“Tenang, ya. Mbak Citra pasti berhasil bujuk dia.”
Seorang kru wanita berkacamata frame hitam memeluk pundak Alin. Wanita berambut Cleopatra yang dipeluknya duduk lemas di samping tangga stage. Tatapannya kosong seperti tak ada gairah melanjutkan hidup.
“Lin!” Kru itu mengguncang tubuh Alin. Namun, bagaikan mayat yang masih membuka mata, Alin bergeming. “Woy! Jangan kayak gini, dong! Lin! Hey! Mending lo nangis aja, deh, daripada kayak gini. Alinea!”
Alin menuli. Panggilan, pekikan, dan permintaan kru itu tak membuatnya beranjak dari kubangan keterpurukan.
“Dia udah balik, Lin! Lin!”
Mata sayu Alin berpindah ke salah satu pintu di balik stage. Jagat muncul bersama Citra dan seorang kru pria. Alin berdiri, bermaksud menyambangi Jagat. Namun, langkahnya dicekal oleh kru yang tadi memeluknya.
“Jangan dulu, Lin! Tahan!” bisik kru itu.
Alin patuh. Dia menunggu Jagat yang tidak meliriknya sedikit pun. Wajah dingin itu melibas tanpa menyapa. Naik ke stage dan berdiri di sudut.
Citra menepuk lengan Alin yang terpaku menatap Jagat. “Udah beres. Lo bisa balik ke stage.”
Alin mengangguk. Meski kelihatan ragu, Alin tetap menapaki tangga. Dia berdiri di sebelah wanita lain yang tingginya menjulang. Di sebelah wanita itu, Alin terlihat seperti anak SMP, padahal sudah mengenakan heels 7 senti. Posisi mereka berseberangan dengan Jagat.
Setelah dua kandidat dan bintang utama berkumpul di satu stage, seorang host ternama—Andika Pranoto—membuka kata di depan kamera. Dia meminta Jagat berpindah ke tengah stage. Setelah itu, dia juga menyuruh Alin dan Irena berdiri di kanan dan kiri Jagat.
Sepanjang kamera menyorot mereka bertiga, Dika terus mengoceh. Dia membacakan *profile* Alin dan Irena secara bergantian.
“Irena, apa motivasi kamu mengikuti Mawar Sang Bachelor ini?” tanya Dika kepada wanita berambut ikal panjang sepunggung.
“Saya mau membungkam mulut orang tua,” jawabnya sambil tertawa anggun. Tangan kanannya diletakkan di depan mulut, tapi tidak sampai menempel ke bibir.
“Membungkam? Maksudnya gimana, tuh?” kejar Dika.
“Yaaa, biasa, lah. Orang tua udah mulai bawel nanyain, “Kapan nikah?”.”
Dika mengangguk-angguk. “Terus, kenapa memilih ikutan acara ini? Kamu, ‘kan, cantik, punya karir bagus, berpendidikan tinggi—apa selama ini belum ada cowok yang deketin kamu?”
“Yang deketin, sih, banyak. Tapi, yang berani ngehalalin enggak ada. Kalau di acara ini, ‘kan, jelas. Di awal, Jagat udah bilang kalau targetnya adalah menikah di tahun ini. Aku juga sama, jadi ... why not? I have to try and do my best.”
“Wow! Apa itu artinya kamu sudah siap bersaing dengan Alin?”
“Yes.”
“Alin.” Dika mulai beralih ke kandidat ke dua. “Pertanyaan yang sama—apa motivasi kamu ikut acara ini?”
Jagat membuang muka. Bahkan rasanya ingin menutup telinga. Dia begitu enggan mendengar suara kandidat yang satu ini.
Sebulan yang lalu, Jagat disodorkan 100 lembar kertas berisi informasi calon kandidat. Normalnya, berkas data diri akan disertakan nama, tempat-tanggal lahir, latar belakang pendidikan, dan pekerjaan. Kenyataannya, Jagat hanya menerima lembaran kertas berisi nomor pendaftaran, karakter, hobi, dan kebiasaan.
Ketika ditanya kenapa tidak ada nama dan keterangan umum lainnya, Citra menjawab, “Biar lebih fair. Kriteria future wife yang lo cari, ‘kan, berdasarkan karakternya. Bukan siapa orangnya.”
Berdasarkan alasan ini, Jagat tak bisa melanjutkan aksi protes. Dia seperti termakan pahitnya ucapan sendiri.
Berangkat dari 100 lembar kertas, Jagat menemukan 2 nomor yang menggugah hatinya, yakni 27 dan 93.
Jagat memilih nomor 27—yang ternyata milik Irena—berdasarkan hobi dan kebiasaan. Irena memiliki hobi memancing dan balap motor. Sebuah hobi yang sama dengan Jagat. Selain itu, Jagat terkesan dengan kebiasaan Irena yang suka minum kopi sebelum tidur. Lagi-lagi kebiasaan itu sama dengannya.
