Rencana.

Happy Reading...

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Aku terus saja mondar mandir di depan kamar Erik, dan tidak sabar menunggu kedatangan Erik yang telah pergi sedari pagi ke Gereja. Entah apa yang merasuki anak itu, hingga mendadak berubah sadar dengan Tuhannya, karena setahuku sedari aku mengenalnya beberapa tahun silam, Erik sosok yang tidak terlalu fanatik terhadap Agama yang di anutnya, walaupun di dalam keluarga besar Erik rata rata adalah Pendeta.

Aku seketika terkesiap saat aku berbalik dan menabrak tubuh tegap Bang Daffa yang juga sedang tidak fokus pada jalannya, karena fokus Bang Daffa sedang tertuju pada kemera yang berada di tangannya.

Bang Daffa, memang penggila fotografi meski itu sama sekali tidak ada sangkut pautnya dalam jurusan kuliah yang di ambil oleh Bang Daffa. Ilmu Hukum, jurusan itulah yang di ambil oleh Bang Daffa, dan menurutnya fotografi hanya kegemarannya saja. Jangan tanya aku tau darimana soal itu, jelas saja itu aku tahu tidak langsung dari Bang Daffa. Anggap saja aku adalah netizent kepo para Oppa Oppa korea.

Bang Daffa memang menggilai fotografi, tapi ada yang jauh lebih gila lagi, yakni aku. Karena jatuh cinta pada seseorang yang tidak pernah mau memandang wanita lebih. Dan selama setahun tinggal seatap bersama Bang Daffa, aku juga tidak pernah melihat Bang Daffa membawa cewek ke kostan, ataupun membahas cewek dengan teman temannya.

Bang Daffa, sosok sempurna bagiku, meski dia cuek bebek dan juga cool. Dan mungkin karena itulah aku penasaran kepadanya hingga sangat menggebu gebu ingin mengenalnya lebih. Bang Daffa memang terlihat baik terhadap kami semua kaum wanita yang terpesona dengan gayanya yang dingin dengan tatapan mata tajam menghanyutkan, seperti sebuah samudra yang tidak pernah tau sedalam apa dasarnya, dan ada rahasia apa di dalamnya. Tapi, Bang Daffa juga bukan orang yang terbuka terhadap kami, bahkan cendrung tertutup.

"Hati hati." Ucap Bang Daffa pelan sembari menegakkan tubuhku yang hampir saja limbung di dada bidangnya yang sandaran-able.

Senyum keki aku tujukan ke arah Bang Daffa, mencoba menyembunyikan dadaku yang tengah menabuh genderang di dalam sana. Dan ahhh, mata ini benar benar membuatku terhanyut juga meleleh sepeti keju Mozarella yang di panaskan.

"War." Kata Bang Daffa lagi dengan memetik jarinya di depan wajahku yang aku rasa sedang merona, karena aku rasakan panas di wajahku hingga ke telingaku.

"Iya, Bang Gan, ehh, Bang Daffa." Jawabku dengan gagap dan hampir saja aku keceplosan memanggilnya dengan panggilan rahasiaku. Abang Gantengku.

"Ngelamun jangan di depan pintu." Ucap Bang Daffa lagi, dan baru kali inilah Bang Daffa berbicara cukup panjang kepadaku.

Aku nyengir kuda, dan menutupi kegugupan ku dengan menyentuh ujung rambut cepak ku dengan tidak beraturan. Lantas tanpa berkata apa apa lagi Bang Daffa berlalu dari hadapanku dan menyisakan aroma farfum khasnya yang memenuhi indra penciumanku yang membuat hatiku langsung jingkrak jingkrak kegirangan.

Dan dengan masih di liputi hati yang gembira, akupun berjalan ke kamarku dengan ponsel butut yang sesekali aku sentuh keypatnya untuk mengirim pesan kepada seseorang, guna berbagi hal bahagia yang sedang aku rasakan.

Sejam sudah berlalu, dan aku masih asik dengan beberapa angka angka untuk menghitung mesin. Aku memang perempuan, tapi tidak ada undang undang yang mengatur perempuan tidak boleh memiliki cita cita untuk jadi Montir, ataupun bercita cita memiliki bengkel. Kecuali satu orang Kak Melati.

