Terjerat Pernikahan Di Atas Kertas
Pagi itu, Chika telah selesai menyelesaikan semua pekerjaan rumah. Ia pun sudah memasak untuk sarapan dirinya, om dan tantenya. Sebenarnya dulu ada seorang pembantu yang bekerja di rumahnya, namun karna om dan tantenya tidak mau mengeluarkan uang untuk membayarnya, maka semua pekerjaan itu di lempar pada dirinya.
Tak berapa lama om dan tantenya itu sudah bangun dari tidurnya. Chika sengaja menunggu mereka bangun, karna ia ingin meminta uang saku pada mereka.
"Pagi om, tante. Ayo sarapan, Chika udah masak nasi goreng sama telor buat kita makan," ujarnya.
"Hmmm," jawab Tante Renata.
"Oh iya tante, aku mau minta uang saku mingguan ya. Sama ini dapet surat tagihan dari sekolah untuk sisa spp Chika sama uang untuk ujian sekolah bulan depan," ucapku sembari memberikan amplop putih pada Tante Renata.
Namun dengan cepat Om Pandu mengambil amplop putih tersebut lalu membukanya.
"APA? Mahal sekali sekolah kamu. Masak iya tagihan sampai lima juta. Sekolah apa ini. Lihat sayang, kamu baca sendiri kalau kamu gak percaya," ucap Om Pandu sambil memberikan surat itu pada Tante Renata.
"HAH, MAHAL BANGET. Pasti kamu mau bohong kan sama tante. Kamu pasti udah manipulasi surat ini kan?" teriak Tante Renata tepat di depan wajah Chika.
"Enggak tante, Chika gak bohong. Itu surat asli. Kalau tante gak percaya, tante datang aja ke sekolah Chika," ucapku dengan mata yang sudah berkaca kaca.
Chika pun akhirnya menangis karna tuduhan dari tantenya itu. Satu tahun ia tinggal bersama om dan tantenya, satu tahun pula ia sudah menunggak uang sekolah. Semua uang bulanan dari pengacara mama dan papanya selalu di habiskan oleh om dan tantenya.
"Gak pokoknya tante gak mau bayar. Kamu cari kerja sana, jangan cuma bisanya minta uang terus sama tante dan om. Kerja kerja, jangan males. Dan untuk uang saku, ini tante kasih kamu lima puluh ribu untuk seminggu," ucap Tante Renata.
"Tapi tante, kalau aku gak bayar aku gak bisa ikut ujian. Lagipula uang bulananku kan yang bawa tante sama om. Masak Chika minta uang Chika sendiri gak boleh," jawabku yang mulai memberanikan diri meminta hak ku.
Plaakk..
Satu tamparan dari tantenya mendarat ke pipi mulus Chika.
"Itu hukuman buat kamu karna sudah berani sama tante. Sekarang kamu berangkat sekolah, dan nanti sepulang sekolah kamu cari kerja buat bayar sekolah kamu sendiri. Jadi setelah lulus sekolah kamu sudah dapet kerjaan, dan gak nyusahin kami lagi. Kamu harus bisa mandiri, mama dan papa kamu sudah gak ada. Siapa yang mau biayain kamu kalau bukan diri kamu sendiri," bentak Tante Renata.
"Sudah sayang, mending kita berenang ya biar pikiran kita fresh. Dan kamu Chika cepat berangkat sekolah sana," sahut Om Pandu.
Dengan langkah berat, aku keluar rumah sambil menghapus air mata dan memegangi pipiku yang memerah karna tamparan dari Tante Renata.
Aku pun berjalan lunglai menuju ke sekolah. Namun di tengah jalan, aku mulai mengurungkan niatnku untuk masuk ke sekolah, karna jujur aku malu jika harus di panggil bagian administrasi sekolah lagi karna tunggakan spp sekolah.
"Sekarang aku mau kemana? Pah, mah, kenapa kalian gak ngajak aku buat pergi juga bersama kalian. Chika udah gak kuat hidup di dunia ini. Bawa Chika pergi sama kalian," batinku sembari berjalan menunduk.
Tanpa disadari, Chika menyebrang jalan tanpa melihat kondisi jalanan. Dan dari arah belakang, ada mobil mewah dengan kecepatan sedang.
Cccciiitt
Bugggh..
Mobil mewah El menabrak tubuh kecil Chika dan membuatnya tersungkur dijalan.
