Mr. Arrogant Vs Mrs. Salihah
Kehidupan itu penuh misteri, kita di pertemuan dengan orang-orang yang sebelumnya tidak
pernah kita kenal dan kemudian menjadi sebuah keluarga. Kehidupan yang dulu
tidak pernah terbayangkan kini menjadi hidup kita.
“Sya…, gimana berangkat kuliah nggak?”
“Iya dong, satu jam lagi aku sampai!”
Gadis berhijab itu menempelkan ponselnya di daun telinga yang tertutup hijab, suaranya begitu lembut hingga siapapun yang mendengarnya akan betah berlama-lama
untuk mendengarkannya.
Gadis berhijab itu terus berjalan dengan langkah ringannya, ia menyusuri jalan
setapak untuk sampai di depan jalan raya, ia selalu berdiri di sana untuk
menunggu angkot. Supir angkot sudah sangat hafal dengan gadis lembut itu, tak
perlu melambaikan tangannya angkot sudah langsung berhenti.
“Ke kampus neng?”
“Iya pak!”
Tanpa aba-aba gadis itu masuk ke dalam angkot dan duduk di tempat duduk yang panjang saling berhadapan itu, kursi yang membelakangi jendela, kebetulan angkot masih
sepi, hanya ada dua orang di dalam sama, kini menjadi empat karena di tambah
dirinya dan seorang pria berpeci yang tiba-tiba saja ikut masuk bersamanya.
Gadis itu menggeser duduknya, merapat pada seorang ibu yang sedang membawa
sekeranjang belanjaan sepertinya baru saja dari pasar, sedangkan pria berpeci
itu duduk tepat di hadapannya, pria itu terus menundukkan pandangannya,
wajahnya begitu sejuk dengan kemeja koko-nya tampak santun dengan al-Qur’an
kecil di sakunya dan tas ransel di punggungnya.
Tidak ada percakapan selama dalam angkot kecuali suara teriakan kenek yang mencari
penumpang. Gadis berhijab itu terus menatap ke luar jendela menerabas pria
berpeci itu, menikmati suasana kota Surabaya di pagi hari.
Setelah berada di dalam angkot selama setengah jam akhirnya angkot berhenti juga di
depan kampusnya, ia segera turun dari angkot dan menyerahkan selembar uang lima
ribuan. Tapi tak di sangka ternyata pria berpeci itu juga ikut turun dan
melakukan hal yang sama seperti yang di lakukan oleh gadis berhijab itu.
“Mas juga belajar di kampus ini ya?” tanya gadis itu setelah angkot meninggalkan
mereka. Pria itu tersenyum, senyumnya begitu sejuk hingga siapapun yang akan
melihatnya merasakan kesejukannya.
“Iya …, adek belajar di sini?”
Gadis itu mengangguk dengan senyumnya selalu mengembang di setiap kesempatan.
“Saya duluan ya …, assalamualaikum!”
“Waalaikum salam!”
Gadis itu adalah Aisyah Ratna, ia mempersilahkan pria itu untuk berlalu lebih dulu, tapi pesona pria itu
masih tertinggal di sana bersama kenangan yang di ingat oleh gadis itu.
“Semoga kelak allah mengirimkan iman sepertinya!” doa gadis itu sambil menatap
punggung pria yang telah menjauh darinya.
Aisyah melanjutkan langkahnya dengan senyum yang tidak pernah lepas dari garis
bibirnya. Langkahnya begitu lembut bahkan debu pun tak akan bergoyang saat ia
lalui.
Tujuan utamanya saat ini adalah ke majelis pengajian yang rutin di adakan setiap hari
jum’at. Jika tidak ada kegiatan Aisyah selalu aktif mengikutinya. Ia sudah
duduk di salah satu bangku yang berada di depan masjid kampus.
Tangannya mulai membuka buku yang selalu ia bawa, buku pemberian seseorang yang begitu ia sukai Muhammad: A Prophet for Our Time by Karen Armstrong. Rasa cintanya pada Nabi Muhammad membuatnya mendapatkan hadiah buku itu.
“Assalamualaikum, sya!” tiba-tiba seseorang duduk di sampingnya, gadis yang tibak biasa berhijab itu kali ini mengenakan hijabnya walaupun tidak sempurna, hanya jilbab segi
empat yang di lipat dan di lilitkan begitu saja menutup kepalanya.
“Waalaikum salam …, Bianka, kamu di sini juga?” tanya gadis itu heran. Tidak biasanya
temannya itu suka datang ke majelis pengajian.
“Iya…, aku ingin melihat salah satu idolaku!”