Dari awal, Kak Melati tidak menyetujui saat aku masuk SMK dan memilih jurusan Tehnik Otomotif, katanya wanita itu harus anggun dan lemah lembut. Bukan yang seperti aku, bar bar, dan suka ikut main Sepak Bola di lapangan komplek, sehingga kulitku menghitam dan bau keringat karena seringnya berada di bawah matahari.

Aku dan Kak Melati, jika di ibaratkan seperti Langit dan Bumi, Bulan dan Matahari, Siang dan Malam, pokoknya sesuatu yang sangat berbeda. Karena Kak Melati sosok yang ramah, sopan, lembut tingkahnya juga hatinya, dan juga cerdas. Sedangkan aku, bisa di bayangkan sendiri bagaimana tingkahku dengan dandanan ku yang seperti laki laki.

Aku mendengar pintu kamarku terbuka, namun aku masih asik dengan Al-Qur'an di tanganku, dan mungkin inilah salah satu nilai plus ku. Karena seperti apapun tingkah dan pakaianku, tidak pernah sekalipun aku meninggalkan shalatku dan berusaha sangat keras untuk tetap bisa istiqomah membaca Al-Qur'an setiap habis shalat, meski itu hanya satu ayat saja.

Aku dapat menebak siapa yang masuk ke kamarku, siapa lagi kalau bukan si Kucrit Erik. Karena hanya Erik seorang yang berani masuk ke kamarku tanpa mengetuknya lebih dulu. Setelah beberapa saat aku menyudahi bacaan ku yang masih banyak belopotan itu, dan melihat wajah berbinar Erik setiap kali habis mendengarkan ku mengaji.

"Di Gereja tidur apa ngapain Loe. Jam segini baru pulang." Kataku tanpa menolehnya.

Aku berjalan pelan, menyimpan mukena juga Al-Qur'anku dan kemudian sudah berlari menuju ke ranjang dan ikut berbaring menatap flafon. Tanganku tidak hanya diam saja, karena perang tangan, kaki, juga mulut kami berdua sudah langsung aktif begitu kami berdua bertemu.

"Suka, suka Gua, mau tidur di Gereja, mau jajan di Geraja, atau mau ngapain aja disana. Bukan urusan Loe." Tangan Erik sudah berhenti di kepalaku dan berhasil menjitaknya pelan.

"Loe yah, beraninya. Gua tau alasan kenapa Gua bodoh, karena keseringan Loe jitak." Jawabku sembari duduk menyilakan kakiku lantas merapikan rambut cepak ku.

"Emang, dasarnya bodoh, dungu, bego." Jawab Erik masa bodoh, dan itu sudah biasa aku dengar. Bagiku ucapan Erik itu sudah seperti kicauan burung yang indah di telingaku. Karena sangking dekatnya kita berdua, makanya setiap ucapan kami berdua selalu seperti candaan bagi kami, dan tidak menjadikan kami marah antara satu sama lain.

"Serah, bego bego gini. Loe butuh Gua buat benerin motor sport Loe. Dan yang lebih bego lagi Loe, karena mau punya teman kayak Gua." Jawab ku sembari meraih ponselku yang tergeletak di atas nakas.

"Bener juga kata Loe. Kayaknya Gua mesti ke Geraja lagi besok minggu biar dapat do'a banyak dan terbebas dari dosa macam Loe."

"Sialan, Loe. Demi tuhan Gua, sumpah Loe bakal nangis nangis saat Gua pergi tanpa pamitan sama Loe." Ucap ku spontan.

"Enggak bakal, malah Gua bakal bersyukur karena enggak akan ada yang nebeng di motor Gua. Di kira gua gay kemana mana sama Loe."

"Terserah Loe, suka suka Loe. Asal Loe demen." Ucapku acuh.

"Heran, HP butut aja masih Loe rawat. Kalau Gua mah udah buat tatakan pintu." Dengan cepat HP bututku sudah berada di genggaman Erik. "Miskin bener dah, padahal tinggal bilang aja sama Pak Agung, juga bakal di beliin yang terbaru." Lanjut Erik.

Ku layangkan tatapan mengejek kepada Erik, dan Erik cukup tau soal itu, bagaimana aku yang berusaha sangat keras agar tidak begitu banyak meminta kepada keluarga Pak Agung. Kerja paruh waktu di bengkel, dan sesekali masih ngurir jika memungkinkan. Bahkan mengasuh anak Balita juga pernah aku lakoni, dan itu semau demi agar aku tidak meminta terlalu banyak kepada keluarga Pak Agung.

