Namanya Aisyah Ratna Anjani, ia biasa di panggil Ais atau Sya, sebenarnya Aisyah bukan tipe cewek yang ribet, ia tidak pernah mempermasalahkan panggilan untuknya asalkan menurutnya baik.
Gadis yang selalu mengenakan hijab semenjak duduk di bangku SD itu tinggal bersama seorang ibu dan adik laki-lakinya. Aisyah tinggal di keluarga yang tidak religius, bahkan ibunya tidak pernah mengerti cara mengaji walaupun begitu tapi tekatnya untuk terus mendalami ilmu agama tidak pernah pudar.
Di sela-sela waktu luangnya selalu ia habiskan dengan memperdalam ilmu agama dengan membaca beberapa buku agama atau menghadiri pengajian di pesantren yang berada tidak jauh dari rumahnya.
Selain mendengarkan pengajian, setiap satu minggu sekali ia selalu menyempatkan untuk belajar ngaji di pesantren yang sama karena pesantren itu adalah pesantren yang terdekat dari rumahnya.
Mereka hanya tinggal bertiga, ayahnya meninggal ketika ia masih duduk di bangku SD dan saat itulah asal muasal ia mulai mendalami ilmu agama, ia ingin mendoakan ayahnya yang telah tiada.
Saat itu adiknya masih dalam kandungan ibunya. Ayahnya meninggal karena sakit stroke. Semenjak saat itu ibunya menjadi singel parent, ibunya bernama bu Santi. Sepeninggal ayahnya, bu Santi menyambung hidup dengan berjualan rujak cingur, ayahnya tidak meninggalkan harta apapun kecuali sebuah rumah yang sedang ia tinggali, untung saja saat itu ayah dari Dini, saudara sepupunya membantu bu Santi dengan memberikan modal untuk berdagang.
Karena ibunya yang masih punya bayi, sesekali Aisyah harus membatunya. Karena kebiasaan itu kini berlanjut hingga dewasa, Aisyah dengan kebiasaannya membantu ibunya.
Adiknya bernama Nino, saat ini Nino
sudah sekolah SD. Bu Santi membutuhkan banyak uang karena setiap bulan Nino harus melakukan cuci darah ke rumah sakit, ia menderita gagal ginjal bawaan.
Dia dan ibunya harus bekerja keras untuk itu, maka Itulah kenapa ia harus bekerja paruh waktu untuk membantu keperluan keluarganya selain membantu ibunya jualan rujak cingur, ia juga bekerja di kafe seusai kuliah.
Karena kekurangan biaya, Ia hampir saja tidak bisa melanjutkan kuliahnya, tapi untung saja ia mendapat beasiswa sehingga biaya kuliahnya gratis hingga lulus. Akhirnya ibunya
mengijinkannya untuk kuliah.
🌺🌺🌺
Da’dha ashar Aisyah punya jadwal mengaji di pesantren, sebenarnya enggan berpamitan pada ibunya yang sedang istirahat, tapi jika tidak berpamitan, pasti ibunya akan mencarinya karena nanti malam ibunya akan pergi ke pasar
untuk berbelanja.
Akhirnya Aisyah memberanikan diri membangunkan ibunya.
"Bu ...., bu ...!" dengan pelan dan suara lembutnya ia membangunkan ibunya. Merasa ada yang sedang membangunkannya, bu Santu mulai membuka matanya.
"Iya?"
“Bu …, aku ke pesantren dulu ya, insyaallah nanti ba’da isyak sudah pulang!”
“Iya …, jangan malam-malam ya, kasihan adikmu nanti kalau di tinggal sendiri!”
“Iya bu, assalamualaikum!”
“Waalaikum salam!”
Sudah beberapa tahun Aisyah selalu datang ke pesantren jadi tidak aneh jika seluruh
penghuni pesantren mengenalnya. Sampai bu nyai dan pak kyai pun sering meminta
bantuan padanya untuk beberapa hal termasuk mengajar beberapa santri junior.
Seperti biasa, aisyah mengayuh sepedanya untuk sampai di pesantren. Sesampai di gerbang pesantren seperti biasa pak satpam akan menyapanya dengan ramah karena di
sanalah aisyah akan menitipkan sepedanya.
‘Neng aisyah, kebetulan sudah datang, bu nyai tadi mencari neng Ais loh!”
“Ada perlu apa ya mas?” tanya aisyah was-was.
“Tidak tahu neng. Coba saja langsung ke ndalem…!”
“baiklah mas, saya masuk dulu ya …!”
Aisyah pun langsung menuju ke ndalem, ndalem adalah rumah utama bagi pak kyai dan bu nyai. Di sanalah keluarga inti tinggal.
Aisyah dengan langkah pelannya menuju ke ndalem, terlihat rumah itu masih sepi. Ia melihat sekelilingnya, tapi tidak ada siapapun, walaupun sudah sering masuk ke rumah itu, tapi rasa deg degan selalu
ada setiap kali bu nyai memanggilnya.
Karena dekatnya ia dengan bu nyai,sampai bu nyai memintanya memanggil umi. Ummi Sarah,
bu nyai dan pak kyai tidak punya anak perempuan makanya mereka sangat sayang
pada Aisyah. apalagi Aisyah memiliki perangai yang lembut dan penyayang.
