatuh cinta sama Mawar sedalam dalamnya." Kelekar ku
"Biar di muka bumi ini cuma tinggal Mawar sama kambing bengek. Gua bakal lebih milih Kambing bengek, setidaknya daging Kambing masih bisa gua sate." Balas Erik dengan sengaja mengeraskan suaran. Lagi, lagi, kelekar Erik membuat kak Melati tertawa terbahak bahak.
"Aku merasa tersentuh dengan cinta kalian berdua." Jawab Kak Melati.
"Sumpah demi Bokap gua yang gantengnya nurun ke gua, Mel. Gua, cintanya sama loe." Ku cebikkan bibirku mendengar kalimat Erik.
"Aku tidak pernah percaya padamu, Rik. Buktinya kamu selalu nempel sama Mawar timbang aku." Balas Kak Melati.
"Setuju banget Kak Mel. Kak Melati memang cintaku, Love you Kak Melati." Lantas segera berdiri dan menepi dari Erik, jika aku terus bersama Erik, maka yang ada aku dan Kak Melati tidak akan jadi ngobrol serius.
"Kak Melati dimana kok kayaknya agak rame." Tanyaku begitu aku sudah mendapat tempat yang pas untuk mengobrol.
"Seperti biasa, rutinitas bulanan." Jawab Kak Melati dengan nada suara yang di buat sebahagia mungkin. Aku tau dia sekarang sedang kesakitan dengan proses cuci darah yang selalu di lakukan setiap sebulan sekali, lantaran penyakit Ginjal yang di deritanya.
"Kak Mel kangen Mawar. Kapan Mawar pulang nih. Kak Mel ada yang mau di ceritakan sama Mawar." Lanjut Kak Melati dengan nada malu.
"Sepertinya ada yang berbahagia nih. Kalau begitu habis ujian tengah Semester Mawar pulang deh. Kalau enggak sabar nunggu bulan depan, cerita sekarang juga boleh."
"Kak Mel, akan sabar menunggu Mawar pulang saja. Lagian ini juga bukan yang buru buru."
"Wokey.." Jawabku dan tidak tahu berapa lama kami terus mengobrol kesana kemari, hingga Erik yang ku biarkan begitu saja memporak porandakan keasikan kami dengan mengajak aku pulang dengan alasan yang tidak masuk akal sama sekali.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Hari terus berganti, dan setiap pergantiannya membawaku menjalani hari ini dengan sedikit semangat. Karena, Erik tidak ada di kostan. Di tambah lagi dengan Rendi yang dulunya menyebalkan berubah menjadi anak manis dan baik kepadaku dan teman yang lainnya.
Perubahan sikap Rendi, jelas saja karena peristiwa siang waktu itu. Hanya saja yang aku sayangkan Rendi masih saja senang berada di dekatku. Tidak apa apa, dia mau berada di dekatku. Cuma, yang mengangguku adalah ucapannya tempo hari yang mengajak ku pacaran setelah lulus sekolah.
Aku menggeleng keras dimanapun dan kapanpun aku teringat dengan ucapan bocah itu. "Kak Mawar, jadilah pacarku. Aku janji akan menjadi seseorang yang bisa kamu andalkan kelak." Ucapnya sore itu. Dasar bocah. Ya kali, aku pacaran sama Bocah SMP. Bisa di anggap pedofil aku sama teman temanku. Biar aku masih menjadi jomblo abadi hingga kini, tapi bukan berarti aku mau mau saja sama Rendi, apa lagi untuk alasan agar terbebas dari gelar jomblo. Seratus persen No Way.
"Hari ini tidak ada Rendi. Yang ada hari ini adalah Kak Melati." Ucapku dengan penuh kegembiraan saat aku sudah selesai mengemasi pakaian ku. Tidak terlalu banyak juga, karena aku hanya seminggu di rumah. Dan rencananya aku akan pinjam baju Kak Melati sisanya, sebagai upaya untuk berubah menjadi gadis tulun. Emang sebelumnya bukan gadis apa, kok seperti kata kataku meragukan sekali.🤭🤭
Bus melaju dengan pelan meninggalkan kota G, sebuah kota di pinggiran Ibu Kota A. Dengan perasan penuh bahagia aku terus membayangkan akan seseru apa pertemuanku dengan Kak Melati yang hampir satu tahun ini tidak ku temui. Pasti akan sangat menyenangkan dengan terus bercerita kesana kemari. Dan tidak dapat ku bayangkan wajah Kak Melati begitu melihat rambutku yang telah memanjang seperti keinginannya selama ini.
Tiga jam berlalu, Bus telah menepi di terminal dan dengan kecepatan kilat aku meraih ranselku, dan segera berlari lari kegirangan menuju pangkalan ojek. Aku sengaja tidak bilang terlebih dulu sama Kak Melati kalau aku pulang hari ini, agar menjadi kejutan. Lagian, juga agar Bang Nusa tidak perlu repot repot menjemputku di Terminal.
Perumahan untuk kelas mengenggah ke atas sudah berada di hadapanku. Dadaku berdetag lebih kencang seiring dengan mendekatnya kakiku ke arah pos Satpam, hingga membuatku berkali kali mengelusnya pelan.