Dengan mereka membawaku bersama mereka sembilan tahun lalu, memberiku tempat tinggal yang layak, memberiku kesempatan untuk belajar, dan yang terlebih lagi memberiku cinta. Bagiku itu sudah lebih dari cukup, maka sisanya aku bisa mencarinya sendiri, meski harus berkorban waktu.

"Sudah, jangan tatap Gua seperti itu. Gua takut hatimu akan berpaling kepadaku, bukan lagi sama Bang Daffa loe itu." Ucap Erik sambil meraup wajahku. "Gua takut Loe bakal patah hati, karena banyak wanita yang ngejar ngejar cinta Gua."

"Pefff.." Tawaku ingin meledak mendengar ucapan Erik, dan dengan cepat sudah menutup mulutku agar tawaku tidak benar benar pecah. Karena kau tau apa yang di katakan oleh Erik, adalah fitnah belaka. Selama kurun waktu yang begitu lama dengan Erik, tidak sekalipun aku tau ada Cewek yang naksir Erik, ataupun Erik pernah naksir sama Cewek.

"Puas puasin aja ketawa, Gua sumpahin bisulan."

"Sadis bener, Pak, kutukannya." Jawab ku dengan masih menahan tawa. "Ehh, tapi ngomong ngomong, soal Bang Daffa. Gua ada cara..?" Lanjut ku dengan wajah serius.

"Apa." Jawab Erik masih sedikit Acuh.

"Gini cara Gua." Kataku sambil menarik kepala Erik agar sedikit mendekat hendak membisikinya.

"Apaan sih Loe, risih tau." Kata Erik menjauhkan kepalanya dari ku.

"Gua mau bisikin Loe." Jawabku.

"Woy. Bego loe makin maksimal kayaknya. Ini kamar Loe. Enggak ada orang kenapa mesti bisik bisik.."

"Dinding punya telinga, Bro." Jawab ku.

"Drama Loe. Kayak mau ngelakuin misi rahasia saja." Toyoran ringan mendarat di kepalaku.

"Lha ini memang misi rahasia. Sini Gua bisikin."

"Enggak, kalau mau ngomong ngomong saja. Gua enggak mau Loe curi curi kesempatan nyium Gua."

Ku gelengkan kepalaku heran dengan tingkah konyol Erik hari ini, padahal biasanya kami tidak ada sekat sama sekali. "Dihh, GeEr bener." Ucapku lantas bergerak turun dari tempat tidurku dan bergerak di meja belajarku. Ku berikan buku tulis di tanganku kepada Erik agar di bacanya. Tampak jelas di mataku, raut heran Erik mambaca tulisan yang aku buat.

"Ngopi dari siapa nih." Tanya Erik begitu sudah selesai membaca tulisan yang aku buat.

"Sembarangan, itu hasil otak Gua." Jawab ku dan senyum meremehkan tidak percaya terbit di bibir Erik, dan dengan cepat sudah ku cemot bibir sembarangan itu dengan jari jariku, hingga membuat si empunya merah padam, entah karena apa aku tidak tahu. Tapi yang pasti, aku puas bisa mencemol bibir Erik hingga terlihat sedikit manyun dan memerah.

"Terus maksud loe dari tulisan ini apa.?" Tanya Erik setelah mengusap bibirnya.

"Nah, harusnya itu pertanyaan loe." Jawabku, dan sejurus kemudian sudah kembali ke kursi ku dengan membalikkannya. "Aku mau buat surat rahasia buat Bang Daffa. Surat kaleng gitulah." Lanjutku dengan mengangkat kedua alisku secara bergantian.

Erik memukul jidatnya dengan buku di tangannya. "Terus hanya dengan itu kamu puas."

"Cinta tak harus memiliki, Bro. yang terpenting gua sudah menyatakan perasaan gua ke Bang Daffa, tanpa Bang Daffa tau bahwa itu gua." Jawab ku dengan gaya seorang wanita yang tengah malu malu singa, hingga membuat Erik geleng geleng kepala.

"Loe yakin enggak bakal nyesek. Pikir lagi deh, War." Jawab Erik, dan terlihat jelas sekali jika dia keberatan dengan gelengan kepalaku yang mantap. "Terserah loe, yang penting gua udah ngasih tau sama loe. Jangan sampai Bang Daffa kalau tuh surat kaleng datengnya dari loe." Ucap Erik dengan beranjak dari tempatnya dan keluar dari kamarku dengan aura yang tidak senang.

