Nadin seharian ini berada di rumah, Aisyah begitu senang melihat Nadin dan baby El
kembali. Hari ini tidak ada jam kuliah, tapi Bianka berencana ke ruahnya untuk
mengerjakan tugas kelompok. Sambil menunggu Bianka Datang, Aisyah menghabiskan
waktunya dengan mengajak baby El jalan-jalan.
Aisyah membawa baby El kemanapun ia pergi, baby El seperti menjadi primadona di
lingkungan tempat tinggalnya, pesona baby El berhasil membuat siapapun yang
melihatnya akan tertarik untuk sekedar mengajaknya berbicara atau mencubit
pipinya, senyum bayi itu begitu menggemaskan persis seperti namanya, Elan, anak
yang menyenangkan, penuh cinta.
Aisyah mengajak baby El ke taman dekat rumah, menikmati pemandangan dan udara sejuk.
Tiba-tiba seseorang duduk di sampingnya tanpa permisi membuat Aisyah menggeser
duduknya. Aisyah melirik pada seseorang di sampingnya itu, sepertinya ia sangat
mengenalinya.
“Tuan Alex!” pria itu memakai kaca mata hitamnya. “Apa yang tuan Alex lakukan di sini?”
“Aku hanya ingin melihat baby El, boleh kan?”
“jangan macam-macam ya!” menurut Aisyah pria di sampingnya itu sangat mencurigakan, ia
takut jika pria itu akan merampas dan membawa lari baby El.
Alex membuka kaca matanya. Ia menatap aisyah membuat Aisyah segera menundukkan
pandangannya, “Jangan takut, aku tidak akan merampasnya. Aku hanya ingin
bermain dengannya saja!”
Melihat ketulusan di wajah pria arrogant itu membuatnya tidak tega. Aisyah pun akhirnya
bersedia menyerahkan baby El pada Alex. Ia melihat hal yang berbeda dari pria
itu, saat bersama baby El ia berubah menjadi penyayang.
Sesekali Alex juga mengajak Aisyah untuk bermain bersama dengan mereka, mereka persis seperti keluarga kecil yang bahagia.
Tanpa di sadari oleh mereka ada mata yang sedang mengawasi mereka, ia mengambil foto
kebahagiaan mereka bertiga.
***
Ternyata si pengambil foto itu adalah orang suruhan nenek Widya. Orang yang sengaja
nenek Widya kirim untuk mengawasi cucunya.
Nenek Widya tersenyum senang saat melihat foto itu, “Aku tidak perlu berusaha keras
lagi, ternyata mereka sudah sangat dekat!”
cakep nggak nih keluarga? bikin iri kan
***
“Tuan Alex, kami harus pulang. kak Nadin pasti sudah menunggu!” sudah satu jam mereka
di taman, membuat Aisyah cemas. Alex pun menyerahkan baby El pada Aisyah.
Aisyah pun segera membalik badannya tapi ia kembali urungkan.
“Assalamualaikum!” ia lupa memberi salam sebelum pergi, walaupun tidak akan di jawab setidaknya ia sudah memberikan salam itu.
“terimakasih!”
Bukan jawaban salam yang di dapat tapi ucapan terimakasih, setidaknya itu sudah lebih
baik dari pada tidak sama sekali. Aisyah pun segera meninggalkan alex yang
masih berdiri di tempatnya ,menatap punggung gadis itu dengan tatapan yang
sulit di artikan.
Akhirnya Aisyah dan baby El sampai juga di rumah nadin, kedatangan mereka langsung di
sambut oleh Nadin.
“Tadi dari mana saja sama unty Ais, sayang?” Tanya Nadin saat baby El sudah pulang
bersama Aisyah. ia segera mengambil baby El dari gendongan Aisyah.
“Baby El benar-benar berhasil menyihir semua warga di sini kak!”
“Kok bisa?”
“Iya …, di mana pun baby El, selalu di kerubuti orang. Masih kecil aja sudah kayak
gitu gimana nanti besarnya kan? Dia benar-benar akan menjadi idola semua
gadis!”
“Iya kah …, ehhhh …, pasti nanti bundanya bakal kalah nih, pokoknya nanti jika ada
cewek yang dekati El, aku akan mengatakan jika baby El hanya milik bunda!”
Nadin terus menciumi putranya itu, baby El memang begitu menggemaskan. Siapapun
yang melihatnya pasti selalu ingin berlama-lama bersamanya.
Setelah menyusui baby El, Nadin kembali menyerahkannya pada Aisyah.
“Hari ini tidak ada acarakan Sya?”
“Tidak kak, Cuma Bianka mau ke rumah kak, ngerjain tugas!”
“Nggak pa pa nih kamu tinggal di sini?”
“Nanti kalau Bianka datang pasti juga telpon!”
“Ya udah kalau gitu kakak selesain pekerjaan kakak dulu ya!”
“Siap!”
Nadin melanjutkan pekerjaannya melipat pakaiannya dan memasukkan satu persatu ke
dalam lemari.
“Bagaimana kuliah mu Sya?” Tanya Nadin sambil terus melanjutkan pekerjaannya.
“Baik kak, bahkan sangat baik!” jawab Aisyah dengan wajah berbinar-binar.
“Ada laki-laki yang sedang kau sukai di kampusmu?”
“Kakak tahu, sebenarnya bukan seperti itu kak, aku hanya mengaguminya saja …, dia
tidak akan melihatku, anak seorang pak kyai!”
“Benarkah? Ada anak pak kyai di kampusmu?”
Aisyah tidak bisa mengatakan jika dia bahkan sudah berjanji akan melamarnya, tapi
sepertinya akan lama lagi karena baru saja ia mengirimkan pesan padanya tidak
bisa pulang dalam satu minggu ini.
