Haruskah Aku Menjanda (Lagi)
Hari ini tepat setahun aku menyandang status janda untuk kedua kalinya. Siapa sangka nasibku menjadi janda bahkan untuk kedua kalinya di usia yang masih muda. Tapi mau meratapi nasib pun tak ada gunanya, bukankah the show must go on.
Setelah membereskan alat makeup dan menyemprotkan parfum, aku turun menuju ruang makan. Disana sudah ada papa, mama, dan kakakku yang menungguku untuk sarapan.
"Pagi ma, pa." sapaku pada kedua orangtuaku sambil mencium pipi mereka. Mereka pun membalas ciumanku dengan senyuman.
"Pagi kak" aku menyapa kakakku satu-satunya yang sudah mengoleskan selai stroberi diatas roti tawarnya.
"Pagi, rey. Hari ini kamu ada rencana sama temanmu ga? " tanya Kak Daniar.
"Belum tahu Kak, hari ini kan tutup bulan seperti biasa mau selesaikan laporan bulanan. Emang kenapa kak? " jawab Renita, sambil memasukkan potongan buah ke dalam mulutnya.
"Gapapa sih, mungkin kamu lewat depan stasiun kakak mau titip martabak manis."
"Oh, nanti diusahain deh. Kalau pulangnya ga kemalaman ya."
"Makasih sayangku" jawab ibu hamil itu sambil memasang senyum lebar memperlihatkan deretan gigi putihnya.
"Biar papa aja yang belikan, kasihan adikmu kalau masih putar balik. Itu kan ga searah kantornya."
"Tapi Daniar pengen Rei yang belikan pa."
"Emang kalo papa yang beli kenapa, takut si utun ileran, hahaha" tawa pak Fauzi diikuti mama dan Rei.
"Ih papa, bisa aja. Tapi iya juga sih hehehe"
"Kamu teh kebiasaan deh, kenapa ga titip ayahnya Fani aja sih kan sejalur dengan kantornya." Mama menyanggah
"Tapi kan baby utun mau tantenya yang belikan, itung - itung traktiran gajian. Ya kan Rei?"
"Iya-iya, emang bumil tuh bisa aja ngelesnya ya. Udah ah, Rei mau kekamar dulu ambil tas."
Setelah itu suasana di ruang makan kembali sepi hanya gesekan sendok dan piring yang terdengar.
"Ma, pa, Rei berangkat dulu ya, masih mau isi bensin dulu." Rei mencium tangan dan pipi kedua orangtua nya.
"Hati-hati dijalan, jangan ngebut." Kata mama
"Iya, ma."
"Jangan lupa baca doa biar selamat sampai tujuan dan kembali ke rumah."
"siap, dan" jawab Rei sambil hormat
"Kamu tuh ya, dibilangin orang tua" Tegur papa sambil gelengkan kepala melihat tingkah anak bungsunya.
"Rei, kalo ketemu cowok dijalan ngajak kenalan diterima ya, biar ga jomblo lagi, hehe" Goda kak Daniar disambut pelototan orang disekitarnya.
"Apaan sih kak, aku belum pengen menikah lagi."
"Sudah ga usah dengerin, kakakmu tuh emang suka godain kamu." ucap sang mama.
"Assalamualaikum" Renita pun berlalu setelah mengucapkan salam.
"Waalaikumsalam" Jawab seluruh penghuni rumah.
€€€€
"Hai, sudah absen Rei?" tanya Arini sesaat setelah meletakkan tasnya di kubikel nya.
"Udah tadi barengan sama Rio dan Miko. Kamu sudah?" dan dijawab dengan anggukan kepala Arini.
Setelah itu mereka memasuki ruangan mereka bekerja yaitu di bagian teller sebuah Bank Pemerintah di kota itu.
Jam makan siang pun tiba, sekarang giliran Renita yang stanby disana sedangkan kedua temannya sesama teller bersiap untuk ke kantin.
"Rei, kamu mau titip apa? aku mau ishoma dulu" Arini berdiri mendekati Rei.
"Belikan gado-gado aja ya, sama es teh." jawab Renita sambil melayani nasabah.
"Oke, kami pergi dulu ya. Ayo Sin" ajak Arini pada Sinta.
"yuk, duluan ya Rei" ucap Sinta. Mereka pun berlalu ke kantin kantor.
