Alex mengajak nenek Widya untuk segera masuk ke dalam mobil setelah mengucapkan
salam pada pak Kyai dan bu Nyai.
"Langsung ke rumah nenek kan?" tanya Alex sebelum mobil itu mulai berjalan.
"Kenapa kamu seakan-akan takut jika nenek ke rumah kamu, atau jangan-jangan kamu membawa pulang wanita itu dan anaknya ya?" nenek Widya begitu curiga dengan sikap Alex.
"Nenek ...., bukan seperti itu, Alex besok harus ke Jakarta, ada pekerjaan penting!"
"Nenek nggak suka ya kamu terus mengurusi mereka, mereka itu punya keluarga sendiri!"
"Iya nek, Alex mengerti!"
Kali ini nenek Widya tidak lagi menanggapi ucapan Alex, ia tahu jika cucunya itu hanya ingin membuatnya senang saja dengan mengatakan ya.
"Ayo jalan!" perintah Alex.
"Baik tuan!"
Mereka memutar mobilnya meninggalkan pesantren.
Sepanjang jalan nenek Widya memberikan banyak wejangan pada cucunya itu. Tapi Alek tetaplah Alex, ia tetap dengan sikap arrogantnya, tidak mempedulikan orang
lain. Apa yang di anggap benar tetaplah benar.
“Kamu jangan terlalu kaku kayak gitu, nggak ada yang bakal mau nikah sama kamu jika
sikapmu seperti itu! Ingat nanti kalau ada cewek yang dekat sama kamu
bersikaplah yang manis!”
“Nek, sudahlah …, Alex tidak tertarik!"
"Jangan bilang kalau kamu mau mengejar cinta wanita yang bernama Nadin itu!?"
"Nenek ...., bertemulah dengannya sesekali, nenek akan menyukainya!"
"Nenek tidak membenci wanita itu, tapi nenek membenci keputusanmu untuk menahannya tetap bersamamu!"
"Alex sudah dewasa nek!"
"Tapi kamu belum dewasa dalam menentukan pasangan hidupmu, jadi nenek memutuskan untuk mencarikannya untukmu!"
"jadi itu rencana nenek sama pak Kyai tadi?”
“Iya…, nenek nggak mau kamu terus mikirin anaknya orang! Bikin anak sendiri, jangan
di kira nenek nggak tahu ya apa yang kamu pikirkan!”
Alex hanya mendengus kesal tapi ia tidak bisa marah pada neneknya. Ia masih sangat
berharap bisa terus bersama beby El, bagaimanapun caranya. Tapi status Nadin yang masih menjadi istri Rendi membuatnya berpikir dua kali untuk mengutarakan perasaannya pada Nadin.
🌺🌺🌺🌺
Harusnya Aisyah sudah pulang sejak satu jam yang lalu, tapi karena acara tadi membuatnya tidak enak langsung pulang tanpa membatu Nyai Sarah untuk beres-beres.
Karena sudah malam, aisyah pun berpamitan pada Nyai Sarah, ia tidak mungkin menginap
di pesantren karena ia sudah berjanji pada ibunya akan segera pulang untuk menjaga
adiknya.
“Kamu beneran mau pulang Nak? Nggak nginep saja di sini, biar saya yang bilang sama
ibu kamu!” ucap Nyai Sarah, ia begitu khawatir jika sampai Aisyah pulang seorang diri malam-malam begitu.
“Maaf Ummi…, saya sudah janji sama ibu untuk pulang!”
“Ya kalau begitu, kamu bawakan ini untuk adik kamu ya!" Nyai sarah menyerahkan sebuah rantang yang berisi lauk pauk dan sayur.
"Nggak perlu repot-repot, ummi!"
"Ini nggak repot, malah ummi tadi yang ngrepotin kamu!"
"Terimakasih ummi, kalau begitu Aisyah pamit ummi!"
"Jangan pulang sendiri, kamu pulangnya biar di anter sama Fahmi saja ya!”
“Hah …., jangan ummi. Biar saya pulang sendiri!” ia tidak mungkin menerima tawaran
itu walaupun hati kecilnya mau. Tapi pasti gus Fahmi tidak mau, mereka bukan
muhrim, tidak mungkin jalan berduaan di malam hari lagi.
“Jangan khawatir, ummi tahu apa yang kamu pikirkan! Bukan cuma sama Fahmi, ummi akan
minta Ratna juga untuk menemani kalian!”
Ratna adalah sepupu gus Fahmi, tapi ia jarang di pesantren karena sedang kuliah
semester akhir, banyak sekali tugas yang harus ia kerjakan.
Nyai Sarah pun memanggil Ratna dan juga gus Fahmi, sebenarnya Aisyah merasa tidak
enak tapi ia juga tidak mampu menolak permintaan Nyai Sarah. Untung saja gus
Fahmi sudah selesai tausyiahnya jadi bisa mengantar Aisyah.
"Antarkan Aisyah pulang ya!" perintah Nyai Sarah saat gus Fahmi menghampiri mereka. Gus Fahmi segera menatap Aisyah, tapi dengan cepat Aisyah menundukkan tatapannya.
Belum sampai gus Fahmi menyanggupi, seseorang dari arah dalam mengucapkan salam, "Assalamualaikum, ummi!"
"Waalaikum salam!"
"Alhamdulillah kamu sudah datang, ummi minta tolong ya!"
"Minta tolong apa ummi?"
"Tolong temenin mas kamu nggantar Aisyah!"
