Setelah pukul delapan barulah ibu Santi datang dan menggantikan aisyah. setelah ibunya
datang, Aisyah segera bergegas untuk pulang, hari ini ia punya kuliah pagi.
“Nino …, kamu nggak sekolah?’ tanya Aisyah saat melihat adiknya masih di rumah sudah
jam setengah Sembilan.
‘Nggak kak, badan Nino masih lemah!” Nino kemarin baru saja melakukan cuci darah, akan
butuh waktu lama untuk kembali pulih paska cuci darah dan gurunya pun memakluminya, mereka tidak pernah menuntut Nino untuk masuk sekolahan seperti anak-anak yang lainnya.
Walaupun jarang masuk sekolah, prestasi Nino juga tidak pernah mengecewakan, ia selalu mendapatkan sepuluh besar.
Karena gagal ginjal yang di derita Nino sejak kecil inilah yang menyebabkan keluarga
Aisyah harus bekerja keras untuk mencari uang. Mereka membutuhkan uang banyak
untuk pengobatan Nino, Dokter juga menganjurkan untuk segera melakukan pencangkokan ginjal, tapi uang untuk itu belum terkumpul.
“ya sudah mbak berangkat ya, hati-hati di rumah, istirahat saja nggak usah
pergi-pergi!”
“Iya mbak!”
“Assalamualaikum!”
“Waalaikum salam!”
Setelah berpamitan dengan adiknya, Aisyah seperti biasa berjalan kaki menuju ke gang
depan, gang yang berlawanan dengan tempatnya berdagang. Ia sedikit mempercepat
langkahnya karena hari ini waktunya dia untuk presentasi. Ia bahkan belum
mempelajari materinya.
“mang berhenti …!” teriak Aisyah saat melihat Angkot tepat berhenti di depannya,
dengan cepat Aisyah masuk ke dalam angkot, ia mencari tempat duduk yang masih
kosong, tepat berada di ujung kursi panjang itu. Ia sedikit bernafas lega
sambil melihat jam tangannya memastikan jika nanti ia tidak akan terlambat.
“assalamualaikum!” sapaan seseorang membuatnya mendongakkan kepalanya pada sumber suara. Senyumnya mengembang setelah ia tahu siapa yang menyapanya.
“waalaikum salam!”
“Kita bertemu lagi, jodoh kali ya …!” ucap gus Fahmi yang duduk tepat di depan
aisyah. sebenarnya Aisyah sedikit heran saat dengan gus Fahmi, padahal pak Kyai
punya mobil pribadi dan juga punya motor, tapi gus fahmi malah memilih naik
angkutan umum.
“Gus Fahmi bisa saja!”
Tapi kalau Allah memang menakdirkan
berjodoh, siapa yang tidak suka berjodoh dengan orang seperti gus Fahmi sudah
sholeh, ganteng lagi ….
“Kuliah ya?’ tanya gus Fahmi lagi.
‘Iya!”
“Semoga kita di pertemukan lagi!”
Aminnn ….! Aisyah hanya bisa mengamininya
dalam hati.
“Semoga apa yang di katakan oleh hatimu di ijabahi oleh Allah …!’ ucap gus fahmi lagi,
membuat Aisyah tercengang.
“hahhh …!”
Akhirnya angkot mereka berhenti tepat di depan kampus tempat Aisyah kuliah. Ia segera
turun dan menyerahkan selembar uang seperti biasanya, saat angkot sudah meninggalkannya ternyata angkot itu juga meninggalkan pria yang bersamanya di angkot tadi.
Aisyah mengurungkan niatnya untuk berjalan saat menyadari ada orang lain yang ikut
turun, “Gus Fahmi juga turun di sini?”
Gus Fahmi tersenyum, “Mungkin Allah sudah mengijabahi do’a kamu, makanya aku di
sini!”
Aisyah hanya bisa tersenyum dengan pipi yang berona merah, entah kenap kata sederhana
itu mampu menggetarkan hatinya.
