Deg. Mata Adel terhenti pada kata itu. Hatinya berdesir. Perutnya mulas.
Bang Ilyas : Kalau memang boleh Abang deketin Adel, besok datanglah ke Batalyon bawa bibit lelenya. Jika tidak boleh, tolong antarkan ke alamat Abang. Jalan x nomor 33
Adel tak berani membalas pesan itu. Ia berlari keluar kamarnya dan menunjukkannya pada Mamah Laras.
"Gimana Mah?"
Mamah Laras tersenyum. "Tanya sama hati kamu sayang, jangan tanya Mamah. Tapi, kalau kamu mau tahu jawaban Mamah, silahkan buka hati kamu untuk Bang Ilyas. Mencoba tidak ada salahnya"
"Bukannya pacaran dosa mah?" tanya Adel lagi.
"Memang Bang Ilyas ngajak kamu pacaran?" Adel menggeleng. "Nah kan, dia mau dekat dengan kamu. Mungkin istilahnya ta'aruf lebih dulu"
"Cobalah" imbuh Mamah Laras. Adel kembali ke kamarnya dan membaca chat dari Ilyas lagi.
"Bismillahirrahmanirrahim" Adel mengetik membalas chat Ilyas.
Me : Besok mau dijemput jam berapa?
Bang Ilyas : Jam 4 bisa?
Me : Iya
Bang Ilyas : Jadi?
Me : Apanya yang jadi?
Bang Ilyas : Boleh Abang deketin kamu?
Me : Iya
Bang Ilyas : Yes! Selamat istirahat Dek, ketemu besok di Batalyon. Wassalamualaikum
Me : Waalaikum salam. Selamat istirahat juga Bang....
Adel tersenyum malu membaca chatnya. "Ih, kok kayak anak ababil gini sih?"
.
Sore itu Adel menepati janjinya menghampiri Ilyas di Batalyon. Ia juga menjenguk Shanum dan membawakannya makanan.
"Dari Mamah, Bang Hamka apa kabar Shan?" tanya Adel sembari menunggu Ilyas yang masih bersiap.
"Lagi diet dia, sekarang bobotnya udah 80kg. Alhamdulillah lah, biar turun dikit lagi. Di angka 70an lah". Adel tertawa.
"Orang doyan makan kok malah disuruh diet!"
"Ya Allah Del, kamu tuh gak tahu pas lamaran kemarin, sampai pakai kaos partai Papahmu coba..... Udah lah temen dia tuh pada gesrek semua otaknya. Eh, kenal Bang Ilyas dimana?"
Adel tersenyum. "Kepo lu!" Ilyas berjalan sambil tersenyum menghampiri Adel dan Shanum.
"Assalamualaikum" sapa Ilyas. "Waalaikum salam" balas mereka berdua.
"Del, tinggal dulu ya?" Shanum pamit karena Ilyas sudah datang. Membuat suasana menjadi canggung. "Kunci mobil mana?" tanya Ilyas.
Adel memberikannya. Mereka masuk ke dalam mobil. Melajukan mobil menuju rumah Ilyas. "Sudah makan dek?" tanya Ilyas menyebut Adel dengan sebutan baru.
"Ha? Makan siang maksudnya? Sudah. Kan sudah jam 4 Bang" Ilyas baru tersadar pertanyaannya ambigu. Ia menepok jidatnya "Bang" panggil Adel
"Hmm?"
"Abang tinggal dirumah dengan siapa?"
"Ayah dan ibu. Kenapa?" Adel menggeleng. "Gak papa sih... Abang pernah pacaran?" Ilyas mengangguk.
"Berapa kali?" imbuh Adel. "2 kali, waktu SD dan SMP" Adel menganga tak percaya dengan yang didengarnya.
"SD udah pacaran? Hahahah, Don Juan juga ya Abang ini...." Adel mulai lebih santai mengobrol dengan Ilyas.
Ilyas tertawa. Adel tersenyum melihatnya. "Banyakin senyum bang...."
"Kenapa? Lebih cakep kan kalau senyum? Pasti mau bilang gitu"
Wajah Adel seperti tomat rebus yang baru diangkat dari panci pemanas. "Gak ih, senyum kan ibadah!"
Ilyas tersenyum. "Kamu juga jangan banyak ngedumel dan marah"
"Kapan aku marah dan ngedumel?"
"Ih, lupa kemarin? Kan kamu ngedumel terus dek...."
"Ya itu kan karena Abang lagi jadi manusia kulkas! Sumpah nyeeeeebelin buanget! Galak lagi! Ada cowok model begini" Mereka berdua kembali tertawa.
"Bukan galak sih, lebih ke jual mahal. Memang cewek doang yang bisa begitu? Kami para lelaki pun bisa. Besok Abang libur, mau ditemenin kerja gak?" tanya Ilyas dengan jantung yang berdegup.tak beraturan.
