Retak

Retak

MENYULUT KEBENCIAN

Seorang pria memakai seragam RakTV berlari mengejar bintang utama acara. Wajahnya kelihatan panik.

“Mas Jagat! Mas!” Dia berhasil meraih lengan sang bintang utama. “Duh, jangan gini, dong, Mas! Kita lagi shooting, loh.”

Jagat Pamungkas Tjahyadi menatap tajam. Rahangnya mengeras. Tangannya menyentak keras hingga cengkeraman di lengannya terlepas.

“Enggak ada shooting lagi!” tolaknya penuh penekanan. “Soal kerugian, tenang, semuanya bakal gue ganti.”

Kru itu meraup wajahnya frustrasi. Dia melaporkan kekeraskepalaan sang bintang utama kepada produser.

Di lokasi berbeda, seorang wanita yang mengenakan seragam sama langsung mendecakkan lidah. Laporan anak buahnya dari handy talkie membuatnya mengacak rambut. Gusar.

Di sebelah si wanita, seorang pria yang juga mengenakan seragam serupa terlihat menatap tragis.

“Gue, ‘kan, udah bilang, Cit. Harusnya sebelum mulai shooting kita kasih tau dulu ke Jagat soal profile asli peserta. Dia berhak tau siapa kandidat calon istrinya. Lo lihat sendiri, ‘kan, akibatnya sekarang? Dia walk out! Kalau udah gini, mau kita bujuk kayak apa pun dia enggak akan bergeming.”

Alih-alih menanggapi cicitan PA-nya(Production Assistant), Citra—produser Mawar Sang Bachelor—berlari keluar MCR(Master Control Room). Dia meliuk lincah ke kanan dan kiri untuk menghindari tabrakan dengan kru yang berpapasan dengannya. Dengan penuh perjuangan akhirnya dia berhasil mengejar sang bachelor yang hampir dibawa elevator.

“Let’s talk!” ajaknya tersengal sambil menahan pintu elevator yang hendak menutup. Dia tidak peduli dengan keberadaan karyawan lain di elevator itu.

“No! Our cooperation is ... over.” Jagat menolak tegas. “Please find another bachelor. Gue enggak sudi balik ke stage tadi.”

Tersirat nada jijik saat Jagat mengucapkan dua kata terakhir. Bahkan ekspresinya pun menunjukkan demikian.

Bagi Jagat, shooting hari ini adalah mimpi buruk. Kembali ke stage seolah tidak terjadi apa-apa adalah hal yang mustahil. Dia bukan ahli lakon yang suka berakting di kamera. Dia tidak akan bisa menyembunyikan kebenciannya kepada salah satu pengisi acara yang membuatnya walk out seperti ini.

“Okay, whatever—yang penting we talk dulu.”

Tanpa memedulikan protes Jagat, Citra menyeretnya meninggalkan elevator. Perbicangan mereka yang alot hanya akan membuat penumpang elevator lain meradang. Sebelum itu terjadi, Citra—dengan segala rasa hormatnya—terpaksa menyeret pewaris RakTV itu ke MCR yang sudah dikosongkan. Dia mendudukkan Jagat di salah satu kursi yang membelakangi beberapa monitor. Dia mengambil kursi lain dan duduk di hadapan Jagat.

Jagat tak berniat kabur seperti pecundang. Dia duduk menyilangkan kaki dan menyatukan kedua tangan di bawah dada. Dia menunggu Citra bicara.

“Okay, pertama-tama gue minta maaf terkait peserta yang enggak lo harapkan. Tapi, gue mau ngingetin kalau peserta yang hadir sekarang adalah murni pilihan lo sendiri.”

“Iya. Pilihan gue memang, tapi berdasarkan kecurangan kalian.”

“We don’t cheat, Gat!”

“Enggak! Kalian main curang! Kalian sengaja menjebak gue!”

“No! Everything is not what you think!”

“Terus apa? Lo udah tau, ‘kan, siapa peserta itu? Lo enggak mungkin buta sama kehidupan pribadi gue. Lo tau ini salah, tapi tetap lo lanjutin tanpa sepengetahuan gue. Lo biarin gue memilih kandidat yang salah. Sadar enggak, sih, kalau sebenarnya yang bikin kacau sekarang adalah lo?”

Citra membuang napas dan menunduk. Dia memejamkan mata. Mencoba mengontrol emosi, sekaligus mendinginkan kepala yang terasa mendidih. Kepalanya menggeleng. Tidak. Dia tidak boleh menyerah. Apa pun caranya, sang bachelor terpilih ini harus kembali ke stage dan melanjutkan shooting. Ini pertaruhan karirnya.