"Kamu bisa bawa mobil gak? Kok bisa sampai nabrak orang. Cepat keluar lihat keadaan orang itu, sebelum banyak yang melihatnya," perintah El pada sopirnya.
Sopir El pun bergegas keluar untuk melihat kondisi Chika.
"Tuan yang kita tabrak gadis SMA. Dan sekarang dia pingsan tuan," ucap Pak Amin sopir El.
"Apa kamu bilang? Kita? Yang nabrak itu kamu bukan saya. Sudah cepat bawa dia ke dalam mobil. Kita bawa dia ke rumah," perintah El.
El pun memandangi tubuh Chika yang memang putih, mulus dan bersih. Untuk ukuran seorang wanita, bisa dibilang Chika itu hampir sempurna. Dan mata El pun terus memandangi wajah Chika.
"Cantik juga gadis ini. Tapi kenapa matanya bengkak dan pipinya merah. Apa dia habis menangis atau bertengkar dengan kekasihnya? Buat apa aku mikirin dia, lebih baik aku telpon Haris untuk menggantikan aku meeting dengan Pak Cahyo. Dan setelah itu aku akan telpon Dokter Daniel untuk memeriksa keadaan bocah ini," Gumam El.
El kemudian menelpon Haris, asisten pribadinya yang juga orang kepercayaannya.
"Hallo Pak El, bapak lagi ada dimana sekarang. Pak Cahyo baru saja tiba dan kita sedang menunggu kedatangan bapak."
"Haris kamu handle semua dulu. Saya ada masalah kecil. Saat berangkat menuju kantor, Amin gak sengaja nabrak bocah
SMA. Makanya saya mau urus bocah ini dulu. Saya gak mau ada pemberitaan soal saya nantinya. Gak lucu kan seorang pengusaha terkenal Elvano masuk berita utama gara gara menabrak gadis SMA."
"Hahahaha,baik pak. Gadis itu cantik atau enggak pak. Kalau cantik jadikan istri juga boleh tuh pak. Biar Nyonya dan tuan gak mendesak bakal terus untuk segera menikah."
"Coba bilang sekali lagi Haris. Mau saya potong gaji kamu bulan depan."
"Eh jangan dong pak, saya kan hanya memberi saran. Kalau gaji saya dipotong terus, kapan saya nabung buat nikah pak?"
"Makanya jangan pernah kamu berpihak pada orang tua saya. Kamu itu asisten saya, jadi harusnya kamu memihak saya. Ngerti!"
"Mengerti pak, udah dulu ya pak. Nanti kalau Pak Cahyo menunggu terlalu lama, kerjasamanya bisa di batalkan."
"Oke, saya percaya semua sama kamu. Kabari saya tentang hasil meeting kita hari ini. Dan setelah semua selesai cepat datang kemari, dan bantu saya urus bocah ini."
"Baik pak."
Setelah satu masalah selesai, El pun segera menelpon Dokter Daniel untuk segera datang kerumah.
Kini El sudah tiba di rumahnya dan ia menggendong Chika dan membaringkannya diranjang kamar tamu.
"Ini siapa mas?" tanya Bi Ida kepala ART di kediaman Aristya.
"Jangan banyak tanya, cepat bantu saya bukakan pintu kamar tamu."
"Baik mas."
Setelah membaringkan Chika, El pun melihat kondisi rumahnya yang sepi.
"Bi, apa mama ada dirumah?" tanya El pada Bi Ida.
"Mas El lupa, Nyonya sama tuan kan pergi ke Amerika, katanya mau mengurus bisnisnya yang disana," jawab Bi Ida.
"Oh iya saya lupa. Tadi pagi mama dan papa kan udah pamit sama saya," ucap El.
El lalu membuang nafasnya, dan hatinya merasa lega karna tahu mama dan papanya tidak melihat ia membawa seorang wanita ke rumah.
"Untungnya mama sama papa udah berangkat, kalau enggak bisa bisa mereka mengira cewek ini pacarku. Dan mereka pasti akan nanyain lagi kapan aku menikah," batin El.
El kemudian meminta Bi Ida untuk menemani Chika di kamar sampai Dokter Daniel datang. Dan ia pun bergegas menuju ruang kerjanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
ani nurhaeni
nyimakk
2021-11-15
0
Revalya Reva
asyiiik
2021-07-31
0
Seelmy Saleem
nyimak dulu thor
2021-07-21
0