"Ibu, ini uangnya sudah masuk. Saldo ibu sekarang 800 ribu rupiah. Terima kasih" Renita menunjukkan buku tabungan kepada nasabahnya.
"Iya, mbak. Makasih ya"
"Sama-sama ibu"
Dan waktupun bergulir, menunjukkan Jam dua siang kurang, dan kini giliran Renita melaksanakan Ishoma.
Setelah melaksanakan ibadah, Renita kembali ke tempat kerjanya. Saat melewati kubikel nya, Renita heran melihat ada bingkisan diatas mejanya.
Saat melihat ada OB yang melintas, Renita menghentikan nya. Berniat bertanya mungkin tahu siapa pengirimnya.
"Mas, itu siapa yang naruh. Seingat saya tadi ya ada bingkisan deh." tanya Renita
"Oh, itu tadi mas Miko mbak yang suruh. Katanya titipan dari temannya buat mbak." jawab si OB.
"Oh, kok Miko ga ngomong apa-apa tadi pas ketemu di Musholla."
"Kurang tahu mbak, tadi cuma disuruh taruh di meja mbak Rei aja."
"Ya udah, makasih."
"Sama-sama mbak, mari saya ke belakang dulu."
"Iya"
Renita pun mulai memanggil no antrean teler. Sambil melayani nasabah, Renita dan Teller lainnya menyelesaikan tugasnya hari ini.
Jam operasi Teller sudah selesai, setelah membereskan meja teller, mereka kembali ke kubikel masing-masing. Bersiap melaksanakan kewajiban nya, Renita menuju Musholla. Saat melihat Rio dan Miko, Renita memanggil Miko.
"Miko, aku ada perlu."
"Ada apa nona, sepertinya ada yang mau kamu tanyakan." goda Miko sambil memasang sepatunya.
"Kata OB tadi ada titipan dari temanmu untukku. Apaan sih isinya? terus siapa yang ngasih?" tanya Renita
"Oi oi oi...santai nona, satu-satu napa tanya nya. Kayak kereta api aja banyak banget nanya nya."
Renita dan Rio yang mendengar Miko cuma nyengir.
"Hehe.. iya."
"Iya, itu tadi ada titipan dari temanku buat kamu. Pengen kenalan katanya." ucap Miko tanpa rasa bersalah.
"Ada aja kamu, kenalan ya kenalan aja ga usah bawa bingkisan. Eh tapi isinya apaan ya?" tanya Renita lagi.
"Mene getehe. Aku kan ga berani buka, yang penting sudah disampaikan amanat nya." Niko mengendikkan bahunya.
"Yah kok gitu sih."
"Udah aku balik duluan, nanti sampe meja langsung buka biar ga penasaran."
"hmmm, iya deh"
"Yuk Rei, kami duluan ya." Rio pamit kembali ke ruangan.
"Iya, makasih ya."
Masih penasaran sama bingkisan dimeja nya tapi Renita menahan diri untuk membukanya karena jam kantor belum usai dan dia harus menyelesaikan laporannya hari ini.
Tampaknya akan lembur hari ini, karena masih ada beberapa laporan yang diperiksa sebelum diantar ke meja atasannya.
Capek, sambil menaikkan tangannya kertas dan merenggangkan otot-otot nya, Renita mengambil bingkisan kecil itu mengangkatnya berharap bisa menebak isinya. Tapi nihil, ga ada bayangan sama sekali.
Saat meletakkan kembali, Renta dibikin kaget sama suara cempreng disampingnya.
"Eh apaan tuh, dapat bingkisan nih. Dari siapa?" tanya Arini kemudian.
"Entahlah, aku juga ga tahu. Kata Miko dari temannya" jawab Renita
"Oh, dibuka aja siapa tahu ada pengirimnya." Usul Arini kemudian.
"Ga lah, entar aja buka dirumah."
"Laporanmu sudah selesai?" tanya Renita kemudian.
"Udah dong, tinggal nyetor ke bos abis ini. Punyamu udah belum?" Tanya Arini
"Dikit lagi, ini mau aku selesaikan dulu biar bisa cepat pulang." Renita mulai mengetik di komputernya.
"Emang mau kemana, buru-buru amat." cerocos Arini
"Tuh bumil minta belikan Martabak depan stasiun. Aneh, kenapa harus disana sih. Yang lain banyak yang lebih dekat, kok mintanya malah disana. Malas antrinya aku, capek." jelas Renita.