"Herman, ada apa sih tuh anak dari kemarin kayaknya kurang tepat sajennya." Gumamku pelan, dan sejurus kemudian sudah abai dangan tingkah Erik, lantas berfokus ke arah buku tulis dengan senyum sumringah menghias bibirku, karena dalam benak ku saat ini penuh terisi oleh bayangan senyum Bang Daffa.

.

.

.

.

.

Bersambung...

###

Erik adapakah dirimu.?, dirimu sedang kwatir soal Mawar, atau kwatir tentang hatimu..🤭🤭🤭🤭

Love Love Love...

💖💖💖💖💖💖

By: Ariz kopi

@maydina862

Terpopuler

Comments

IKa LesTari

IKa LesTari

❤️

2022-04-13

0

Nunik

Nunik

,

2022-01-27

0

Ririe Handay

Ririe Handay

ada mawar di hati erik

2021-11-22

1

lihat semua
Episodes
1 Mawar dan Erik
2 Rencana.
3 Rasa Yang Tidak Tepat.
4 Yang Pergi Akan Terganti
5 Benar Benar Patah Hati.
6 Berubah Untuk Diri Sendiri
7 Adakah Alasan..
8 Yakin dan Mantab.
9 Rasa Tertinggi..
10 Rasa Takut.
11 Akan Baik Baik Saja
12 Cinta Tidak Egois.
13 Kebenaran yang salah.
14 Pilihan.
15 Sakit Yang Jauh Lebih Sakit.
16 Cinta Sendiri.
17 Dalam Pengasingan.
18 Hujan
19 Ombak Rindu.
20 Opini Bia.
21 Pulang.
22 Biarlah Menjadi Rahasia
23 Kabar Hati.
24 Bayangan samar.
25 Inginku.
26 Membaik.
27 Tag Name.
28 Khadijah.
29 KARANGSENO
30 Berkah Kelaparan.
31 Mawar dengan keelokannya.
32 Hatiku Mudah Baper.
33 Jatuh Cinta Yang Ke Dua.
34 Kebahagiaan Di Tengah Bencana
35 Cukup Sadar Diri.
36 Adakah Perasaan Yang Sama
37 Tidaklah Istimewa Baginya.
38 Berseminya Rasa.
39 Semanis Permen.
40 Cemburu Salah Sasaran.
41 Karang POV
42 Gelisah.
43 Jawaban Rasa Gelisah.
44 Sikap Bang Daffa.
45 Kepergian Kak Melati.
46 Tak Ingin Membenci.
47 Serba Salah.
48 Miss You More
49 Jantung Hati
50 Cintamu Aman Di Dalam Hatiku.
51 Terhayut Bujukan Setan.
52 Bisikan Rindu.
53 Sakit.
54 Suka Itu Kamu..
55 Rapuh.
56 Terpatahkan.
57 Harus Egois
58 Sebagai Peran.
59 Karang POV
60 Keputusan Final.
61 Bukan Pernikahan Impian.
62 Cukup Waras.
63 Jangalah Berlebihan Membenciku.
64 Hatiku Merindukannya.
65 Belajarlah Mencintaiku.
66 Daffa POV
67 Dalam Delema.
68 Daffin Karangseno Bakti.
69 Tidak Cukup Pantas.
70 Tetaplah Figuran.
71 Perasaan yang terkendali.
72 Panggung Sandiwara.
73 Aku Lelah.
74 Tawaran Sandiwara
75 Belajar Akrab
76 Rencana Tak Terduga.
77 Senyummu Melanggar Hukum.
78 Ini Menggodaku.
79 Akan Segera Usai.
80 Sandiwara Masih Berlanjut.
81 Taruhan Terahir.
82 Aku Tidak Menggoda.
83 Luluh Lantak.
84 Daffa POV
85 Aliena.
86 Demi Aliena.
87 Kota G.
88 Penuh Kejutan.
89 Syukur Paling Nyata.
90 Aliena Adalah Rahasiaku.
91 Aliena Anakku.
92 Daffa POV Part 1
93 POV Daffa Part 2
94 Belajar Berdamai.
95 Ada Apa Dengannya.
96 Aku Tak Ingin Membenci.
97 Cukup Bagiku.
98 Pertimbangan...
99 Asing Buatku.
100 Terlambat.
101 Mawar Tak Di Cinta.
102 Seperti Sebuah Keluarga.
103 Sanggupkah Aku.
104 Saling Mengobati.
105 Permainan Takdir
106 Aku Harus Tenang.
107 Selamat Jalan...
108 Daffa POV.
109 Hatiku Ambyar.
110 Tidak Cukup Pantas.
111 Bukan Masadepan Impian.
112 Apa Ini..??
113 Merajut Harapan.
114 Menikahlah Denganku.
115 Mawar Milik Rendi.
Episodes

