Nadin pun meninggalkan Alex di kamarnya bersama baby El. Nadin memang tidak pernah
meragukan kasih sayang Alex pada baby El karena selama ini, Alex lah yang
selalu ada untuknya dan baby El. Alex menyayangi baby El seperti menyayangi
putranya sendiri.
Setelah Nadin meninggalkan mereka, Alex segera bangun, ia mengamati wajah baby El.
Menghela nafasnya dalam, ia tahu apa yang akan di tanyakan oleh Nadin. Ia tidak
bisa selamanya menutupi, tapi ia belum siap untuk kehilangan mereka.
“Aku harus apa?” Alex memegangi kepalanya yang terasa pusing, ia tidak tahu berbuat
apa lagi selain menyerah. Alex mencium begitu dalam pada bayi yang sedang
pulas tidur itu, rasanya berat.
Alex pun menyusul Nadin mau bagaimanapun ia harus siap dengan semuanya, Nadin sudah
duduk di meja makan. Ia menyiapkan makan malam untuk Alex. Alex segera mengubah
ekspresinya, ia memaksakan senyumnya baru menghampiri Nadin.
“Wah …, masak apa nih?’ Tanya Alex sambil duduk berhadapan dengan Nadin.
“Makanlah …, bukan aku yang masak, tapi pelayan kamu!”
“Aku tahu …, kamu kan nggak bisa masak! Aku juga takut masak masakan mu, bisa-bisa
aku sakit perut!” ucap Alex sambil tersenyum, ia mengambil piringnya dan
menuangkan nasi dan beberapa lauk di atas piringnya, melahapnya. Terlihat
sekali jika pria itu sedang begitu lapar. Alex masih berusaha keras untuk
melontarkan candaannya.
“Enak aja …, nggak separah itu juga kali …, aku sudah banyak belajar masak ya …!”
mendengar ucapan Nadin, Alex hanya menyebirkan bibirnya dan terus memakan
makanannya, ia begitu lahap. Ia hanya berusaha menutupi perasaannya saja agar
Nadin tidak menyadarinya.
“Sibuk sekali ya tadi?” Tanya Nadin. Ia hanya menatap pria itu. Ia tidak ikut makan
karena tadi sudah makan duluan.
“Iya …, banyak sekali pekerjaan. Ini masih baru banget di sini, jadi butuh
ketelatenan!”
Nadin terus menunggu hingga pria itu menghabiskan makanannya, setelah piringnya
kosong, Nadin menyodorkan segelas air putih pada Alex.
“Terimakasih!” ucap Alex sambil menerima gelas yang di berikan oleh Nadin. Setelah menghabiskan
minumannya, barulah Alex menatap Nadin.
“Tadi mau tanya apa?”
“Siapa yang mencari ku di rumahku?” pertanyaan Nadin seketika berhasil membuat Alex terkejut, walaupun ia sudah tahu itu yang akan di tanyakan oleh Nadin.
Ia enggan untuk menjawab pertanyaan Nadin,
bukan karena apa, tapi ia tidak tahu harus menjawab apa. Karena ia tidak
mungkin mengatakan kalau yang mencarinya adalah suaminya.
“Kenapa tidak menjawab? Kamu tahu kan?” nadin mencerca Alex dengan pertanyaan yang
menyelidik.
“Bukan siapa-siapa! Jangan bahas ini lagi, kalian akan tetap aman jika berada di sini!
Tidurlah …!” Alex bangun dari duduknya hendak meninggalkan meja makan, ia tidak
mau terus di tanya oleh Nadin, walaupun ia tahu jawabannya.
“Mas Rendi?” pertanyaan Nadin berhasil
membuat Alex berhenti, tapi ia tidak juga menoleh. Ia hanya menghela nafasnya
begitu dalam.
Nadin melanjutkan pertanyaannya, “Mas Rendi kan yang ke rumahku?”
Pertanyaan Nadin begitu tepat sasaran, Alex memejamkan matanya. Ia tidak tahu harus
menjawab apa, ia begitu takut jika Nadin akan kembali pada Rendi, ia belum siap
kehilangan baby El, ia sudah terlanjur menyayanginya.
“Aku tidak salah kan?” Nadin kembali bertanya setelah alex hanya diam saja, tapi Alex
tak juga menjawab pertanyaannya yang ke tiga.
Tapi hal itu malah membuatnya yakin bahwa yang mengintai rumahnya adalah suaminya,
suaminya yang sudah hampir di lupakan keberadaannya. Tapi saat ia mulai bisa
melupakan kenapa dia datang lagi.
Nadin menjatuhkan tubuhnya kembali ke kursi, dadanya bergemuruh. Ia tidak tahu
perasaan macam apa ini, sakit bercampur dengan sesuatu yang ia sendiri tidak
mengerti, bahkan ia tidak tahu harus senang atau sedih untuk saat ini.
Hatinya sakit tapi juga berharap, tapi harapan yang seperti apa? Untuk memahami hatinya
saat ini ia bahkan tidak bisa.
Alex kembali berbalik, ia menatap Nadin. Menatap wanita itu, wajahnya diliputi
keraguan. Ia tahu ini yang akan terjadi tapi ia belum siap menerima semua ini.
Cintanya akan mengambang kembali entah di mana ia akan berlabuh.
“Iya …, kau benar …, itu Rendi. Kami bekerja dalam satu tim!” ucap Alex tanpa berani
menatap mata wanita itu. Nadin mendongakkan kepalanya, menatap Alex, mencari kebenaran dalam matanya.
“Satu tim?” Nadin begitu terkejut, bagaimana mereka bisa satu tim, dua pria yang pernah berseteru itu berada dalam satu tim.