"Namanya juga orang hamil, minta nya pasti aneh, itu yang dinamakan ngidam sayang."
"Iya tahu, mana harus aku juga yang belikan. Pusing dah"
"Sabar Ya" jawab Arini.
"Iya, sabar. ayo lah laporanku sudah selesai, tinggal ngesave di flashdisk terus setor ke bos." Kalo kamu mau setor duluan gapapa, aku nyusul."
"Oke deh, aku duluan ya."
"Iya, sudah sana."
"Done, ayo kita setor" Renta pun pergi ke ruangan atasannya.
€€€€
Meninggalkan basement parkiran Bank tempat dia bekerja, Renita melajukan mobilnya kearah stasiun, memenuhi permintaan sang kakak yang lagi hamil besar.
Setelah 15 menit lamanya sampailah dia ditempat martabak yang dimaksud. Dan seperti yang sudah diperkirakan, antreannya sudah panjang.
Hadeh, tambah capek kalo seperti ini pikirnya, tak mau tambah banyak antrian nya dia mulai ambil no antrean dan memesan 2 martabak telur dan 2 martabak manis kesukaannya dan ponakan kecilnya.
Fina, gadis kecil usia 3 th itu sekarang pasti sudah ada dirumah Orang tua nya, setelah dua hari ikut papa dan eyangnya menjenguk sodara eyangnya dikota tetangga.
Sambil menunggu, Renita duduk di bangku pojokan sambil memainkan Handphone nya, membuka akun sosial media nya, dan mulai menjelajah disana.
Tanpa disadari ada sepasang mata yang memperhatikannya mulai dari awal kedatangannya ke tempat itu.
Akhirnya sang pemilik mendekati tempat duduk Renita, yang tampak asyik disana. Berhenti didepannya dan mengambil bangku lalu duduk dihadapan Renita.
"Hai, boleh kenalan?" sapa pemilik suara, mengulurkan tangannya mengagetkan Renita.
"Oh, iya boleh. Renita Malik, panggil aja Rei" jawabnya sambil tersenyum.
"Senyum yang manis, semanis wajahnya" batin Laki-laki itu.
"Aku Ardan Prasetya, panggil aja Ardan."
Setelah bersalaman, keduanya terlihat asyik ngobrol. Dan tampak sesekali tertawa.
"Asyik juga orangnya, betul kata Miko" batin Ardan sambil terus memperhatikan Renita.
Dan kini giliran Ardan yang dipanggil oleh si mas penjual martabak. Setelah membayar pesanannya, Ardan langsung menuju ke tempat Renita duduk.
"Aku duluan ya, sudah ditungguin sama yang minta martabak." Ardan basa-basi, sebenarnya dia masih ingin menemani Renita tapi apa daya kanjeng mami sudah menelpon nya.
Mengambil Telepon seluler nya dan menjawab panggilan yang memang dari Maminya.
"Halo, iya mi."
"Assalamualaikum ya ahlil kubur, kebiasaan emang ya jawab telepon gua pernah salam." cerocos sang mami
"Mam, kok doain anaknya begitu sih. Sedan belum mau mati mam" jawab Ardan.
"Makanya pakai salam. Pesanan mami udah kan, cepat pulang mami dah ngiler nih."
"Mami tuh kayak orang ngidam aja deh, iya Ardan langsung pulang. Udah dulu, Assalamualaikum." Ardan mengakhiri sambungan teleponnya.
"Waalaikumsalam" jawab sang mami.
"Rei, aku duluan ya. Sampai jumpa lagi, Assalamualaikum." Ardan pamit
"Waalaikumsalam" jawab Renita.
Tak lama pesanan Renita pun selesai, dan dia pun menuju kasir untuk membayarnya.
"Mbak, berapa semua pesanan saya?" tanya Renita.
"Semua sudah dibayar mbak, sama mas yang tadi." jawab kasir
"Hah, yang mana? Perasaan saya ga ada yang kenal deh"
"Itu loh mbak, mas yang tadi ngobrol sama mbak."
"Oh Ardan maksudnya?"
"Iya mbak, mas Ardan yang bayarin. Dia tadi pesan katanya buat salam perkenalan."
"Ada-ada aja deh, btw makasih ya. Sampaikan sama dia kalo kesini lagi makasih banyak."
"Ya udah, saya pulang ya mbak."
"Iya mbak, hati-hati."