"Kamu terlalu bahagia, makanya terus jempalitan enggak karuan." Selorohku, tanpa perduli akan firasat yang di kabarkan dengan dada yang bertalu talu.
Rumah berlantai dua menjulang tinggi di depanku, bangunan dengan cat warna kuning gading ini adalah tempat tujuanku. Sedang rumah di sampingnya yang tak kalah bagus, adalah rumah orang tua Erik. Jeng, jeng, jeng. Ternyata pohon Mangga di depan rumah Erik sudah di tebang. Itu artinya aku tidak akan bisa lagi sembunyi dari Kak Melati.
"Dasar Erik, tidak pernah cerita kalau pohon Mangganya di tebang." Gumamku sembari menjejalkan kaki ku memasuki pintu gerbang yang tengah terbuka.
Pertama yang aku lihat saat mataku menjelajah ke halaman luas adalah bunga bunga kesayangan Bu Mega, juga beberapa tanaman buah dalam pot yang di buat secara bonsai. Dan yang berubah dari rumah ini selama kurun waktu setahun aku tinggalkan, dalah kolam ikan yang memanjang mengelilingi teras rumah, hingga ikan koi warna warni itu seperti sedang baris berbaris.
"Ehh, ada tamu ternyata." Begitu mataku menatap sebuah kendaraan yang terparkir tidak jauh dari garasi, serta pintu utama yang terbuka lebar.
"Deg, deg, deg." Dadaku kembali bertalu talu saat langkahku, semakin mendekat ke arah pintu. Dan tawa renyah Kak Melati terdengar sangat jelas di telingaku, penuh dengan kebahagiaan.
"Assalamu'alaikum.." Ucapku dengan sepontan dan semangat menggebu, beriring dengan senyum yang tersunging lebar. Namun, seketika senyumku meredup saat mataku menangkap sosok laki laki yang tengah duduk di sofa sebrang Kak Melati.
"Wa'alaikumussalam. Mawar sayangnya Kak Mel." Jawab Kak Melati dan dengan segera beranjak dari duduknya berlari menyongsongku. Pelukan erat serta hangat mengapit tubuh ku, bersamaan dengan berondongan pertanyaan yang terus bertubi tubi tanpa ada jeda bagiku untuk menjawabnya.
"Masak ini Mawar, Adik Bang Nusa jadi cewek beneran sekarang." Ucap Bang Nusa sembari mengacak rambutku yang ku kuncir asal asalan. "Kenapa enggak kasih kabar, tau gitu kan Bang Nusa bisa jemput." Lanjut Bang Nusa.
"Biar jadi kejutan, Bang. Oh iya Bapak sama Ibu mana.?" Tanyaku dan aku tau seseorang di sana masih heran dengan kehadiranku disini. Tapi, aku berusaha untuk tidak terpengaruh dengan itu, agar perasaan yang tidak mau manyerah ini tidak membuatku lupa diri.
"Seperti biasa, lagi ada dinas di luar kota." Ucap Kak Melati.
"Oh." Jawabku hanya beroh ria.
"Sini War, tak kenalkan dengan teman dekat Kak Mel." Ucap Kak Melati dengan langsung menyeretku yang tiba tiba kehilangan kekuatan hanya karena mendengar kata Teman Dekat. Apa yang di maksud dengan Kak Melati teman dekat, apa itu berarti dekat seperti pacaran atau dekat yang jauh lebih dari itu.
Jika, menurut karakter Bang Daffa. Jelas, tidak ada istilah teman dekat begitu saja. Mengingat Bang Daffa dulu pernah bilang padaku, bahwa tidak akan pacaran lama dan mengobral kata kata manis. Dan itu artinya apakah aku akan benar benar patah hati. Jawabnya sudah pasti iya, karena terlihat jelas di mata Kak Melati yang berbinar penuh arti saat menatap Bang Daffa, dan begitupun dengan Bang Daffa. Terlebih Bang Nusa tidak over protectif kepada Kak Melati. Apa itu bertanda bahwa sudah ada pembicaraan yang serius antara kedua belah pihak. Entahlah, aku terlalu takut untuk menerka nerka.
Semua nampak abu abu bagiku. Dan yang terlihat, serta ku rasakan jelas adalah rasa nyeri yang menggerogoti dada hingga aku tidak sanggup untuk bicara barang sepatah kata saja. Ternyata jatuh cinta akan sesakit ini, jika tidak jatuh pada tempat yang tepat. Dan berahir hanya dalam hati saja.
.
.
.
.
.
Bersambung...
####
Nyut nyutan tenan rasa cinta seorang diri. Karena saiya pernah merasakannya pas Nulis Afiqah dulu..😅😅😅😅😅
Love Love Love...
💖💖💖💖💖💖
By: Ariz Kopi
@maydina862
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
IKa LesTari
syediih..
2022-04-13
0
Nunik
Yeeee
2022-01-27
0
Ririe Handay
bener2 nyut2 ini cinta sendiri
2021-12-02
1