“Okay, sekarang mau lo apa?”

“Get her out!”

“I can’t!”

“You can!”

“Enggak bisa, Gat. Dia pilihan lo.”

“Iya. Tapi pilihan apa yang bisa dipilih hanya berdasarkan hobi, latar belakang pendidikan, dan motivasi mengikuti acara ini?”

“Intinya, lo yang milih dia. Dari awal gue udah menegaskan kalau siapa pun yang lo pilih enggak bisa dimundurkan seenaknya di tengah acara.”

Jagat mengembuskan napas. “Lo tau, ‘kan, kenapa gue setuju ikut program ini? The one and only hanya untuk move on. Sekarang gimana caranya gue bisa move kalau orang yang bikin hidup gue berantakan justru kandidat terpilih? This is crazy, right?”

Tiga bulan yang lalu, Citra memberikan proposal program Mawar Sang Bachelor kepada pemilik RakTV, Dewa Langit Tjahyadi. Dia adalah ayah kandung Jagat.

Alasan Citra menjadikan putra bos besar RakTV sebagai target karena kisah cintanya yang sempat viral dua tahun yang lalu. Waktu itu, Jagat melamar kekasihnya secara live di channel  pribadi. Sayangnya, lamaran Jagat ditolak mentah-mentah. Bahkan buket mawar yang diberikan Jagat dibuang ke laut oleh sang kekasih. Lokasi lamaran saat itu berada di tengah laut—tepatnya di atas kapal pesiar.

Status Jagat sebagai anak konglomerat dan pelukis terkenal membuat tragedi nahas itu tak dapat diredam. Menyebar dengan cepat dan luas bagaikan virus yang tak dapat dikendalikan.

Dua tahun berlalu, kisah itu tak lantas terhapus dari memori. Hingga saat ini, Jagat tak pernah dekat dengan perempuan lain. Sampai satu ketika—tepatnya tiga bulan yang lalu—IG live Jagat kembali membuat heboh warga maya. Dalam live story itu, Jagat yang sedang melukis diganggu oleh sang mama.

“Ngelukis pemandangan mulu. Ngelukis pasangannya kapan? Move on, dong!”

Akibat celetukan sang mama, banyak followers-nya yang berasumsi kalau Jagat belum move on dari mantan kekasih dua tahun yang lalu. Tidak adanya klarifikasi dari Jagat membuat asumsi itu menjadi-jadi.

Momen viral inilah yang diincar Citra. Produser yang selalu lapar akan rating ini rela menggilas mukanya di hadapan bos besar RakTV. Dia bahkan mengemis, memohon agar bosnya mau membujuk Jagat untuk menjadi bintang acara program barunya.

“Okay, gimana kalau gini. Kita tetap lanjut shooting dan karantina 7 hari. Tapi, soal bagaimana harus bersikap, semuanya gue serahin ke lo. Kru dan gue enggak akan ikut campur.”

Kening Jagat berkerut. “Bersikap yang lo maksud ini konteksnya gimana?”

Citra menggedikkan bahu. “Ya, gimana aja. Pokoknya, apa pun yang mau lo lakuin ke ex lo itu, kita enggak akan ikut campur.”

Jagat tidak langsung menanggapi. Dia merenung sambil menggosok-gosok dagu.

“Gue tau ini berat buat lo. Satu frame sama ex itu adalah hal terhoror di dunia. Tapi, di sini, ‘kan, kandidatnya enggak cuma dia. Ada satu lagi, Gat. Dia potensial. Kalau pada normalnya sulit memilih satu di antara dua pilihan, sekarang lo justru dipermudah. Kenapa? Karena satu kandidat sudah masuk black list lo. Yang perlu lo lakuin sekarang cuma pendekatan ke satu kandidat yang potensial ini. Anggap aja ini ajang balas dendam atas prilaku yang lo terima dua tahun yang lalu. Buktiin ke ex lo itu kalau lo juga bisa menyakiti dia sesakit yang lo rasain dulu.”

Kejam memang. Sebagai wanita, Citra paham kalau tidak seharusnya dia berkata seperti ini. Namun, Citra tidak punya pilihan. Demi meregenerasikan mood Jagat yang hancur berantakan, Citra terpaksa menyulut kebencian.

 

Terpopuler

Comments

G. Abithya

G. Abithya

permisiiiiii....

2021-06-11

0

Astirai

Astirai

nyimak thor.... smangat ya...
mampir jg di bukalah hatimu untukku

2021-05-20

1

Yati

Yati

. ,

2021-05-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!