“Iya …! Oh iya kak aku pulang dulu ya, sudah siang nih. Ibu pasti mencari ku!”
“Iya baiklah …, salam buat bu Santi ya, maaf belum bisa menemuinya!”
Aisyah tersenyum, ia sudah hampir beranjak dari duduknya saat ia mengingat sesuatu
yang belum sempat ia katakana pada Nadin.
“Kak!”
“Iya?”
Nadin mendongakkan kepalanya, menghentikan pekerjaannya dan menatap Aisyah, ia melihat keraguan di wajah gadis itu.
“Ada apa?” Tanya Nadin lagi.
“Sebenarnya aku tahu siapa yang mengintai rumah kakak selama ini!”
Mendengar ucapan Aisyah, Nadin hanya menghela nafas.
“Aku tahu!” Aisyah terlihat terkejut ,mendengarkan ucapan Nadin, ia memastikan apa yang sedang ia dengar.
“Kakak tahu?”
“Iya!”
“lalu?’ gadis itu terlihat begitu penasaran dengan Nadin.
“Aku juga belum tahu, aku tidak tahu apa yang ia mau sekarang dengan menemui ku!”
“Ya sudah aku pulang dulu ya kak!’ Nadin pun mengangguk.
“Assalamualaikum!”
“Waalaikum salam!”
Aisyah menatap kembali rumah yang baru saja ia tinggalkan itu, ia menghela nafasnya
berat, “Rumit ya hubungan rumah tangga, ya Allah permudah lah kami jika memang
kami berjodoh!"
Aisyah kembali berjalan menuju rumahnya, ia melihat ibunya sudah istirahat di
kamarnya. Nino juga sedang belajar, kasihan sekali anak itu harus belajar
lebih giat untuk mengejar ketertinggalannya. Aisyah pun memilih menuju ke
kamarnya, ia membuka ponselnya membaca kembali pesan yang semalam di kirim oleh
gus fahmi.
//assalamualaikum warahmatullahi
wabarakatuh, Aisyah …, Maaf menggangu istirahatmu, berulang kali ku coba mengetik sebuah pesan untukmu, tapi aku terlalu takut
membuatmu kembali kecewa. Apa kabar Aisyah? semoga allah selalu melindungimu di setiap langkahmu. –Fahmi//
Walaupun pesan itu selalu ia tunggu, tapi entah kenapa ia merasa ada yang sedang di
pikirkan oleh gus Fahmi, ia belum sempat untuk membalasnya semalam. Ia pun
memutuskan memberanikan diri untuk membalas pesan itu.
Aisyah segera duduk di kursi kecil di depan meja belajarnya, membaca membali pesan itu
dan mengetikan balasannya, dari layar ponselnya terlihat gus Fahmi sedang
online.
//Waalaikum salam gus Fahmi, maaf jika aku
sudah membuatmu menunggu, aku tidak langsung membalas pesanmu semalam.
Alhamdulillah aku dalam keadaan baik. Gus fahmi bagaimana keadaannya di sana?//
Tak menunggu lama gus fahmi sudah mengetik, pesan pun terkirim dan sampai di kotak pesan Aisyah, dengan cepat aisyah kembali membuka pesan itu.
//Maafkan aku karena tidak bisa menepati
janjiku, aku tidak bisa pulang minggu ini. Maaf jika aku telah membuatmu kecewa
dengan terus menunda waktu dan membuatmu menunggu lebih lama lagi//
“Iya kan …, sudah ku duga, jelas aku kecewa …, lebih baik tidak berjanji jika
akhirnya seperti ini!” jawab aisyah tapi hanya di bibirnya saja, mana berani ia
menjawabnya dalam pesan.
//Insyaallah jika Allah mengizinkan
aku akan pulang dalam tiga minggu ke depan, maafkan aku karena membuatmu terus
menunggu. Semoga setelah ini kita di pertemukan lagi dalam hubungan yang
halal. Tunggulah aku dengan terus mengingat Allah …, selamat istirahat,
assalamualaikum warahmatullahi wabarakatu//
“yah…., kok udahan sih padahal kan aku masih pengen!” hanya dengan saling berkirim
pesan saja sudah berhasil membuatnya berubah baik.
//Waalaikum salam//
Ceklek
Seseorang membuka pintu kamarnya tanpa permisi, “Apaan Sya, kok senyum-senyum gitu?” dia Bianka, sudah menjadi kebiasaan suka nyelonong tanpa permisi.
Aisyah menatap Bianka dan meletakan ponselnya di atas meja, “Assalamualaikum, Bi!”
“Waalaikum salam, Sya! Nih aku bawain laptop, mau ngerjain sekarang apa nanti?” tanya
Bianka setelah duduk di atas tempat tidur Aisyah.
“Sekarang Bi, jangan suka menunda pekerjaan baik jika tidak ingin Allah memberikannya
pada yang lebih berhak!”
“Iya ustadzah …., sendiko dawuh!”
“Ihhh…, selalu ya kalau di kasih tahu!”
Bianka hanya tertawa melihat wajah kesal Aisyah.
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentarnya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Jangan lupa Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy Reading 🥰😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 384 Episodes
Comments
nenk 'yLa
ksian aisyah ma fahmi aplg fahmi mw ngehalalin aja ad halangan y glirn udh bs ktmu tau2 tr aisyah udh jd mlik alex
2022-07-13
1
Novika Riyanti
huuu seneng a lihat a...🤗🤗🤗
2022-03-16
0
Feby
rasanya gak rela kalo Aisyah gak sama gus Fammi
2021-12-29
1