"Siap ummi!"
Dia adalah Ratna, walaupun usianya lebih tua dari Aisyah, tapi mereka sangat akrab. Selain bertemu di pesantren mereka juga kerap bertemu dalam sebuah organisasi kampus.
“Mari….!” Ucap gus Fahmi mempersilahkan Aisyah dan Ratna untuk berjalan lebih dulu.
“Saya ambil sepeda dulu Gus!” ucap aisyah tanpa berani menatap pria berwajah teduh
itu.
“Biar saya saja yang membawa sepedanya, kalian jalan saja!” ucap gus Fahmi sambil
mengedarkan tatapannya. “yang mana sepedanya?”
“Itu!” tunjuk Aisyah pada sepeda yang sedang bertengger di pohon dekat pos satpam. Gus
Fahmi pun berjalan mengambil sepada itu. Aisyah dan Ratna lumayan akrab, mereka
juga sering melakukan kegiatan keagamaan di kampus.
Aisyah dan Ratna saling ngobrol asik sepanjang jalan dan sesekali gus Fahmi pun ikut menimpali, setelah mengenal gus Fahmi tidak sesuai dengan yang Aisyah pikirkan,
Aisyah pikir yang namanya Gus Fahmi itu orangnya suka serius tapi ternyata ia
juga suka bercanda, membuat suasana berjalan mereka cukup cair, tidak kaku
seperti yang ia bayangkan sebelumnya.
Akhirnya mereka sampai juga di depan rumah aisyah.
“Sudah sampai!” ucap aisyah, gus Fahmi mengamati rumah Aisyah yang sudah gelap itu.
“Sepertinya ibu kamu sudah tidur!” ucap gus Fahmi setelah meletakkan sepedanya. Aisyah pun melihat memang rumahnya sudah gelap, tapi tak biasanya ibunya tidur. Jelas saja ini sudah pukul sepuluh, pasti ibunya sudah berangkat ke pasar untuk berbelanja, Aisyah jadi membayangkan Nino, bagaimana keadaan Nino? Dia pasti ketakutan dalam tidurnya.
“Iya mungkin! Biar nanti Ais saja yang bilang sam ibu!” ucap Aisyah melihat kecemasan
di wajah pria itu.
“Apa tidak apa-apa?” tanya Gus Fahmi masih enggan meninggalkan aisyah karena uminya
sudah menyerahkan tanggung jawab mengantar Aisyah hingga menemui ibunya.
Aisyah pun mengangguk.
“Baiklah…, kalau begitu kami pulang. sampaikan salam ku pada ibumu!”
Sebenarnya mau mengatakan jangan, tapi bibirnya tak mampu berucap hal itu.
“Iya!”
“Assalamualaikum!”
“Waalaikum salam!”
Aisyah menatap punggung gus Fahmi dan Ratna hingga menghilang di balik gelapnya malam, setelah mereka tidak terlihat lagi barulah aisyah masuk ke dalam rumah.
Sepanjang jalan Ratna terus menggoda gus Fahmi, mereka sudah seperti adik kakak, Ratna
adalah putri dari adik Kyai Abdul Hamid yang berada di jawa barat yang bernama
Kyai Hanafi, Kyai Hanafi juga mendirikan pesantren di sana, Ratna sengaja di
kirim ke Surabaya supaya bisa belajar ilmu agama dari pak puh-nya.
“Mas Fahmi suka ya sama aisyah?” tanya Ratna di tengah candaannya. Mendengar
pertanyaan itu gus Fahmi terdiam, ia tidak bisa mengingkari jika ia juga mengagumi gadis itu, tapi ia tidak mau kekagumannya pada makluk Allah melupakan cintanya pada Allah.
“Iya kan?” tanya Ratna lagi memastikan!”
“Mas nunggu keputusan allah saja!” ucap gus Fahmi sabil tersenyum menatap adik
sepupunya itu.
“Maksudnya?”
tanya Ratna tidak mengerti, memang gus Fahmi suka sekali bicara dengan penuh
isyarat.
“Bersabar dan ikhtiar, jika dia memang yang di takdirkan berjodoh dengan ku, makan allah
akan mendekatkannya!”
“Gimana mau dekat kalau mas Fahmi nggak berusaha!”
“Jangan khawatir, karena seringkali yang di kejar-kejar menjauh dan yang tak sengaja
mendekat akan menetap!”
“romantis banget mas Fahmi ini, aku yakin aisyah juga menyimpan rasa sama mas fahmi!’
“jangan sok tahu!”
“Beneran mas, beberapa kali aku melihat Aisyah mencuri pandang sama mas Fahmi, percaya deh sama Ratna!”
‘percaya itu sama Allah, bukan sama kamu! Assalamualaikum!” ucap gus Fahmi sabil
berlalu meninggalkan Ratna karena mereka sudah memasuki gerbang pesantren,
Ratna harus kembali ke kamarnya bersama santriwati-santriwati yang lain,
sedangkan gus Fahmi menuju ke dalam.
spesial visual gus Fahmi
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentarnya ya kasih Vote juga yang banyak ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 384 Episodes
Comments
Nur hikmah
ganteng....
2021-09-14
0
mee
astaga thor... aku baru nyadar ini Nadin nya si Rendi si manusia kulkas. ternyata oh ternyata aku terlalu larut dalam cerita dokter frans sampek gak tengok karya lainmu thor...
semangat thor....
2021-07-14
2
Yani Nurhasanah
suka visual nya pas banget
2021-06-24
1