“Sya …!” seseorang menyadarkan mereka, itu adalah Bianka sahabat Aisyah. Aisyah
segera menormalkan kembali hatinya.
“Asalamualaikum, Bi!”
“Waalaikum salam, Sya!” senyum Bianka mengembang saat melihat siapa yang berada di samping sahabatnya itu, pria idola kampus.
“Gus Fahmi …!”
“Teman Aisyah ya?”
“Iya …, kenalkan!” ucap Bianka dengan penuh semangat, ia mengulurkan tangannya tapi
Gus fahmi segera mengatupkan kedua telapak tangannya di depan dada.
“Ups …, maaf …! Saya sahabatnya Aisyah, Bianka. Gus Fahmi bisa panggil aku dengan
nama apa aja!”
“Bian?”
“kenapa kesannya jadi kayak manggil cowok sih gus!” keluh Bianka saat gus Fahmi
memutuskan memanggilnya dengan Bian.
“Tapi lucu, kalau begitu say permisi dulu ya, sampai jumpa di lain waktu.
Assalamualaikum!”
“Waalaikumsalam!”
Kedua gadis itu menatap punggung pria teduh itu dengan segala pemikirannya sendiri.
Setelah punggung pria itu tak terlihat lagi karena terkikis oleh jarak, Bianka
segera menoleh pada Aisyah.
“Sya …, gimana?”
Aisyah mengerutkan keningnya, “Maksudnya?”
“Gimana bisa sedekat itu sama gus Fahmi?”
“Mau tau banget atau mau tahu aja?!” ucap Aisyah dnegan senyum menggodanya.
“Ahhhh…, Ais ….!”
“Sudah ah …, ayo masuk kelas, tinggal lima menit lagi kan!”
Aisyah pun segera menarik tangan sahabatnya itu, ia hampir saja melupakan presentasinya karena terlalu mengagumi pria yang sudah membuat hatinya terusik itu.
Langkahnya terhenti tepat di depan pintu kelasnya, sudah ada dosen di dalam kelasnya, tapi bukan karena ada dosen tapi siapa dosen itu. Dosen yang berada di dalam
kelasnya itu adalah pria yang barus aja berbicara dengannya, gus Fahmi.
“Sya…., gus fahmi dosen kita, atau teman satu kelas kita?”
“Bi…, kalau di depan kayak gitu, sepertinya dosen!”
Mendengar bisik-bisik di luar, gus Fahmi melihat ke luar, ia kembali tersenyum. Senyum
itu yang selalu membuat siapapun yang melihatnya berasa teraliri aliran air es,
adeeeem …
“Silahkan masuk!”
Aisyah dan Bianka hanya saling tersenyum dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam
kelas.
“Assalamualaikum, ustad. Maaf kami terlambat!”
“waalaikumsalam …, silahkan duduk!”
Hari ini kelas tampak ramai, banyak mahasiswi penyusup adri prodi lain yang ikut
bergabung hanya untuk melihat wajah tampan dari dosen baru mereka, gus fahmi.
Untung saja hari ini hari pertama gus Fahmi mengajar, jadi jadwal presentasi Aisyah di
undur, Gus Fahmi memperkenalkan diri dan menyampaikan beberapa materi tentang
budaya islam.
Gus Fahmi begitu luwes menerangkan tentang sejarah islam, karismanya begitu
memikat, suaranya enak di dengar, wajahnya sejuk di pandang dan senyumnya
menggoyahkan hati siapapun yang melihatnya.
“Uhti Bian, bisa menjelaskan tentang bagaimana masuknya islam ke Andalusia?” Bianka yang sibuk mengagumi ketampanan pria yang sedang berdiri di depan itu, ia
tergagap segera, dengan wajah paniknya Biankan hanya bisa menyenggol pundak
Aisyah.
“Ustad …, sepertinya Aisyah bisa menjelaskannya, iya kan Sya?” Bianka meminta Aisyah untuk menjelaskannya, ia berkedip dengan cepat pada Aisyah membuat Aisyah menggelengkan kepalanya.