“Siapa? Artis kepop?”
“Ini lebih tampan dari artis kepop, ketampanannya sampai ke surga dan sepertinya ia termasuk titisan penghuni surga.”
“Siapa?”
“Kamu tidak tahu ya kalau gus Fahmi yang ngisi materi hari ini?”
“Gus Fahmi?”
“Iya gus Fahmi, putranya kyai Abdul Hamid pemilik pondok pesantren Nurul Huda!”
“Sebegitu tampannya ya …, hingga membuat sahabatku ini berpindah haluan yang biasanya
suka nongkrong-nongkrong di kafe sekarang mendatangi majelis pengajian!”
“Sangat sangat sangat tampan …., tampannya sebelas dua belas dengan nabi yusuf. Nanti
kalau kamu lihat sendiri kamu pasti juga akan terpesona!”
“Ya sudah lah kita masuk saja, sepertinya pengajiannya sudah akan di mulai!”
Mereka pun membaur bersama anak-anak yang lainnya, memasuki majelis dan duduk bersama
mereka.
“Pantas aja hari ini yang meramaikan ukhti semua, ternyata pematerinya cowok ya!” ucap
gadis berhijab itu.
“tentu saja …, siapa juga yang nggak kenal sama gus Fahmi!”
Setelah semuanya masuk, seorang pria masuk melalui pintu depan bergabung dengan
beberapa orang yang duduk berjejer di depan, Mc, pembaca Al-Qur’an, dan pria
itu.
Gadis itu, aisyah menutup mulutnya yang tidak sengaja terbuka karena terkejut saat
melihat pria yang sama yang ia temui di angkot. Pria itu masuk bersamaan dengan
sora sorai para ukhti menyambut kedatangannya.
“Aaaaa …, gus Fahmi …, gus Fahmi ….., gus Fahmi ….!” Hampir semua ukhti meneriakkan
namanya, sekarang aisyah tahu jika pria yang bersama nya di angkot tadi adalah
gus Fahmi, pria yang menjadi idola ukhti-ukhti kampus.
“Masyaallah…, dia!”
“Kenapa Sya? Kamu mengenal gus Fahmi?” tanya Bianka.
“Tidak tadi hanya tidak sengaja bertemu saja!”
Setelah semuanya kembali tenang, kini Mc sudah mulai dengan beberapa susunan acaranya. Kini giliran Mc memanggil Gus Fahmi sebagai pembicaranya kali ini.
“Assalamualaikum Gus fahmi!”
“Waalikum salam!”
“Nah pasti sudah tidak salah lagi kalau gus Fahmi ini di sebut sebagai idolanya para
Ukhti, dan untuk materi hari ini sangatlah cocok dengan fenomena anak muda jaman
sekarang, tentang cinta. Benar gus Fahmi?”
“benar sekali!”
“Ya sudah sekarang silahkan di mulai gus Fahmi, nanti akan ada sesi tanya jawab
ya!”
“Terimakasih atas waktunya, assalamualaikum semuanya. Mari kita belajar bersama sekarang
karena saya juga masih belajar di sini. Yang akan kita bahas adalah cinta dalam
fersfektif islam!”
“Siapapun pasti pernah merasakan cinta, karena semua pasti pernah merasakan yang namanya cinta atau jatuh cinta. …., cinta yang benar dan ada cinta yang salah …!”
“Nah untuk ukhti semuanya sehendaknya bijaklah dalam memilih laki-laki yang akan
menjadi imam mu kelak!”
“Nilailah laki-laki dari akhlak dan agamanya, bagaimana laki-laki yang kita nilai akhlak
dan agamanya baik. Lihatlah dia dari bagaimana kebiasaan sholat subuhnya dan
yang ke dua adalah dari bagaimana marahnya …., maka nanti kalian akan tahu
bagaimana dia akan mencintai kalian dan mencintai allah!”
Materi singkat itu begitu terasa jalan merasuk ke dalam hati dan perasaan Aisyah. ada
hal yang istimewa yang membuatnya tidak bisa melupakan kata-kata itu. Begitu
istimewa hingga berada di dalam tempat yang begitu istimewa juga.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 384 Episodes
Comments
runma
🥰🥰🥰🥰
2022-12-01
0
Novika Riyanti
assalamualaikum...
aku baca ulang gk apa ya...
aku kangen😘😘😘
2022-09-21
1
Fatmawatiiska Fatmawatiiska
hampir aku ke beranda cari bacaan yg menarik perhatian, ketemuan judulnya ini,aku mampir kk author 💪🤭
2022-06-17
1