"Bisa naiknya gak?" tanya Ilyas yang melihat Adel agak kesusahan dengan celananya. "Bisa, Bismillah" Adel pun berusaha untuk naik. Lalu mengambil pakan lele itu.
"Kasih makannya seharo sekali aja ya bang kalau masih ukuran baby begini. Dan pakannya yang ukuran ini ya?" Ilyas melihat ukuran pakan lele itu.
"Di tempatmu ada?"
Adel mengangguk. "Ya sudah besok bawakan sekalian"
"Oke, makan yang banyak anak-anak bundaa.... tumbuh sehat disini ya nak..... Jadilah sri rejeki atau dewi keberuntungan bagi pemilik tempat ini.... Bunda akan rindu kalian.... Muach...." Adel bersemangat sekali saat mengucapkannya. Ilyas tertawa karena Adel menyebut dirinya bunda untuk para ikan itu.
"Kenapa tertawa?"
"Ya kamu aneh, bayi lele kamu bilang bayi kamu" Adel memanyunkan bibirnya. "Dih, ngambek... Jangan ngambek, Abang cuma bercanda. Ayolah masuk, biarkan anak-anakmu itu makan dengan tenang"
Adel mengangguk. Ia mencuci kaki dan tangannya yang terkena lumpur terlebih dahulu. Lalu duduk ikut bergabung dengan keluarga Ilyas. "Sini, duduk sebelah Ibu nak" kata Bu Siwi saat melihat Adel akan duduk dimana.
Adel tersenyum dan mengangguk. Ia duduk di sebelah bu Siwi. "Namanya siapa?"
"Adelia Ayu Wicaksana bu, Ibu dan Bapak namanya siapa nggih?"
"Panggil saja Bu Siwi, Ayah Bekti. Adel usahanya selain lele apa lagi?"
"Meubel bu, Adel hanya meneruskan punya keluarga Adel" Mereka semua mengangguk.
"Baguslah, nanti kalau nikahan kan gak perlu pesen sana sini, tinggal chat pasti sudah jadi" kata Ilyas menggoda Adel lagi. Adel menautkan alisnya bingung. "Memang siapa yang mau nikahan? Abang? Sama siapa?"
"Kamu" Adel menahan senyumnya dan menoleh ke Ilyas. "Abang!" Ilyas tertawa. Orang tua Ilyas pun ikut tersenyum melihat kebahagian terpancar di wajah anaknya.
"Takut banget sih?" Adel melihat jam tangannya. "Yah, Bu, Adel pamit pulang dulu. Sudah jam setengah 6 sore, gak enak nanti kalau kemalaman"
Ayah Bekti mencegahnya. "Ayah sudah izinkan kamu untuk pulang nanti selepas maghrib diantarkan Ilyas kepada orang tuamu. Tunggu lah nanti selepas maghrib. Pamali nak pulang sendirian di jam sudah mendekati malam"
"Memang Ayah kenal dengan orang tua Adel?" tanya Adel kebingungan. "A Squad, anak dari mantan Bupati Magelang, siapa sih yang gak kenal sama orang penting seperti papahmu dan keluarganya nak?"
Adel melirik Ilyas. "Apa?" tanya Ilyas. "Bisa kita ngobrol berdua, Bang?" kata Adel. Ilyas mengangguk. "Permisi sebentar Yah, Bu" Adel keluar dan diikuti Ilyas.
"Apa?" tanya Ilyas lagi. Adel memicingkan matanya. "Nakutin ih!" imbuh Ilyas.
Adel menghela nafasnya. "Abang juga kenal sama Papah?" Ilyas mengangguk. "Apa Abang disuruh Papah untuk mendekati aku?" Ilyas menggeleng.
"Hati Abang sendiri yang ingin kenal lebih jauh dengan kamu dek, Papah kamu hanya memberi jalan bagi Abang untuk bertemu dengan kamu"
Adel menghela nafasnya dan memejamkan matanya. "Abang kenapa gak jujur dari awal?"
"Jujur? Jujur soal apa?"
"Kalau Abang sudah kenal dengan Papah, kenapa Abang berpura-pura menjadi klienku?"
Gadis yang cerdas. Makin tertarik aku sama kamu nduk cah ayu. Batin Ilyas. "Orang kamu gak pernah nanya kok, lagian nih ya, aku gak pura-pura jadi klien kamu. Aku beneran mau belajar budidaya lele" sanggah Ilyas.
"Aku mau pulang saja Bang" kata Adel hendak masuk ke dalam rumah tapi dicegah oleh Ilyas. "Lepasin tangan Abang, kita bukan muhrim" Ilyas melepaskan genggamannya.
Adel masuk ke dalam rumah dan berpamitan dengan orang tua Ilyas. Ilyas mengejarnya hingga masuk mobil. "Turun bang, aku mau pulang"
Ilyas menggeleng. "Redam dulu emosi kamu. Bentar lagi maghrib Dek, nanti selepas maghrib Abang antarkan kamu pulang" Adel tetap menggeleng.