Tok tok tok
Akhirnya Aisyah memberanikan diri mengetuk pintu. Dan mengucapkan salam. Setelah
mengucapkan salam terdengar sahutan salam dari dalam rumah itu.
Ceklek
Pintu pun perlahan terbuka, dan seseorang yang membuat aisyah terkejut berdiri di
sana dengan wajah sejuknya. Dengan cepat Aisyah menundukkan pandangannya.
“Kamu ….?’ Ternyata pria itu tidak kalah terkejutnya. Pria itu adalah gus fahmi.
“Maaf Gus …, kata mas Fathur. Ummu Sarah memanggil saya!”
“Jadi kamu Aisyah?” Aisyah pun hanya mengangguk. Gus Fahmi pun segera membuka lebar pintu itu.
“Masuklah …, ummi sudah menunggumu!”
Aisyah mempersilahkan gus Fahmi untuk masuk lebih dulu. Karena tidak baik berjalan di
depan seorang pria. Gus Fahmi pun akhirnya berjalan mendahului aisyah, dengan
terus menunduk, ia mengikuti langkah gus fahmi.
“Ummi…, dek Aisyahnya sudah datang!” ucap gus fahmi setelah langkahnya mencapai
ujung ruang makan. Di dapur terlihat sekali ummi Sarah sedang sibuk di dapur
bersama ummi Ani, ummi Ani adalah asisten rumah tangga di pesantren itu yang
sudah di anggap seperti keluarga sendiri karena ummi Ani tidak memiliki
keluarga.
“Assalamualaikum, Ummi!”
“Waalaikum salam, nak. Kesini lah …!”
Melihat Aisyah ingin berjalan mendekati umminya, gus Fahmi segera memberi jalan, ia
mundur beberapa langkah. Melihat gus Fahmi sudah memberi jalan, aisyah pun
segera berjalan mendekati ummi Sarah.
“Ada yang bisa saya bantu Ummi?’ tanya aisyah setelah dekat dengan ummi Sarah.
“nanti pak Kyai, akan kedatangan tamu untuk itu ummi memanggilmu untuk menemani ummi menemui tamu itu! Kamu tidak pa pa kan jika libur dulu ngajinya?”
“Iya ummi, tidak pa pa!”
“Oh iya Aisyah …., kamu pasti terkejut saat melihat dia, kenalkan dia putra ummi,
baru pulang dari pendidikannya di Mesir. Namanya Fahmi , Aldi El Fahmi!”
“Iya ummi, kami sudah bertemu!”
“Dimana?”
“Di kampus Ais, gus Fahmi mengisi tausiyah di kampus Ais!”
“Baguslah kalau begitu, kalian pasti akan segera akrab!”
“Insyaallah …!”
Setelah menyelesaikan pekerjaannya di dapur, Gus fahmi juga sudah meninggalkan mereka.
Gus Fahmi di beri tugas abi nya untuk mengisi materi di pesantren. Hingga waktu
magrib pun tiba. Aisyah ikut jama’ah sholat Magrib di masjid pesantren bersama
santri-santri yang lain.
“Masyaallah mbak Ais, beruntung sekali di panggi bu nyai bisa dekat sama gus Fahmi dong!” celoteh beberapa santriwati yang lain.
“Iya loh mbak Ais …, seneng banget dengar
suara tartilnya gus Fahmi pas lagi memimpin sholat tadi, merdu banget bikin
meleleh ….!”
Ternyata fans gus Fahmi bukan hanya di kampus saja, ternyata para santriwati juga
mengidolakannya, bahkan banyak dari mereka yang mengharapkan bisa jadi
pendamping gus Fahmi.
Hingga selesai sholat pun suara mengagumi gus Fahmi masih terdengar dan Aisyah hanya
bisa tersenyum. Bahkan untuk menggapai cintanya itu begitu sulit, ia tidak
pernah bermimpi untuk bisa menjadi pendamping seorang gus fahmi.
Walaupun hatinya begitu ingin, semenjak bertemu dengan gus fahmi di acara tausiyah itu, dalam doanya selalu ada nama pria itu. Setidaknya berharap memiliki pendamping
yang sepertinya adalah sebuah impian besarnya kini. Diam-diam ia mulai
mengagumi pria itu dengan segala kelebihannya.
Aisyah kembali lagi ke ndalem , ia kembali
menemui ummi Sarah. Menyiapkan hidangan makan malam untuk pak Kyai dan
tamu-tamunya.
Bersambung
Happy Reading 🥰😘❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 384 Episodes
Comments
Suni Wati
nyimak.. baru mampir nih hehe
2022-05-14
0
Idh@Liestya
eh ternyata Aisyah anaknya Bu Santi yg jual rujak cingggur..yg bantu Nadin buat cari rumah kontrakan ya .bearti Alex yg suka Sm si Nadin...eh iya...kan Nadin am Rendi kondangan ya pas. nikahnya Aisyah...hehehehehe.
2021-09-21
0
Tatik Tabayy
Aku juga ikutn jatuh cinta SM Gus fhmi nih thorr
2021-05-12
1