TANTANGAN PEMBUKA

Vila Kebun Bunga. Seperti namanya, ketika melewati gerbang raksasa, pemandangan pertama yang disuguhkan adalah keindahan bunga beragam warna dan jenis. Aroma segar merebak memenuhi indera penciuman.

Mobil hanya bisa diparkir di belakang gerbang pertama. Selanjutnya, pengunjung harus melewati gerbang kedua yang ukurannya lebih pendek. Lebar jalan berbata hanya selebar setengah meter. Sisanya dipenuhi tanaman hijau setinggi dada orang dewasa. Satu-satunya alat transportasi yang bisa dipakai untuk masuk ke dalam hanyalah kedua tungkai kaki.

Seharusnya, Alin merasakan ketakjuban seperti kru dan kandidat lain. Nyatanya, dia menjadi satu-satunya orang yang kelihatan murung. Mata sedih itu menatap ke satu titik di depan. Tepatnya ke punggung pria yang berjalan bersisian bersama saingannya.

Cemburu? Mungkin iya. Namun, lebih tepatnya mungkin merasa menyedihkan dan terasingkan. Ada dua kandidat di sini, tapi Jagat hanya mau bersisian dengan Irena.

“Jadi kita beneran enggak boleh ke mana-mana, nih?” tanya Irena kepada Citra yang berjalan paling depan bersama PA-nya.

“Yoi. Cuma seminggu. Lo-lo pada pasti betah, kok. Apalagi tempatnya nyaman begini.”

“Ya, gue, sih, betah-betah aja. Asalkan ada kolam renangnya.”

“Ada, kok. Tenang aja. Selain kolam renang masih ada ruangan-ruangan lain yang gue jamin bikin kalian enggak kerasa terkurung 7 hari.”

“Oh, ya. Wow! Jadi penasaran gue.”

Alin tak terlibat percakapan dengan siapa pun. Bahkan ketika Yuna—penulis script yang juga teman satu kontrakannya—mengajak bicara, Alin hanya menanggapinya dengan gumaman, anggukan, atau senyuman.

Selain Alin, suara yang jarang terdengar gemanya adalah Jagat. Sepanjang perjalanan, pria itu menyimpan tangannya di saku. Hanya bicara seadanya ketika Irena mengajak bicara. Bahkan tidak ada senyum yang tersungging di bibirnya.

“Okay, guys.” Citra bertepuk tangan sambil membalikkan badan menghadap bintang utama dan dua kandidat terpilih. Dia berdiri di depan pelataran vila yang seluruhnya terbuat dari kaca. Ornamen dan furniture di dalam bisa dilihat dari luar. “Sampai di sini, komunikasi kalian dengan dunia luar akan di-pu-tus to-tal. Right? Jadi, gue minta dengan sangat hormat untuk kalian menyerahkan HP dan kunci mobil ke kru. Kalau ada yang bawa laptop juga harus diserahkan, ya. Pokoknya segala bentuk elektronik yang memungkinkan untuk berkomunikasi dilarang. Termasuk watch phone kalau ada.”

Jagat terpaksa melepaskan arlojinya ketika Citra menambahkan watch phone ke dalam daftar benda terlarang. Selain itu, dua HP-nya juga diserahkan kepada salah satu kru yang bertugas mengumpulkan barang.

Setelah memastikan tidak ada barang elektronik yang dibawa bintang utama dan kandidat, Citra lanjut menggiring tamunya ke dalam. Dia menggeser pintu kaca. Aroma segar dan sejuk pun langsung menerpa wajah dan anggota pernapasan.

Fasilitas yang tersedia di vila ini tidak jauh berbeda dengan fasilitas rumah pada umumnya. Dapurnya pun demikian. Selain 3 kamar, ruangan tertutup lainnya adalah perpustakaan, karaoke, billiard, dan ruang kosong tanpa furniture.

“Kok, kosong?” tanya Irena ketika dibawa melihat ruangan itu.

“Ini ruangan meditasi. Kalian bisa memakai tempat ini kalau mau menenangkan diri,” jelas Citra.

“Menenangkan diri?” Irena tertawa kecil, lalu menatap Jagat yang berdiri di sebelah kanannya. “Emangnya bakal ada tekanan batin, ya?”

Jagat tak menggubris. Dia sibuk mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Bahkan matanya menelisik ke empat sudut langit-langit yang dipasangi kamera.

“Yeah. Kita enggak tau apa yang bakal terjadi nanti. Bisa jadi kalian memerlukan tempat ini,” kata Citra.