Adel menahan senyumnya. Ia mengibas-kibaskan tangannya di depan wajahnya. Ilyas tertawa melihatnya. "Sini tak bantu kasih angin.. huuuuuftttt" Ilyas meniup-niupkan udara di sekitaran wajah Adel. Menepis jarak diantara mereka.
"Abang, fokus!" Ilyas kembali fokus pada jalanan. "Dekat sama kamu bikin hilang fokus"
"Ha? Dih, gombal!"
"Ih, beneran! Shanum siapanya kamu?" tanya Ilyas penasaran.
"Temen rasa saudara, dia anak sambung panglima TNI Indrajaya" Ilyas mengangguk. "Kami juga tahu itu"
"Kembaran kamu gimana kabarnya semuanya?"
"Baik, pada ngebet mau nikah noh. Males dengernya" Ilyas tersenyum. "Memang kamu gak ngebet nikah?"
Adel terdiam. "Kenapa diam? Ada yang salah sama pertanyaan Abang?"
"Abang, kalau Abang niatnya mendekati aku karena ingin cepat punya istri, lebih baik mundur. Aku masih ingin bebas melakukan hal ini itu"
Ilyas malah tertawa mendengar penuturan Adel. "Abang gak buru-buru. Tapi, kalau sudah sama-sama siap kenapa harus ditunda? Pemikiran kamu yang harusnya diubah dek, bukan berarti saat kita telah menikah dan berumah tangga kita tidak bisa bebas. Hanya waktunya yang terbatas"
Adel mengangguk mendengarkan nasihat dari Ilyas. "Besok abang libur dek, mau ditemenin gak kerjanya?"
"Bo....leh, kalau gak merepotkan" Ilyas tersenyum. "Besok abang jemput jam berapa?"
"Jam 6 Adel sudah harus berangkat dari rumah. Ngantarkan pesanan lele ke Wonosari. Yakin mau ngikutin pekerjaan Adel sehari full?" Ilyas mengangguk.
"Abang kan juga pengen tahu pekerjaan calon persit Abang"
Adel menoleh cepat ke arah Ilyas. "Ha? Apaan tadi?" katanya sambil menahan senyum. Ilyas hanya menyengir menjawab pertanyaan Adel.
"Abang ih... ngomong apa tadi?"
"Gak papa, Abang juga pengen tahu kehidupan pengusaha itu seperti apa. Orang tua Abang juga punya usaha soalnya"
Adel tetap tak percaya pada jawaban Ilyas. "Bohong ih"
"Gak percaya ya sudah. Memang kamu dengernya apa?" Adel terdiam. "Udah ah, gak usah dibahas"
Mereka telah sampai di rumah Ilyas. Ia mengajak turun Adel. Membuka bagasi belakang dan menurunkan bibit lele itu. "Sini tak bantuin satu"
"Gak usah dek, bawain tas Abang saja sana" Ilyas berjalan masuk terlebih dahulu. Adel mengambil tas Ilyas dan menutup bagasi belakang.
"Ini isinya apaan ya berat banget..... Batu kali nih" Adel kesusahan membawa tas ransel milik Ilyas yang begitu berat. Ilyas menghampirinya dan mengambil tasnya.
"Berat banget apaan sih isinya?" Ilyas tersenyum dan menggodanya. Ia membisikkan sesuatu di telinga Adel. "Cintaku padamu seberat isi tas ranselku"
Ilyas meninggalkan Adel yang tersipu malu. "Gombal!"
"Tapi seneng digombalin!" sahut Ilyas. "Ayo masuk, lelenya harus diapakan tuh?"
Adel menahan senyumnya dan ikut mengekor di belakang Ilyas. Mereka masuk ke dalam rumah dan disambut oleh kedua orang tua Ilyas.
"Assalamualaikum" ucap keduanya. "Waalaikum salam" sahut pak Bekti dan Bu Siwi.
"Ada tamu rupanya? Siapa ini Yas?" tanya Bu Siwi berpura-pura tak tahu. Ilyas dan Adel menyalami kedua orang tua Ilyas. "Tanya-tanya sendiri lah bu nanti, ini lelenya biar dimasukin ke empang dulu"
Bu Siwi dan Pak Bekti mengangguk. Ilyas dan Adel menuju empang. Adel langsung menyingsingkan lengan baju dan celananya, masuk ke dalam empang yang sudah diberi batas jaring itu.
Ilyas tersenyum melihatnya. Totalitas banget sih kamu, makin penasaran kan aku sama kamu.
.
.
.
Like
Vote
Komen
Tip
Untuk beberapa episode kedepan masih Adel ya.... kakak2nya nanti. Nunggu jatahnya syuting masing2 😅
Mohon bersabar othor lagi ngurusin THR....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Ida Lailamajenun
kisah anak bupati PD bapeeeer euy😂😂
2021-12-22
0
01. Adam Satya Hibatullah 4 Yunus Anis
aq ndk dapat THR kak
2021-10-21
0
Jumadin Adin
penasaran jg dg karyamu kk thooor...
2021-10-12
1