Sudah sangat lama Alex mengajak Nadin berkeliling, ia sungguh tidak mau sampai Nadin dan Rendi bertemu saat ini.
aku harus meyakinkan Nadin ......
Alex terus memikirkan rencana, hingga ia menemukan sebuah rencana. Ia akan membawa Nadin dan baby El kerumahnya, urusan dengan nenek Widya akan ia urus belakangan yang terpenting baginya sekarang adalah agar Rendi tidak bisa menemukan mereka.
“Lex…, kita harus segera pulang, ini sudah malam. Lihat El juga sudah tidur. Aku
juga sangat capek!” ucap wanita bernama Nadin itu, Alex begitu mengaguminya. Semua itu berawal dari balas dendam Alex pada Rendi yang melibatkan Nadin. Saat itu Alex sengaja menculik Nadin, ia ingin melihat bagaimana menderitanya Rendi tanpa wanita yang di cintainya.
Rencana awalnya ia ingin sekali melenyapkan Nadin, tapi melihat ketulusan Nadin membuat hatinya bergetar, keras di hatinya seakan luluh karena wanita itu.
“Tapi kalian akan tinggal di rumahku!”
“Mana mungkin kami tinggal di rumahmu, kami bukan siapa-siapa kamu. Apa kata orang
nanti!” Nadin bersikeras untuk menolaknya. Tapi Alex tidak kehabisan akal.
“Sekali ini saja, percayalah padaku, semua demi kebaikan kalian!”
Nadin mengeryitkan keningnya, “Maksud kamu?”
“Ada orang yang sedang mengawasi rumah kalian!” Jawab Alex dengan mantap.
“Apa sangat berbahaya?”
“Bisa jadi!” sebenarnya Nadin sangat keberatan tapi ia juga harus memperhatikan
keselamatan baby El, ia tidak punya siapapun di sini, hanya Alex dan keluarga
Aisyah yang bisa ia mintai bantuan.
Alex juga terus memaksa, Alex mengajak Nadin dan baby El untuk menginap di rumahnya.
“Tapi besok pagi-pagi sekali segera antar kami pulang!”
“Jangan …, kalian garus menginap beberapa hari di sini!”
“Kenapa?” Tanya Nadin protes, ini tidak sesuai dengan rencana.
“Karena ….!”
“Iya, Karena apa?”
“Karena aku punya surprise untuk kalian besok pagi, karena surprise nya nggak bisa di
lakukan di rumah kalian!”
Alex tanpa pikir panjang langsung mengajak Nadin dan baby El menuju ke rumahnya, kali ini Nadin hanya pasrah dengan perasaan kesalnya.
Nadin segera turun dari mobil saat mobil sudah berhenti sambil menggendong baby El yang sudah tidur.
"Nad ....., Nad ....., Jangan marah seperti itu!$" ucap Alex sambil mengejar Nadin.
“Terserah kau saja lah …, aku dan baby El mau istirahat, jadi aku harus ke mana?” Nadin
mengedarkan pandangannya ke rumah yang cukup besar itu, rumah itu besar tapi
hanya di huni oleh seorang alex, sungguh sepi sekali.
Alex tersenyum, setidaknya wanita itu tidak marah padanya.
“Merry akan mengantarkan kalian ke kamar kalian!”
Alex memanggil merry. Merry begitu senang karena bisa melihat Nadin kembali. Selama
ini Alex tidak pernah membawa Nadin ke rumahnya, ini untuk pertama kalinya.
“Nona…, bagaimana kabar nona?” Merry adalah pelayan yang menjaga Nadin selama Nadin menjadi tawanan Alex, dia jugalah yang membantu Nadin meloloskan diri dari Alex saat itu. Berkat bantuannya ia bisa bertemu dengan Rendi.
“Saya baik, Merry!”
“Putra anda begitu tampan!”
“Terimakasih!”