Alin melangkah mundur diam-diam. Sepelan mungkin menjaga langkah agar tidak terdengar oleh yang lain. Dia menghapus air mata yang menetes tanpa bisa dikendalikan saat membalikkan badan. Belum apa-apa dia sudah merasa tertekan.

Alin berpindah sendiri ke belakang vila. Air matanya sudah bisa dikendalikan. Dia menarik-ulur napas di depan kolam renang. Hanya di sini dia mencium aroma melati yang begitu kuat. Maklum, sekeliling kolam terdapat 10 pot pohon melati.

“Lah? Udah ada di sini duluan.”

Suara Citra membuat Alin menoleh ke belakang. Dia tersenyum tipis kepada rombongan Jagat, Irena, dan kru Wasaba(Mawar Sang Bachelor).

“Wow! Aromanya berasa lagi di spa, ya.” Irena berkomentar setelah menghirup udara sekitar.

“Kalau gue, sih, merasanya kayak lagi ritual mandi kembang gitu,” tanggap Citra yang diamini beberapa anak buahnya.

Ternyata selain kolam renang, vila ini juga memiliki lapangan outdoor yang cukup luas. Ada ring basket yang menandakan kalau lapangan ini memungkinkan untuk olahraga itu.

“Lo bisa main basket enggak, Gat?” tanya Irena.

Jagat menjawab dengan gumaman pendek dan anggukan.

“Lo, Rin?” tanyanya lagi kepada Arin.

Arin menggeleng. “Gue enggak jago olahraga apa pun,” paparnya.

“Wah, sayang banget. Padahal gue pengin ngajakin main.”

Alin tersenyum.

“Kalau gitu besok pagi kita main, ya, Gat.”

Jagat menyanggupi ajakan Irena tanpa pikir panjang.

“Okay, karena kalian udah mulai bahas planning kegiatan, mending gue sampaikan aturan untuk kalian di sini aja, ya. Tadinya, sih, pengin di ruang karaoke biar lebih santai. Tapi, di sini gue rasa okay juga. Enggak masalah, ‘kan?” tanya Citra.

Jagat, Alin, dan Irena kompak mengangguk. Sementara itu, PA bergeser ke samping Citra. Dia mengambil alih pemaparan.

“Kalian punya jam kegiatan dan jam malam, ya. Jam kegiatan itu maksudnya waktu untuk kalian berkegiatan di luar kamar—baik berkegiatan bebas atau pun yang sudah diatur. Sementara jam malam, ya, seperti namanya. Kalian harus masuk kamar dan enggak diizinkan berkegiatan apa pun di luar. Jam kegiatan dimulai dari jam 6 pagi sampai 11 malam. Sedangkan jam malam dimulai dari habisnya jam kegiatan—berarti jam 11 malam—sampai jam 6 pagi.”

“Kalau kami melanggar?” tanya Alin.

“Melanggar jam kegiatan; misalnya kalian telat keluar kamar—dikasih tenggang waktu 5 menit—maka pintu kamar kalian otomatis bakalan terkunci.”

“Berarti kita enggak bisa keluar kalau enggak ada yang bukain?” tanya Irena.

“Yap. Pintu baru bisa kebuka 7 jam kemudian. Artinya, kalau misalkan ada kegiatan wajib, berarti kalian enggak bisa ikut.”

Alin dan Irena kompak mengangguk mengerti.

“Nah, kalau melanggar jam malam, kalian enggak bakal bisa masuk kamar. Intinya, kalian harus tidur di luar sampai pagi.”

“Waduh! Berat juga, ya,” gumam Irena yang hanya bisa didengar Alin yang berdiri di sisi kirinya.

“Oh, ya. Aturan ini cuma berlaku untuk kandidat, ya. Untuk Jagat, aturan ini enggak berlaku,” lanjut PA. “Kalau kalian tanya alasannya, ya, udah pasti—jawabannya karena dia bintang utama program ini. Kalau kalian merasa ini diskriminasi, yaaa, anggap aja itu benar.”

“Nah, setelah ini kalian bisa santai-santai dulu. setelah makan malam, kandidat akan mendapat tantangan pembuka dari Sang Bachelor kita. Tantangannya apa? tunggu aja after dinner,” tutup Citra sebelum membubarkan pengisi acara.

 

Terpopuler

Comments

astri rory ashari

astri rory ashari

seru kayamya...masak mau cari pasangan berasa mau perang😁 blum2 udah menderita...gw ma ogah...g sangguplah😂

2021-05-24

2

Agus Irawan

Agus Irawan

salam dari pria kaku ini jodohku

2021-05-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!