Siang ini Aisyah sepulang dari rumah sakit segera mengajak Nino masuk ke dalan rumah,
Nino begitu lemah karena pengaruh cuci darah. Aisyah meninggalkan gus Fahmi di
depan.setelah memastikan Nino istirahat, Aisyah kembali ke luar menghampiri gus
Fahmi, bu Santi sudah kembali masuk.
“terimakasih yang gus, untuk hari ini!” ucap Aisyah setelah meletakkan segelas teh dingin di atas meja, “Minumlah!”
“Maaf saya puasa!”
“maaf, saya tidak tahu!” Aisyah segera mengambilnya kembali dan meletakkannya di dalam dan segera kembali menghampiri gus Fahmi, Aisyah sampai lupa kalau hari ini
hari kamis.
“Kalau begitu saya pulang dulu ya, salam buat ibu!” ucap Gus fahmi yang sudah berdiri.
“sekali lagi terimakasih untuk hari ini, sampaikan salam ku juga untuk Bu Nyai dan pak Kyai ya, maaf hari ini nggak bisa belajar di pesantren!”
“Iya, pasti akan aku sampaikan!” lagi-lagi gus fahmi tersenyum, “Assalamualaikum!”
“Waalaikumsalam!”
Gus Fahmi berlalu dari hadapan Aisyah, Aisyah hanya bisa menatap punggung pria
itu, ia hanya bisa berdoa yang terbaik untuk mereka.
Gus Fahmi kembali menghentikan langkahnya tepat sebelum membuka pintu mobil.
“Ais!”
“Ya?”
“Jika kamu sudah yakin, lusa aku akan datang bersama Abi!”
Aisyah terpaku, hatinya menghangat. Senyum Aisyah mengembang, ia tidak mampu
menolaknya lagi, Allah yang akan menjaganya dan keluarganya dengan rahmat yang
selalu Dia berikan.
“saya yakin!” ucap Aisyah lembut dengan senyum malunya. Gus Fahmi tersenyum senang mendengarkan ucapan Aisyah.
“Sampai jumpa lusa, assalamualaikum!”
“Waalaikum salam!”
Gus Fahmi dengan wajah sumringahnya masuk ke dalam mobil dan meninggalkan rumah
Aisyah. aisyah terus memperhatikan mobil itu hingga menghilang di makan jarak.
Senyum juga tidak bisa memudar dari bibir Aisyah, seperti ada kupu-kupu yang
sedang menarik di sekelilingnya hingga membuatnya hampir lupa jika ia harus
segera ke mini market.
Aisyah pun segera masuk ke dalam rumah dan menganti bajunya, ia sedang haid jadi hari
ini ia tidak puasa sunnah, biasanya ia juga tidak pernah meninggalkan puasa
sunah.
“Bu..., Aisyah berangkat dulu ya!”
“Iya…, hati-hati ya, jangan terlalu malam pulangnya!”
“Iya! Assalamualaikum!”
“Waalaikum salam!”
Aisyah menutup kembali rumahnya, walaupun ibu dan adiknya di dalam, ia tidak pernah
membiarkan rumah itu terbuka, karena setelah ini ibunya pasti juga tidur.
Aisyah pun melangkahkan kakinya dengan begitu ringan, ia sesekali menyapukan kakinya ke udara dengan senyum yang tak pernah
pudar. Tapi langkahnya terhenti saat ia melihat ada sebuah mobil yang terparkir
di depan rumah Nadin.
“Mbak Nadin kan sedang tidak di rumah, trus itu mobil siapa?”
Tak jauh dari mobil itu ia bisa melihat ada seorang pria dengan wajah dingin sedang
mengawasi rumah itu.
“Dia siapa?”
Aisyah berencana menghampiri pria itu, tapi segera ia urungkan saat melihat jam tangan
yang melingkar indah di tangannya.
“Astagfirullah …, aku terlambat!”
Aisyah segera mempercepat langkahnya melewati mobil dan pemiliknya itu begitu saja.
Tapi saat sudah berlalu, Aisyah kembali melihat ke belakang. Ia melihat pria itu melompati pagar yang tertutup itu.
“Apa-apaan tuh orang!” hampir saja Aisyah berbalik, tapi ia teringat kembali dnegan
pekerjaannya, bosnya sudah sangat baik memberinya pekerjaan walau hanya paruh
waktu, Aisyah pun menghilangkan prasangka buruknya sendiri,
“Ah …, itu mungkin hanya orang asuransi atau apa!” Aisyah pun segera meninggalkan
tempat itu. Walaupun sebenarnya perasaannya tidak tenang karena dialah yang di
beri tanggung jawab menjaga rumah itu selama di tinggal penghuninya.
“Assalamualaikum!”
sapa Aisyah pada pria tua yang sedang menunggu di meja kasir mini market itu.
“Waalaikum salam!”
“Maaf koh, saya terlambat!”
“Nggak pa pa, akoh juga sedang tidak sibuk, ya sudah kalau begitu akoh tinggal ya!”
“Iya koh!”
Pemilik
mini market itu adalah muslim keturunan Tionghoa, dia begitu baik. Istrinya
sudah meninggalkan sedangkan anak-anaknya tinggal jauh.
Setelah akoh Wan pergi, Aisyah menggantikannya di kasir, di mini market itu hanya ada dua karyawan. Mini market itu memang tidak terlalu besar tapi sangat ramai
karena harganya juga lebih miring di bandingkan dengan minimarket lainnya.
