Pelabuhan Hati Si Kembar 4
A Squad, sebuah julukan yang diberikan oleh seorang dokter kandungan yang kala itu membantu persalinan seorang ibu yang dikaruniai hamil kembar empat.
Sang Papah memberikan mereka nama, Archee Putra Wicaksana, untuk anak lelaki mereka. Aylin Ayu Wicaksana, untuk anak kedua mereka, Amaris Ayu Wicaksana untuk anak ketiga mereka dan, Adelia Ayu Wicaksana anak terakhir dari saudara kembar empat itu.
Si kembar 4, tumbuh dewasa dengan cepat. Mereka sudah bisa mencari nafkah sendiri dan tak bergantung pada orang tua mereka. "Hmmm.... kalian tumbuh terlalu cepat nak" kata Mamah Ayu Larasati lewat panggilan video itu bersama anak-anaknya, beliau seorang dokter spesialis kejiwaan yang saat ini hanya menerima pasien di rumahnya saja.
Ya, dia adalah istri dari Duta Wicaksana, yang dulu dikenal sebagai Bupati Magelang kala itu, dan pernah menjabat menjadi menteri pariwisata dan ekonomi kreatif (Menparekraf).
"Iya Mah, rasanya baru kemarin aku mengadzani mereka saat Citra memberikan mereka padaku. Dan saat itu aku pun telah menyiapkan nama untuk mereka, yang berarti bulan purnama. Yang selalu diingat orang dengam sebutan A squad" kata Papah Duta.
"Ck, Papah dan Mamah lebay ih, orang kita aja yang ngejalani lama banget dewasanya" bantah Adelia Ayu Wicaksana, biasa disapa Adel, pengusaha muda, cantik, cerdik, dan sedikit tomboy. Berusia sekitar 27 tahun. Belum ingin menikah, masih ingin merasa bebas. Tak tertarik dengan yang namanya sebuah hubungan percintaan.
"Hahah, bener kata Adel Pah, Mah, tapi enakan jadi kecil ya? Kayak gak ada beban gitu" Sahut Archee Putra Wicaksana, biasa disapa Archee, seorang camat di sebuah daerah di Kabupaten Demak, usianya sama dengan Adel 27 tahun. Masih enggan menikah karena ingin memastikan ketiga adiknya bahagia dengan pilihan mereka masing-masing.
"Makanya Bang, buruan nikah gih! Kasih Mamah dan Papah cucu yang banyak biar rumah rame lagi!" timpal Amaris Ayu Wicaksana, biasa disapa Maris, seorang guru wiyata di salah satu SMA di Jakarta.
"Cie yang sudah dilamar tapi belum bisa dihalalkan! Hahaha! Pah, udah sih restuin Maris duluan" sahut Archee lagi.
"Ih, abang! Buruan cari jodoh kek! Jangan terlalu santai kayak di pantai.... Aylin juga nunggu Abang nih" timpal Aylin, Aylin Ayu Wicaksana, dokter umum di salah satu puskesmas di daerah Jakarta. Sudah ingin menikah, tapi terhalang oleh aturan sang papah.
"Pah, ayolah pah, ubah aturan papah itu. Archee ingin memastikan adik-adik Archee benar-benar menemukan jodoh dunia dan akhirat mereka. Gini deh, Archee bakalan mau nikah kalau semuanya udah nikah" kata Archee membujuk Papahnya.
"Sek to, Adel paling keri wae.... Pokoknya setelah kak Aylin dan kak Maris, terus bang Archee. Gak ada tapi-tapi bang!" elak Adelia yang masih enggan disuruh berumah tangga.
Mamah Laras dan Papah Duta menghela nafas dan geleng kepala. "Dari dulu kalian nih ributnya selalu hal beginian. Pusing Papah. Gak! Pokoknya tetap pada keputusan Papah. Archee, Aylin, Maris, 2 minggu lagi pulang! Bawa calon kalian masing-masing!"
"Archee belum punya pah, mereka saja dulu" sangkal Archee
Mamah Laras tersenyum. "Mamah punya calon untukmu"
"Blaisssss..... makanya nyari! Dijodohin kan??" Maris mengejek Abangnya. Archee memasang wajah melas. "Apaan sih mah? Gak ah, Archee gak mau! Ini sudah bukan jamannya Siti Nurbaya lagi Mamah....."
"Gak ada tapi-tapi! Kalian sudah waktunya berumah tangga. Yang 2 ngebet yang 2 nolak. Hadeeh...." kata Papah Duta.
"Udah ah, Archee mau lanjut kerja. Jam istirahatnya sudah habis. Gak tahu deh Archee bisa pulang apa tidak!" Kata Archee memasang wajah kesalnya. "Assalamualaikum" Imbuhnya dan mematikan sambungan video call itu.
"Ya sudah, kalian juga lanjutin aktivitasnya gih" kata Mamah Laras. Mereka mengangguk. Satu per satu mengakhiri panggilan video itu.
