Pelan pelan mata Chika mulai terbuka. Walau merasa sedikit berkunang kunang, ia berusaha mengenali ruangan ini.
"Ini dimana? Ini bukan rumah apa sekolahku. Terus aku dimana sekarang? Apa aku udah ada di Surga?" batinku yang mulai teringat dengan kejadian tadi pagi.
"Eh non, udah bangun? Sebentar saya panggilkan Mas El ya non," ucap Bi Ida.
"Ibu siapa?terus El itu siapa?" tanyaku pada seorang wanita paruh baya itu.
"Saya Ida non, pembantu rumah ini. Mas El itu anak majikan saya.Tunggu sebentar ya non, non jangan kemana mana. Saya mau ke ruang kerja Mas El dulu."
"Tapi bu,,," ucapku terputus karna Bi Ida sudah pergi.
Setelah kepergian Bi Ida, Chika berusaha bangun dari tidurnya dan ia mulai duduk di tepi ranjang sambil melihat seluruh isi ruangan.
"Aku pikir aku sudah pergi menyusul mama dan papa, tapi aku salah. Lebih baik aku pergi dari rumah ini. Aku harus segera mencari pekerjaan, biar aku bisa segera membayar uang sekolahku." batinku sambil mencoba berdiri.
Tapi saat Chika hendak berdiri, kepalanya masih sangat pusing dan ia hampir terjatuh. Untung saja El datang di waktu yang tepat, ia pun langsung menangkap tubuh Chika.
"Kamu mau kemana? Lebih baik kamu tunggu sampai Dokter Daniel datang. Saya gak mau nanti kamu cerita ke orang orang kalau mobil saya tadi sudah menabrak kamu," ucap El dengan nada dinginnya.
"Buat apa saya cerita ke orang. Saya aja gak kenal, om ini siapa. Untungnya apa buat saya?"
"Kamu gak kenal sama saya?" tanya El dengan nada heran sambil membantu Chika kembali ke ranjang.
Sambil duduk bersandar di ranjang, Chika mengamati laki laki tinggi, tampan dan bersih yang di hadapannya dari ujung rambut sampai ujung kakinya.
Chika berusaha mengamati wajah El, namun ia sama sekali tidak mengenal dirinya.
"Siapa ya om? Emang om artis korea? Atau artis Jepang? Kalau artis Indonesia pasti bukan. Atau om artis youtuber ya?" tanyaku dengan sedikit tertawa.
"Am om am om. Kamu pikir saya suami bibi kamu apa? Jadi kamu benar benar gak kenal sama saya? Kamu gak pernah lihat di televisi atau koran?" tanya El kembali.
"Enggak tuh, Sok ngartis banget sih om. Chika gak kenal tuh sama om." jawabku dengan lantang.
"Ya sudahlah, gak penting juga kamu tahu siapa saya. Itu malah lebih baik. Gimana sama kepala kamu, apa kamu masih pusing?" tanya El yang mendapat anggukan kepala dari Chika.
Tak berapa lama Bi Ida masuk bersama Dokter Daniel
"Mas, Dokternya udah dateng," ucap Bi Ida.
"Hei El, ada apa kamu memanggilku untuk datang kemari. Memang siapa yang sakit?" sahut Dokter Daniel.
"Tolong kamu periksa dia."
"Dia siapa El? Pacar kamu ya? Masih ABG? Kamu pacaran dengan gadis abg, El? Jangan bilang kamu menghamilinya ya El?" tanya Dokter Daniel namun El langsung melirik tajam ke arahnya.
"Iya El, aku hanya bercanda. Jangan emosi dulu dong, Sebentar aku periksa dia. Memang dia kenapa sebelumnya? "
"Hmmm, buruan kamu periksa dia. Tadi Amin gak sengaja menabrak dia. Katanya kepalanya masih pusing,coba kamu check kepalanya, siapa tahu ada yang parah," perintah El.
"Oh begitu ceritanya. Baiklah, aku akan periksa dia," jawab Dokter Daniel.
Setelah memeriksa Chika, Dokter Daniel memberikan beberapa obat pereda nyeri.
"Ini obatnya diminum jika kamu merasa pusing ya. Saya rasa kamu hanya sedikit kaget aja, jadi gak ada luka serius kok."
"Baik dok," jawab Chika.
El kemudian mengantar Dokter Daniel keluar rumah, dan disana lagi lagi Dokter Daniel menggoda El.
"El, cantik juga gadis yang di dalam. Kamu gak berniat memacarinya?"
"Kamu bisa diam gak? Mau aku cabut ijin kamu sebagai dokter?" ancam El.
"Jangan dong El, aku hanya bercanda. Kenapa kamu anggap serius sih. Sudah ya El, aku mau kembali ke rumah sakit. Semoga kamu berjodoh ya dengan gadis itu," pamit Dokter Daniel.
Belum sempat membalas ucapan Dokter Daniel, ternyata Dokter Daniel sudah berlari meninggalkan dirinya. Dokter Daniel sudah bisa menebak apa yang akan di lakukan El jika tidak segera pergi setelah ucapan yang ia katakan.
"El, el, sampai kapan kamu mau sendiri. Kepergian Tania benar benar sudah membuat kamu menutup diri untuk wanita mana pun." batin Dokter Daniel dari dalam mobilnya.