“Iya…!”
“Kenapa kau menyembunyikan dariku?”
“Karena aku takut, aku takut jika kau akan kembali lagi padanya dan memisahkan ku dengan baby El, aku tidak mau!”
“Tidak semudah itu Lex …, tidak semudah itu! Kepercayaan ku padanya telah hancur saat
itu! Susah bagiku untuk bisa memaafkannya kembali!”
“Tetaplah di sini bersama baby El, aku mohon!”
“Tidak!” jawaban Nadin berhasil membuat Alex kecewa. Ia ingin memiliki baby El dan Nadin
untuknya saja, rasa ingin memiliki membuatnya egois, ia sudah berusaha keras
selama ini untuk tetap menyembunyikan keberadaan nadin dan baby El dari Rendi.
Ia selalu mengecoh setiap kali Rendi atau anak buahnya mulai menemukan Nadin, tapi
saat ini takdir sudah mempertemukan mereka tanpa sengaja, ada jalannya sendiri
yang bisa membuat mereka bertemu.
“Aku tidak akan menghindar lagi! Sekeras apapun aku menghindar, cepat atau lambat,
kami pasti juga akan bertemu, biar aku yang akan menyelesaikan masalahku
sendiri! Aku akan pulang!”
“Baiklah …, tapi jangan sekarang.sekarang sudah malam, kasihan baby El!”
“Besok kami akan pulang!”
Perdebatan mereka terhenti saat baby El tiba-tiba bangun dan menangis.
***
Malam itu hujan sangat lebat, di tempat lain nenek Widya sedang menikmati kopi
panasnya di kursi goyang. Matanya menerawang jauh, ia tahu apa yang sedang di
lakukan oleh cucunya saat ini, ia tahu apa yang di sembunyikan cucunya.
Titik air sepertinya menggenang di sudut matanya, seorang pria seumuran dengan
putranya tadi siang menemuinya. Dia meminta nenek Widya untuk membantunya.
Flashback on
“Nyonya anda kedatangan tamu!” pak Burhan menghampiri nenek Widya yang sedang duduk di teras belakang sambil melantunkan ayat suci Al-Qur’an. Hanya itu lah yang menemaninya
di masa tuanya saat ini. Tidak harta ataupun cucunya.
Nenek Widya segera menutup Al-Qur’an itu dan meletakkannya di atas meja, ia melepas
kaca mata bacanya. Menatap kedatangan Burhan.
“Siapa Han?”
“Tuan Salman!”
“Salman, ada apa anak itu ke sini?” nenek Widya mengerutkan dahinya yang memang sudah berkerut sekarang semakin berkerut.
“Ambilkan tongkatku!”
“Baik nyonya!”
Nenek Widya pun berjalan menghampiri Salman. Pria itu sekarang sudah duduk di sofa
ruang tamu, melihat kedatangan nenek Widya ia pun segera berdiri dan menyambutnya.
“Selamat siang nyonya!” sapa-nya sambil membungkukkan badannya memberi hormat.
“Duduklah!”
Salman pun kembali duduk, ia duduk berhadapan dengan nenek Widya. Sedangkan Burhan tetap berdiri di belakang nenek Widya.
“Angin apa yang membawa tameng finityGroup ini ke sini? Apa ada yang sangat serius
hingga mengharuskan orang nomer dua finityGroup datang jauh-jauh ke Surabaya?”
“Maaf nyonya, tapi ini tidak ada hubungannya dengan FinityGroup! Ini urusan pribadi!”
“Pribadi? Sejak kapan kita punya urusan pribadi?”
“Nyonya yang paling tahu …, saya menghormati nyonya seperti menghormati ibu saya
sendiri. Biarkan yang lalu tetap mejadi kenangan, dan kita usahakan yang akan
dalang menjadi lebih baik, jangan ada masalah lagi antara saya, keluarga saya
dan nyonya juga keluarga nyonya!”
“Apa maksudnya?”
“Jangan sampai kejadian masa lalu kembali terulang nyonya, pada anak-anak kita!”
“Katakan yang sebenarnya terjadi!” nenek Widya benar-benar sudah tidak sabar menunggu penjelasan dari pria di hadapannya itu.
“Cucu nyonya telah menahan menantu dan cucu saya nyonya,!”
“jadi maksudmu, yang bersama cucu saya itu menantumu?”
“Iya nyonya!”
“Kenapa aku sampai tidak menyadarinya semenjak dulu!”
“Saya tahu nyonya lebih bijak dari pada saya, jadi saya mohon bantu saya mengembalikan semuanya seperti sedia kala!”
***
Obrolannya tadi siang dengan Salman mengingatkannya kembali dengan putranya. Ia tidak menyangka masalah itu bisa membuat putranya meninggalkannya untuk selamanya. Ia
tidak mau sampai kejadian itu terulang kembali pada cucunya.
“Aku harus membuatnya jatuh cinta pada gadis lain!”
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentarnya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy Reading 🥰🥰😘❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 384 Episodes
Comments
Doisi Fahril
wow jadi Pak Salman juga tau kalo Alex yang sudah menyembunyikan Nadin😍.... jadi emang perseteruan antara Rendi dan Alex sudah sejak jaman papa mereka ya? haiss aku penasaran thor🤭
2021-05-11
5
Rara Azalea shaquera
emg g jodoh ad ajj jlannya buat pish pdhal ud d dpan mata ..ni sbabnya knp fahmi tk berjodoh dg aisyah..
2021-05-09
0
Siska Yuliyanti
apa ayah salman pnya masa lalu sma ayhnya alex juga? apa kisahnya sama?
2021-05-09
0