Updated 115 Episodes

1
Mawar dan Erik
2
Rencana.
3
Rasa Yang Tidak Tepat.
4
Yang Pergi Akan Terganti
5
Benar Benar Patah Hati.
6
Berubah Untuk Diri Sendiri
7
Adakah Alasan..
8
Yakin dan Mantab.
9
Rasa Tertinggi..
10
Rasa Takut.
11
Akan Baik Baik Saja
12
Cinta Tidak Egois.
13
Kebenaran yang salah.
14
Pilihan.
15
Sakit Yang Jauh Lebih Sakit.
16
Cinta Sendiri.
17
Dalam Pengasingan.
18
Hujan
19
Ombak Rindu.
20
Opini Bia.
21
Pulang.
22
Biarlah Menjadi Rahasia
23
Kabar Hati.
24
Bayangan samar.
25
Inginku.
26
Membaik.
27
Tag Name.
28
Khadijah.
29
KARANGSENO
30
Berkah Kelaparan.
31
Mawar dengan keelokannya.
32
Hatiku Mudah Baper.
33
Jatuh Cinta Yang Ke Dua.
34
Kebahagiaan Di Tengah Bencana
35
Cukup Sadar Diri.
36
Adakah Perasaan Yang Sama
37
Tidaklah Istimewa Baginya.
38
Berseminya Rasa.
39
Semanis Permen.
40
Cemburu Salah Sasaran.
41
Karang POV
42
Gelisah.
43
Jawaban Rasa Gelisah.
44
Sikap Bang Daffa.
45
Kepergian Kak Melati.
46
Tak Ingin Membenci.
47
Serba Salah.
48
Miss You More
49
Jantung Hati
50
Cintamu Aman Di Dalam Hatiku.
51
Terhayut Bujukan Setan.
52
Bisikan Rindu.
53
Sakit.
54
Suka Itu Kamu..
55
Rapuh.
56
Terpatahkan.
57
Harus Egois
58
Sebagai Peran.
59
Karang POV
60
Keputusan Final.
61
Bukan Pernikahan Impian.
62
Cukup Waras.
63
Jangalah Berlebihan Membenciku.
64
Hatiku Merindukannya.
65
Belajarlah Mencintaiku.
66
Daffa POV
67
Dalam Delema.
68
Daffin Karangseno Bakti.
69
Tidak Cukup Pantas.
70
Tetaplah Figuran.
71
Perasaan yang terkendali.
72
Panggung Sandiwara.
73
Aku Lelah.
74
Tawaran Sandiwara
75
Belajar Akrab
76
Rencana Tak Terduga.
77
Senyummu Melanggar Hukum.
78
Ini Menggodaku.
79
Akan Segera Usai.
80
Sandiwara Masih Berlanjut.
81
Taruhan Terahir.
82
Aku Tidak Menggoda.
83
Luluh Lantak.
84
Daffa POV
85
Aliena.
86
Demi Aliena.
87
Kota G.
88
Penuh Kejutan.
89
Syukur Paling Nyata.
90
Aliena Adalah Rahasiaku.
91
Aliena Anakku.
92
Daffa POV Part 1
93
POV Daffa Part 2
94
Belajar Berdamai.
95
Ada Apa Dengannya.
96
Aku Tak Ingin Membenci.
97
Cukup Bagiku.
98
Pertimbangan...
99
Asing Buatku.
100
Terlambat.
101
Mawar Tak Di Cinta.
102
Seperti Sebuah Keluarga.
103
Sanggupkah Aku.
104
Saling Mengobati.
105
Permainan Takdir
106
Aku Harus Tenang.
107
Selamat Jalan...
108
Daffa POV.
109
Hatiku Ambyar.
110
Tidak Cukup Pantas.
111
Bukan Masadepan Impian.
112
Apa Ini..??
113
Merajut Harapan.
114
Menikahlah Denganku.
115
Mawar Milik Rendi.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!