*****
Setelah Marry dan Nadin meninggalkan Alex, alex segera keluar dari rumah, seseorang
sudah menunggunya di luar.
“Bagaimana?”
“Maaf tuan, tapi pria itu tidak meninggalkan rumah itu!”
"Sial ....., keras kepala sekali dia!" umpat Alex dengan tangan yang mengepal sempurna dan ia pukulkan ke udara.
“tetaplah pantau rumah itu, jika sudah aman beri tahukan padaku!”
“baik tuan, kami permisi!”
Orang itu segera meninggalkan Alex, wajah Alex terlihat begitu cemas. Matanya
menerawang, seperti sedang memikirkan sesuatu.
“Kenapa secepat ini? Aku sudah berusaha sampai sejauh ini, bagaimana aku bisa melepaskannya begitu saja, mereka milikku!”
*****
Hari ini jadwal Nino untuk cuci darah, Aisyah sengaja tidak pergi ke kampus. Bu
Santi juga tidak jualan.
“Bu sudah siapa?” tanya Aisyah memastikannya,
“Sudah, kita jadwalnya pagi jadi segera berangka saja!”
“Iya …!”
Mereka pun segera mengunci pintu, saat hendak meninggalkan rumah tiba-tiba seseorang muncul dari ujung jalan.
“Assalamualaikum!”
“Waalaikum salam!”
Dia adalah gus Fahmi, bu Santi yang belum mengenal gus Fahmi hanya bisa mengerutkan
keningnya bingung karena pagi-pagi kedatangan tamu.
“kenalkan bu, saya Fahmi. Putra Kyai Abdul hamid!”
“Gus Fahmi …, ada apa ya kok tiba-tiba ke sini?” bu Santi heran karena kedatangan gus Fahmi ke rumahnya, siapa yang tidak kenal dengan gus Fahmi, pria yang di gadang-gadang akan menggantikan Kyai Abdul Hamid untuk memimpin pesantren.
“kata Abi kalian kana ke rumah sakit, saya di minta abi buat mengantar kalian!”
Aisyah hanya bisa diam, ia masih takut jika sampai gus Fahmi mengutarakan maksudnya. Ia belum siap mengatakannya pada ibunya.
“tidak perlu repot begitu!” bu Santi merasa tidak enak.
Gus Fahmi tersenyum, sesekali mencuri pandang pada Aisyah yang sedang menggandeng adiknya.
“Insyaallah tidak merepotkan bu, mari!”
"Baiklah jika begitu, ucapkan terimakasihku pada pak Kyai. Pak Kyai sudah sangat baik pada keluarga saya!"
Akhirnya bu Santi pun menerima tumpangan dari gus Fahmi.
Kini mereka pun naik ke dalam mobilnya. Nino duduk di samping gus fahmi sedangkan Aisyah dan bus anti duduk di kursi belakang. Yang melakukan percakapan hanya gus Fahmi dan bus anti, bu Santi banyak bertanya tentang kabar pak Kyai dan pendidikan gus fahmi.
Sedangkan Aisyah hanya bisa mencuri pandang pada pria berwajah teduh itu. Ia tidak berani bertanya apapun sebelum gus Fahmi bertanya sendiri. Ia teringat bagaimana
pesan-pesan yang di kirimkan gus Fahmi membuat hatinya bergetar.
Akhirnya mereka sampai juga di sebuah rumah
sakit tempat biasa Nino melakukan cuci darah. Gus fahmi ikut menemani mereka
menunggu proses cuci darah Nino. Saat seperti ini adalah saat yang paling mendebarkan bagi mereka.
Tak terbayang betapa menderitanya Nino di dalam, ia pasti sangat kesakitan saat melakukan cuci darah.
“Minum bu!” gus fahmi menyerahkan sebotol air mineral untuk bu Santi dan Aisyah. Entah
sejak kapan gus Fahmi meninggalkan mereka, tiba-tiba sudah kembali dengan air
mineralnya.