Adel pamit harus bertemu klien. "Adel Pamit Pah, Mah, ada meeting sama orang yang mau beli bibit lele" Mamah dan Papah mengangguk. Adel menyalami mereka. "Assalamualaikum"
"Waalaikum salam. Hati-hati" ucap Mamah Laras. Adel mengangguk dan mencium pipi masing-masing orang tuanya.
Ia berangkat menuju tempat pembudidayaan lele milik keluarganya. Butuh beberapa saat untuk sampai kesana. Tak lama dia pun sampai. Ia menghubungi kliennya yang ternyata sudah tiba terlebih dahulu disana.
Adel berjalan bersama Roni, sekretarisnya. Ada dua orang lelaki disana. Potongan rambut cepak, tubuh kekar. "Mereka tentara bu bos"
Adel tersenyum kecut sambil merapikan hijabnya. "Sudah rapi belum Ron?" Roni mengangguk. "Bu Adel ih!"
"Apa sih Ron?"
"Itu tentara lho"
"Ya terus kenapa kalau mereka tentara?"
"Ya siapa tahu saja jodoh bu Adel" Adel memutar bola matanya malas. Ia sudah sampai di depan kliennya yang memperhatikan bibitan lele itu. Ronu yang tengah sibuk dengan tabletnya tak fokus bahwa Adel sudah berhenti berjalan. Akhirnya, membuat Adel tersungkur dan jatuh terjerembab dalam pelukan kliennya.
"Adduh...." kata klien Adel.
"Maaf" kata Adel segera bangun dan mengulurkan tangannya membantu kliennya. Ia tersadar bahwa mereka bukan muhrim, jadi Adel melepaskan tangannya. Membuat kliennya kembali jatuh.
Adel meringis menahan sakit. "Maaf lagi.... Lupa kalau anda bukan muhrim saya" kata Adel sambil nyengir. Roni dan teman klien Adel tertawa melihat adegan itu.
"Diem kamu Ron! Gara-gara kamu nih!" Adel menyalahkan Roni. "Ya maaf bu Adel"
Klien Adel membersihkan kaosnya yang terkena rerumputan. "Yang namanya Pak Ilyas yang mana ya?" tanya Adel melihat dua orang lelaki itu.
"Jangan panggil pak, panggil bang atau mas saja. Umur kita gak jauh beda" kata Ilyas sambil membersihkan kaosnya dan nada jengkel. "Kenalkan ini teman saya, Imam namanya" imbuhnya
Adel mengatupkan kedua tangannya di depan dada. "Adel"
"Imam"
"Langsung saja lah, sudah badmood aku" kata Ilyas kepada Adel. Adel menjadi tak enak hati karena kesalahannya. Tapi, dia kan sudah minta maaf. "Masa cuma begitu doang marah sih?" Kata Adel bergumam. Ilyas meliriknya.
"Aku masih bisa dengar yang kamu ucapkan bu bos lele. Sudahlah, huft...." Ilyas menarik nafasnya. Menstabilkan emosinya.
"Duduk di saung sana saja pak"
"Ck, pak lagi"
"Iya! Maaf bang!" Adel mulai nyolot menghadapi Ilyas. Imam hanya menahan senyumnya melihat sahabatnya begitu ketus terhadap Adel.
"Jangan ketus-ketus sama cewek! Jatuh hati tahu rasa kamu Yas! Saya disini saja bu Adel, mau lihat ukuran lele yang banyak ragamnya" Ilyas membuang mukanya saat dinasehati Imam.
Adel mengangguk "Ron, tolong temani bang Imam, saya diskusi dulu dengan bang Ilyas"
"Siap bos!"
Adel mengajak Ilyas untuk duduk di saung. "Mari silahkan bang" Ilyas mengangguk. Mereka duduk berhadapan.
"Maaf atas kejadian tadi. Asisten saya memang suka ceroboh" Adel meminta maaf lagi kepada Ilyas. Ilyas mengangguk. "Gak papa, aku juga minta maaf karena ketus sama kamu. Itu karena aku sudah nunggu lama, tapi kamunya gak datang-datang"
Adel menyengir, menampilkan senyum manis nan gigi gingsulnya. Membuat Ilyas yang tak sengaja menatap matanya berdebar tak menentu.
"Oke, saya mulai terangkan dulu dari pemilihan bibit ya Bang?" Adel mulai membuka tabletnya.
"Bisa jangan terlalu formal? Pakai aku dan kamu saja lah. Umur kamu berapa?" tanya Ilyas sambil mencuri pandang kepada Adel.
"27 tahun, ya sudah lah, aku mulai terangkan dulu. Jadi...." Adel menerangkan tentang pemilihan bibit yang bagus untuk awal budidaya ikan lele.
.
.
.
Like
Vote
Komen
Tip
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Budhiarty Sayekti
mampir Thor
2024-06-15
0
maulana ya_manna
mampir thor
2022-08-04
0
ai yua
penasaran tapi males baca
2022-05-16
0