Sementara itu, nomor 93 dipilih Jagat berdasarkan motivasi mengikuti program Mawar Sang Bachelor. Nomor 93 mengatakan kalau dia ingin membuat mantan pacar yang telah dia putuskan menyadari alasan kenapa dia memilih putus.
Jagat tertawa saat membaca motivasi itu. Jelas motivasi yang dituliskan berbeda dengan 99 peserta lain yang rata-rata ingin segera menikah.
Berangkat dari motivasi anti-mainstream inilah Alin muncul di hadapan sang mantan. Jagat akhirnya menyadari siapa mantan yang dimaksud dalam berkas 93.
Berbeda dengan tulisan di berkas, Alin yang sekarang justru menjawab pertanyaan host dengan jawaban yang cukup mencengangkan. “Saya mau balikan.”
Jagat marah mendengar jawaban itu. Dia tak segan menunjukkan reaksi frontal di depan kamera. “Are you crazy?”
“Yes. And my shame has been crushed.”
Jagat mendengkus sambil membuang muka. Host segera bertindak sebelum kandidat dan bintang utama bertengkar.
“Okay, terlepas dari apa pun motivasi kalian, saya ucapkan selamat karena kalian sudah berhasil menjadi kandidat future wife Jagat Pamungkas Tjahyadi. Tidak mudah mengalahkan 98 calon kandidat hanya berdasarkan hobi, kebiasaan, dan motivasi mengikuti program ini. Saya yakin, apa pun yang tersaji di panggung sekarang adalah skenario Tuhan. Sekarang kita hanya tinggal melihat, seberapa jauh para kandidat bisa berjuang untuk mewujudkan keinginan mereka.”
Dalam hati, Jagat mencibir pernyataan Dika. Skenario Tuhan dengkul lo!
Menurut Jagat, apa yang terjadi dengannya bukanlah skenario Tuhan. Ini murni jebakan. Entah siapa yang menjebaknya, Jagat bersumpah akan menghukum orang itu kalau ketahuan.
“Baiklah. Setelah ini kita akan berpindah ke Vila Kebun Bunga. Di sana, kedua kandidat dan bintang utama akan menjalani karantina selama 7 hari. Selama seminggu ke depan, kedua kandidat ditantang untuk meluluhkan hati the bachelor dengan menyelesaikan misi yang disusun sendiri oleh Jagat Pamungkas Tjahyadi. Bisakah kedua kandidat menyelesaikan semua misi dan mengumpulkan mawar putih dari sang bachelor? Tonton terus Mawar Sang Bachelor setiap Sabtu dan Minggu, jam 7 malam, exclusively only on RakTV.”
Setelah kamera dimatikan, Jagat turun lebih dulu, diikuti Irena dan Alin. Host turun belakangan setelah melepaskan clip on.
Seorang kru laki-laki langsung menyambangi Jagat. “Mas naik mobil RakTV aja, ya.”
“No.” Jagat menolak tegas tanpa menoleh atau pun menghentikan langkah.
Kru itu mengalihkan pandangan ke produser yang berdiri di kejauhan. Mereka berkomunikasi lewat bahasa tubuh. Si kru tampak bertanya, apa yang harus dia lakukan karena Jagat tidak mau menurutinya. Si produser mengangguk, kode kalau anak buahnya tidak perlu memaksa Jagat.
“Gue salut sama lo,” kata Irena ketika hanya berdua di mobil RakTV. Sebenarnya mereka tidak berdua, ada supir, kameramen, dan seorang kru di kursi depan. Irena dan Alin duduk di jok paling buntut.
Alin paham betul ke mana arah pembicaraan Irena. Dia hanya tersenyum tipis dan memposisikan badan senyaman mungkin. Dia menyandarkan punggung dan kepala, lalu menyilangkan kedua tangan di bawah dada.
“Jagat kayaknya enggak mudah ditaklukkan,” kata Irena lagi yang diamini Alin.
“Lo enggak takut?” tanya Irena.
“Takut apa?” Jawaban Alin berupa pertanyaan.
“Jagat. Dia kayaknya enggak bakal ramah sama lo.”
Alin tersenyum. “Gue pantes dapetin itu. Masih untung dia enggak bunuh gue tadi.” Dia tertawa seolah kalimat terakhir adalah lelucon.
Entah karena juga merasa lucu atau justru kasihan, Irena ikut tertawa. Namun, tawanya diiringi oleh gelengan kepala. “Mental lo kuat banget! Salut gue!”
Alin menggeleng, menyangkal pujian itu. “Justru karena mental gue lemah, makanya gue ninggalin dia.”
🦔🦔🦔
Hai, readers! jangan lupa kasih jempolnya dan dukung Alin ya. kasih komennya bertubi-tubi. follow juga IG-ku: snowwhite2493
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
naira
kykx bkal seruuu
2021-06-17
0
Emma The@
Perfect kak...Like n follback ya kak 🤭
2021-05-24
1
Dwi Lestari
9 residu fidyah dd
2021-05-24
1