“terimakasih nak fahmi!”
“sama-sama bu!”
Aisyah hanya bisa tersenyum melihat betapa baiknya gus fahmi bukan cuma perhatian
dengannya tapi juga dengan ibunya. Sungguh menantu idaman.
“Ibu ke toilet dulu ya, kamu tetap di sini ya! Tanyai kalau dokter keluar!” ucap bu Santi, ia sepertinya sudah sangat kebelet. Dengan sedikit berlari meninggalkan Aisyah dan gus Fahmi.
“Iya ibu!”
Setelah bu Santi pergi ke toilet, kini di tempat itu tinggal Aisyah dan gus Fahmi. Aisyah hanya bisa diam menunduk, bukan karena ia takut tapi ia belum bisa menjawab pertanyaan gus Fahmi.
Gus Fahmi memilih duduk berjarak dengan Aisyah, gus fahmi memperhatikan Aisyah yang
terus menunduk. Membuat jantung Aisyah bergetar lebih keras, rasanya seperti kehabisan oksigen, udaranya menjadi sangat panas, sesekali Aisyah mengusap peluh yang melekat di bawah hidungnya.
“Aisyah!”
“Iya?” jawab Aisyah dengan gemetar, ia tidak menyangka duduk dekat dengan gus Fahmi bisa membuatnya seperti ini.
“Maaf jika permintaanku kemarin sangat memberatkan mu! Tapi percayalah bersungguh-sungguh dengan ucapan ku!”
Aisyah tahu apa yang gus Fahmi maksud, tapi ia mencoba pura-pura tidak mengerti, ia belum siap menjawabnya.
"Maksud gus Fahmi?"
"Aku tahu mungkin kamu belum yakin terhadapku, semoga nanti kita di takdirkan berjodoh!"
"Maafkan Aisyah, gus!"
"Ya aku ikhlas jika kamu menolak lamaran ku!"
Mendengar nada kecewa dari gus Fahmi membuat Aisyah tidak tega, ia juga tidak mungkin semudah itu melepaskan pria yang jelas-jelas baik dari segi agama, akhlak dan nashab-nya. Wanita bodoh mana yang akan menolaknya.
“Maaf gus…, bukannya menolak tapi ....!"
"Apa?"
"aku hanya tidak bisa meninggalkan mereka, aku harus memastikan jika mereka baik-baik saja!”
“Apa kau tidak percaya sama Allah?”
“Hahhh?”
Aisyah tidak mengerti dengan ucapan gus Fahmi.
“mensyukuri apa yang ada sekarang adalah hal penting, hanya allah yang tahu apa yang akan
terjadi di balik semua musibah ini, karena Allah paling tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya.”
“Astagfirullah …, lama aku terpuruk dengan berprasangka buruk pada Allah mungkin Allah semakin menjauhiku sekarang!”
“Semakin kamu mengeluh maka Allah akan semakin jauh padamu!”
Aisyah terpaku di buatnya, ia menyadari kesalahannya ternyata begitu besar hingga ia
melupakan nikmat yang telah di berikan oleh Allah. Saat bu Santi kembali kini
giliran gus Fahmi yang harus pergi, ia mendapat telpon dari kampus dan permisi
untuk bicara di luar sebentar. Kini Aisyah dan bus anti kembali duduk berdua.
Bersambung
Aku kasih dua lagi ya, semoga bahagia
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentarnya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy Reading 🥰😘❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 384 Episodes
Comments
Lili Adelia
ceritanya agk rumit yah...
2022-01-07
0
᪙ͤæ⃝᷍𝖒ᵗᵃʳⁱ♡⃝𝕬𝖋🦄❁︎⃞⃟ʂᶬ⃝𝔣🌺
Lnjuttt lagi ka thorrr
2021-10-08
0
muthia
kok br ngeh klau ini istrix rendi
2021-09-19
1