Aisyah tidak punya kesempatan untuk duduk jika jam-jam seperti ini, karena jam pulang
biasa di manfaatkan orang untuk berbelanja hingga menjelang isha’,
Aisyah begitu lihai menotal seluruh belanjaan dengan mesin kasir itu. Ia mengisi waktu
luangnya dengan membaca buku, membaca buku adalah kegiatan favoritnya.
Hingga menjelang magrib barulah toko sepi, aisyah meregangkan otot-ototnya yang terasa
begitu kaku. Ia kembali duduk dan melanjutkan bacaannya.
Ting
Lonceng berbunyi setiap kali ada yang masuk,
Aisyah segera bangun dari duduknya dan menyapa yang datang dengan menundukkan
kepalanya.
“Selamat datang, selamat berbelanja di toko kami!”
Tak ada sahutan dari orang yang masuk, sepertinya pelanggannya itu berlalu begitu
saja menuju ke rak belanjaan, Aisyah tidak peduli, itu sudah biasa jarang sekali orang yang mau menjawab sapaannya. Ia kembali duduk dan melanjutkan membaca.
Lima menit kemudian, seseorang sudah berdiri kembali di depan meja kasirnya dan
sepertinya menatap Aisyah begitu tajam.
“Niat kerja nggak?!” ucap pria itu sambil meletakkan sekaleng minuman di atas meja kasirnya. Aisyah segera meletakkan bukunya dan mendongakkan kepalanya.
Aisyah mengenali pria arrogant itu, “Tuan Alex!”
“Jika tidak niat bekerja, jangan buka toko!’
‘Maaf!”
aisyah segera mendekatkan kaleng itu ke mesin kasir. Ada dua kaleng di atas
meja itu.
“semua tiga puluh ribu!”
Pria arrogant itu adalah Alex, ia baru saja memantau rumah Nadin dan ternyata di
sana masih ada Rendi. Ia segera meninggalkan rumah Nadin dan mampir ke
minimarket yang kebetulan menjadi tempat kerja Aisyah. alex menyerahkan selembar
uang seratus ribuan.
“Ambil saja kembaliannya!”
“Tapi….!”
Ucapan Aisyah terhenti karena langkah Alex lebih cepat dari ucapannya, pria itu sudah
berada di dalam mobilnya saja. Aisyah hanya mendengus kesal.
“Tapi ini terlalu banyak! Cepat sekali dia jalannya!” gumam Aisyah.
Kini Aisyah harus menunggu hingga jam Sembilan, setelah tepat jam sembilan ia segera
menutup toko itu dan mengembalikan kuncinya pada koh wan dan menyerahkan hasil
jualan hari ini, ia tidak di gaji satu bulan sekali, tapi setiap kali ia datang
ia akan langsung di beri gaji, tidak seberapa memang tapi lumayan untuk makan
satu hari.
Aisyah segera pulang, saat hampir sampai di rumahnya ia masih bisa melihat mobil yangs
ama masih terparkir di depan rumah Nadin, kali ini Aisyah memberanikan diri untuk menghampirinya.
Ia mengintip pria itu di dalam mobilnya, “Dia tidur ya?” gumam Aisyah. aisyah pun
meninggalkan mobil itu dan menuju ke pagar rumah nadin, ia membuka gembok pagar
itu.
Sepertinya pria dingin itu terbangun karena suara gembok Aisyah. saat hendak membuka pagar tiba-tiba tangannya di genggam erat oleh seseorang.
“Nadin!” Ucap pria dingin itu dengan tangan
yang menggenggam erat tangan Aisyah hingga membuat Aisyah berbalik padanya.
“Maaf anda siapa?” Aisyah menajamkan matanya. Ia begitu kesal karena pria yang bukan mahramnya telah berani menyentuh tangannya.
“maaf …, maaf saya salah orang!” ucap pria dingin itu sambil melepaskan genggaman
tangannya.
Aisyah memundurkan langkahnya memberi jarak dari pria itu, “Anda siapa?”
“Apa ini rumahmu?” pria itu malah balik bertanya pada Aisyah membuat Aisyah
bertambah kesal. Jika pria itu malas untuk menjawab pertanyaannya makan Aisyah
pun juga tidak akan menjawab pertanyaan pria itu.
“Kenapa anda menanyakan rumah ini?”
“Saya hanya ingin tahu, di mana pemilik rumah ini!” pria itu sepertinya marah membuat
Aisyah sedikit takut apalagi dengan tatapan dinginnya itu membuatnya begitu
merinding.
‘Ini rumah kakak saya, jadi anda jangan macam-macam ya di sini, silahkan anda pergi
dari sini, jika tidak saya akan melaporkan ada pada aparat keamanan jika anda
mengganggu kenyamanan warga di sini!” Aisyah menggunakan senjata terakhirnya
dnegan mengancam pria yang ada di depannya itu.
“Baiklah!” pria itu sepertinya tidak mau ada
keributan, ia memilih berlalu meninggalkan Aisyah,
Beberapa hari yang lalu Nadin menghubunginya karena ia tidak bisa pulang, Alex memintanya untuk menginap. Nadin meminta Aisyah untuk menyalakan lampu rumahnya dan memeriksa keadaan rumahnya. Tapi saat bertemu dengan Alex, Aisyah malah lupa menanyakan soal Nadin.
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentarnya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Happy Reading 🥰🥰😘❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 384 Episodes
Comments
🌹 Aisah 🌹
next
2021-08-24
0
Fitry Caembna Ahsandi
aku nggk suka membhas kembali cerita nadin...dfokusin ke alek sma aisyah nya aja lo thor
2021-05-26
3
EkoNur Icha Icha
kasian aisyah jd tulang punggung keluarga ny
2021-05-07
4