Ilyas berdecak. "Kita bukan dijodohkan dek, Papah kamu hanya sedikit bercerita tentang dirimu. Hati Abang sendiri yang tergerak untuk mendekati dan kenal lebih jauh dengan kamu. Kalau pun kota bukan jodoh, ya sudah, kan masih bisa berteman, karena aku memang ingin belajar tentang budidaya ikan lele"
Adel diam membisu sambil menyangga kepalanya menggunakan satu tangan. "Abang tahu kamu masih ingin sendiri, masih ingin bebas. Tapi, apa salahnya sih mencoba dekat dengan lawan jenis?"
"Yang membuat aku kecewa kenapa Abang tidak berterus terang kepadaku, bahwa Abang dan keluarga Abang kenal dengan Papah?" Ilyas menghela nafasnya.
"Abang tanya nih ya, apa kamu pernah menanyakan hal itu?" Adel diam. "Jawab dek"
"Gak pernah!" kata Adel dengan nada kesal. "Nah kan? Ya udah deh gini, Dek, Abang minta maaf karena gak jujur dari awal bahwa Abang kenal dengan orang tua kamu"
Adel terdiam. Adzan maghrib berkumandang. Mereka diam sejenak. "Turun dulu, sholat maghrib dulu, setelah itu abang antarkan pulang. Abang..... khawatir sama kamu"
Jantung Adel kembali berdesir. Perasaan macam apa ini Ya Allah... Kenapa selalu begini rasanya saat dia memberi perhatian padaku?
"Ayo turun, minta maaf sama orang tua Abang dulu. Setelah selesai sholat abang janji alan antarkan kamu pulang. Dan.... kalau kamu setelah ini menginginkan Abang menghilang dari kehidupan kamu, Abang pasrah"
Adel menoleh. Ilyas menatapnya. Mereka saling tatap beberapa saat. Hati mereka sama-sama berdesir. Adel membuang muka. Begitu pula dengan Ilyas.
Adel akhirnya turun dari mobil. Ilyas menghela nafasnya lega. "Konsekuensi yang harus kamu terima Yas" kata Ilyas pada dirinya sendiri.
Adel meminta maaf kepada orang tua Ilyas. Mereka maklum dengan sikap Adel. Lalu mereka sholat dengan khusyu'. Selepas sholat Adel dijamu dengan makan malam, Adel enggan menolaknya. Akhirnya ia makan malam dengan keluarga Ilyas.
"Maafkan Ayah yang membuatmu marah" tutur Ayah Bekti. Adel tersenyum "Maafkan sikap Adel juga Yah. Tidak sepatutnya bersikap seperti itu"
"Gak papa, kami maklum nak" kata Bu Siwi. Makan malam pun berakhir. Ilyas mengantarkan pulang Adel. Dalam perjalanan mereka lebih banyak diam. Tak lama, mereka pun sampai di rumah keluarga Adel.
Ilyas mematikan mesin mobil. Memberikan kuncinya pada Adel. "Abang pamit pulang" kata Ilyas sambil melepas seatbeltnya. Membuka pintu mobil.
"Bang" Adel memanggilnya sambil tertunduk. Ilyas menoleh dan kembali menutup pintu mobilnya. "Iya? Kenapa?" tanya Ilyas.
"Maafin sikap aku"
"Gak papa, santai saja. Sudah? Atau ada yang ingin disampaikan lagi? Kalau sudah tidak ada, Abang pulang, dan.... mungkin ini pertama dan terakhir kalinya Abang bertemu denganmu"
Adel berdecak. "Abang membuatku serba salah!" kata Adel. Ilyas menautkan alisnya. "Maksudnya?"
"Ya..... Ya.... Ya abang tuh serius kenal lebih jauh lagi gak sih sama Adel?"
Ilyas menghela nafasnya. "Sangat serius, kamu sendiri maunya gimana dek? Jangan salahkan Papahmu, beliau hanya memberikan jalan bagi Abang. Tapi, jika hatimu tidak mengizinkan ya tidak apa-apa"
"Ck, Abang ih! Siapa juga yang bilang kalau hati Adel gak memberi izin buat Abang? Besok-besok lagi jangan bohongin Adel, Adel merasa dibohongi Abang!"
Ilyas tersenyum. "Jadi? Maunya kamu abang tetap dekat dengan kamu? Gitu maksudnya?"
Adel mengangguk malu. Ilyas menarik nafas lega. "Abang hanya ingin tahu sejauh maana perasaanmu sama Abang. Terima kasih untuk mengizinkan Abang masuk dan mengisi hatimu. Ayo turun, Abang mau bertemu dengan Papah dan Mamahmu dulu"
Adel mengangguk dan tersenyum. Mereka masuk ke rumah dan disambut oleh keluarga Adel.
.
.
.
Like
Vote
Komen
Tip
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Keza
aku suka cerita yang ringan tapi bikin greget serta ngakak 🤣🤣🤣🤣
2022-06-14
0
Ida Lailamajenun
selalu tdk berubah dan selalu jadi favorit novelmu Thor 👍👍😘😘 udh like udh vote udh klik favorite.lengkap ya Thor buat karyamu😘😘😘
2021-12-22
0
01. Adam Satya Hibatullah 4 Yunus Anis
cieeee.. cieeee
2021-10-21
0