“Bagaimana, siapa yang mau menjelaskannya?” tanya gus Fahmi.
“Berarti boleh kan Ustad jika yang jelasin Aisyah?” tanya Bianka begitu senang, gus
Fahmi pun mengangguk.
“Sialahkan berdiri, Aisyah!”
Aisyah pun dengan ragu berdiri, ia tersenyum dengan wajah polosnya. Bukan karena ia
tidak bisa tapi tidak enak menjadi pusat perhatian teman-temannya sekelas.
“Islam pertama kali datang ke
Spanyol pada pertengahan abad ke-7. Akan tetapi, dalam perjalanan sejarah,
Spanyol menjadi negara Katolik sehingga banyak di antara Muslim Spanyol yang
kehilangan identitasnya atau bermigrasi ke negara lain. Kebangkitan kembali
Islam di Spanyol dimulai pada tahun 1970s. Kejayaan Islam di Spanyol
berlangsung sekitar abad 7-10 Masehi ketika pemerintahan Islam berpusat di
Andalusia. Andalusia pada masa itu merupakan pusat pendidikan dunia dan
kebudayaan dunia. Ibn Sina (Avicenna) ahli kedokteran, Ibn Rushd (Averroes)
ahli astronomi dan matematika, serta Al-Kwarizmi (Algorizm) penemu angka 0
(nol) dan algoritma merupakan beberapa ilmuwan Muslim yang dididik di
Andalusia. Bangunan-bangunan bersejarah seperti Istana Al-Hambra, Masjid Raya
Cordoba, dan Medinat Az-Zahra (Istana Khalifah) merupakan masterpiece
arsitektur dunia saat itu. Pada periode yang bersamaan, negara-negara di Eropa
justru tengah mengalami keterbelakangan dalam berbagai bidang, sehingga periode
tersebut dikenal dengan “the Dark Age”. Islam di Andalusia mulai mengalami
kemunduran ketika Sultan Abdulrahman ke-3 meninggal dunia pada abad 11 Masehi.
Ia digantikan oleh putranya yang masih kecil dan belum berpengalaman. Hal ini
memicu perebutan kekuasaan oleh berbagai pihak baik Muslim maupun
non-Muslim.Tercatat sekitar 20 kerajaan kecil berkuasa secara silih berganti di
daerah Andalusia sesudah pemerintahan keluarga khalifah Abdurrahman berakhir.
Islam di Spanyol pun mulai mengalami kemunduran. Demikian juga dengan
pendidikan dan kebudayaan Islam.”
Aisyah menjelaskannya dengan
sangat gambling, Gus Fahmi tersenyum bangga pada gadis itu, entah kenapa pesona
Aisyah tidak kalah dengan putri Kyai-Kyai.
“Bagus…, penjelasannya. Semoga penjelasan dari Aisyah bermanfaat untuk kalian semua!”
Gus Fahmi pun segera mengakhiri pelajarannya, jam kuliah berakhir. Tapi kesempatan itu di gunakan oleh anak-anak perempuan untuk mendekati gus fahmi dengan
bertanya banyak hal. Aisyah hanya menghela nafas, ia berharap pria yangs edang
di kerubuti para mahasiswi itu akan melihatnya sebentar saja.
“Senyum dikit dong Gus …!” gumam Aisyah. seperti apa yang di katakan gus fahmi tadi
pagi, Allah akan mengabulkan doa Aisyah, Gus fahmi menoleh pada Aisyah dan
tersenyum saat langkahnya hendak keluar melewati pintu, hati aisyah menghangat
melihatnya.
spesial visual
Aisyah
Visual Alex
Visual gus Fahmi
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentarnya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy Reading 🥰🥰😘❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 384 Episodes
Comments
Fitria irani Ira
visualnya kurang cocok, boleh diganti gak...wkwkwk
2024-02-23
0
Erlina Gita
visualnya kurang cocok kak hihihi
2023-02-18
0
Novika Riyanti
kayak es teh manis ya...
adeeemmm...
manisss...
aduuhhh....,🤗😄
2022-09-21
1