El kemudian kembali masuk ke dalam kamar Chika, dan ia melihat Chika masih duduk bersandar sambil bercanda dengan Bi Ida.
"Bi, bisa kamu keluar. Saya mau bicara sama dia," pinta El.
"Baik mas," jawab Bi Ida.
"Mbak Chika bibi tinggal dulu ya. Semoga Mbak Chika cepet sembuh ya."
"Makasih bu," jawabku sambil melempar senyum ke arah Bi Ida.
El kemudian berjalan mendekati ranjang Chika, dan berdiri di depan Chika.
"Habis ini saya akan antar kamu pulang. Dan saya akan menjelaskan sama mama dan papa kamu," ucap El.
"Tapi saya sudah gak punya orang tua om," jawabku sambil menunduk lesu.
"Kamu sudah gak punya orang tua? Tapi kamu punya rumah kan?" tanya El yang dibalas anggukan kepala Chika.
"Sekarang saya antar kamu pulang, dan nanti saya akan tinggalkan nomor telpon asisten saya. Jika kamu masih ada keluhan, kamu bisa telpon Haris, dia yang akan mengurus kamu," ucap El, namun Chika malah menghiraukan ucapannya dan menatap kosong ke arah depan.
Chika masih terdiam dalam lamunannya. Ia hanya ingin segera keluar dari rumahnya sendiri yang kini sudah diambil alih oleh om dan tantenya.
"Kamu dengar ucapan saya barusan gak? Kenapa kamu malah diam? Saya paling gak suka jika saya bicara, tapi tidak didengar apalagi gak dijawab kayak kamu barusan," teriak El dan seketika membuat Chika tersadar.
"Eh maaf om, tadi om bilang apa?" tanyaku yang berusaha meminta El untuk mengulangi perkataannya tadi.
"Sudah saya bilang jangan panggil saya om. Panggil saya tuan El. Mengerti?" tegas El.
"Tuan? Sejak kapan anda menikah dengan nyonya saya? Hahahaha," jawab Chika yang membuat wajah El merah padam.
"Upps, bercanda kali om. Udah lebih enak di panggil om daripada tuan. Tapi okelah Chika akan manggil tuan, tapi dengan satu syarat."
"Syarat? Beraninya kamu memberikan saya syarat? Memangnya kamu mau kasih syarat apa pada saya?" ujar El sambil menggertakkan giginya.
"Boleh ya om, Chika kerja disini. Chika lagi butuh uang."
"Apa? Kerja? Saya lagi gak butuh pembantu. Lagipula kamu itu masih sekolah, bisa bisa saya kena tegur Depnaker gara gara mempekerjakan anak sekolah. Gak gak, saya gak mau!" tegas El.
"Please om, Chika butuh buat bayar uang sekolah. Nanti Chika gak bisa ikut ujian om. Kasihanilah gadis kecil di depan om ini," ucap Chika sambil memohon pada El dengan wajah memelas.
Walau enggan menerima persyaratan Chika, tapi entah kenapa hati El merasa iba. Namun bukan El namanya jika tidak mencari tahu dulu soal asal usul Chika. El pun bertanya pada Chika, dimana ia bersekolah. Dan setelah mengetahui sekolah Chika, El mengirim pesan pada Haris untuk mencari tahu tentang kehidupan Chika.
"Baiklah, kamu mulai kerja disini besok. Tanya sama Bi Ida, dia kepala ART di rumah ini," ucap El.
"Terima kasih ya om."
"Apa kamu bilang? Om?"
"Eh maaf, terima kasih ya tuan."
"Sekarang ayo saya antar kamu pulang ke rumah kamu. Dirumah kamu tinggal sama siapa?"
"Sama om dan tante tuan, tapi,,," ucapku terputus mengingat perlakuan Tante Renata tadi pagi.
"Tapi kenapa?" tanya El yang seolah penasaran.
"Oh enggak papa kok om, eh salah maksud saya tuan. Lebih baik Chika pulang sendiri aja ya tuan. Kepala Chika udah gak sakit kok, besok Chika akan kembali kesini buat bekerja."
"Bener kamu gak mau saya antar? Nanti kalau dijalan kepala kamu tiba tiba pusing lagi gimana?"
"Beneran tuan, gak usah. Chika udah baikan kok. Chika pamit ya tuan. Terimakasih buat pertolongan dan pekerjaan yang tuan berikan."
"Hmmm,," jawab El dingin.
Chika kini mulai pergi meninggalkan rumah El, namun ia sendiri bingung mau berjalan kemana. Ia pun memutuskan untuk pergi ke makam kedua orang tuanya. Disa ia menumpahkan kesedihan yang sedari tadi ia tahan.
"Mah, pah. Chika kangen kalian." ucap Chika sembari tertidur di atas makam kedua orang tuanya.
Tanpa Chika tau, rupanya El diam diam mengikutinya dan mengamati semua gerak geriknya dari jauh.
"Ternyata dia gak bohong. Dia memang sudah tidak punya orang tua. Tapi kenapa dia terlihat sedih, dan kenapa dia gak langsung pulang ke rumahnya. Lebih baik aku segera minta Haris buat cari tahu soal bocah itu." batin El sambil kembali memakai kaca mata hitamnya dan pergi meninggalkan tempat itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Nurul Huda
lanjuttt
2023-05-17
0
ani nurhaeni
next
2021-11-15
0
Tanti Riski
next
2021-07-07
0