Dan Renita pun melajukan mobilnya ke rumah, rasa capek nya sudah tak tertahan kan. Memasuki gerbang perumahan nya, sedikit mengurangi kecepatan mobil dan membuka kaca mobil, Renita menyapa satpam yang sedang duduk disana.
"Malam pak" sapanya
"Malam mbak Rei, baru pulang?" tanya seorang satpam bertubuh tambun itu.
"Iya pak, abis lembur sama disuruh belikan titipan ibu hamil katanya biar ga ileran anaknya." jawab Renita
"hehehe... iya mbak, betul itu" jawab satpam yang lebih kurus.
"Saya pamit ya pak, selamat bertugas"
"Silahkan mbak"
Setelah melewati portal pertama, Rei membelokkan mobilnya ke rumah bercat biru langit. Memarkirkan mobilnya di garasi dan memasuki rumahnya.
"Assalamualaikum. Ma, Pa, Kak Dani."
"Pada kemana sih orang-orang, kok sepi?" batin Rei
Melewati dapur dan bertemu bik inah, Rei pun duduk di sebelahnya.
"Eh, mbak Rei. Baru sampe mbak?" tanya bik Inah pada anak majikannya.
"Iya bik, Mama, Papa dan Kak Dani kemana?" "Kok sepi?"
"Ibu, bapak dan mbak Dani kerumah sakit mbak."
"Loh, ada apa?" "kok tumben ga ngasih kabar"
"Mbak Dani tadi sudah kontraksi dan ketubannya pecah, takut sampai kehabisan langsung dibawa ke rumah sakit mbak" terang bik Inah.
"Iya sih, tapi tumben ga ngabari. Ngeri gitu, aku langsung kesana aja tadi."
"Kata ibu ga usah mbak, disuruh istirahat dulu."
#Flashback on
"Ma... mama, Dani sakit perut seperti mau pup, mules ma." Teriak Daniar dari kamar mandi.
"loh, ma ini ketubannya pecah" Dahniar mulai panik
"Aduh, tenang ya jangan berjalan dulu biar ga licin." Kata Mama
"Bi, tolong ambilkan tas isi perlengkapan bayi dikamar Dani, sekalian panggil bapak di belakang."
"Baik bu." jawab Bi Imah dan langsung mengerjakan yang diperintahkan majikannya.
"Pa, ayo kita segera ke rumah sakit, takut kehabisan air ketuban nya." Kata mama sambil memapah kak Dani
"Bi, kami berangkat dulu. Jaga rumah ya, nanti kalo Rei datang suruh istirahat dulu, baru ke rumah sakit. Kasihan dia capek, abis lembur katanya."
"Baik, bu."
Dan mereka pun segera ke rumah sakit karena kontraksi Daniar semakin sering.
#Flashback off
"Rei keatas dulu ya bik, mau mandi udah gerah"
"Iya, mbak" jawab bik Inah
Saat menaiki tangga, Rei berhenti dan memanggil bik Inah lagi.
"Bik, itu di meja ada martabak. Ambil satu bungkus buat bibik, yang lainnya mau Rei bawa ke rumah sakit nanti."
"Iya mbak. Makasih" jawab bi Inah
Renita pun berlalu menuju kamarnya, meletakkan tas dan bingkisan yang tadi diambil dari meja kerjanya.
Setelah menyelesaikan mandi dan berganti pakaian rumahan kesayangan nya. Rei membuka handphone nya, dan mulai berselancar di dunia maya.
Teringat dengan bingkisan itu, rasa penasaran pun datang kembali. Rei memotretnya dengan kamera HP nya dan diposting di akun instagram miliknya.
"From someone, buka ga ya?" caption yang dia pasang setelah foto bingkisan itu. Dan mulailah Rei mengunggahnya. Tak lama ada yang mengkomentari postingan nya.
@nindi32 : "Dari siapa tuh?"
@yuni_D : "Wah, ada penggemar rahasia nih? 😍"
@Dim_45 : "Wah, nambah saingan gue"
@ArInii : "Buka dong, biar ga pinisirin"
Rei tersenyum membaca komentar dari beberapa temannya. Dan dia pun membuka bingkisan tersebut.
Betapa senang hati Rei saat tahu isinya adalah sebuah novel yang lagi rame diburu, ingat Renita waktu itu di toko buku dia berebut novel dengan seorang pria yang juga menginginkan nya.
Dan karena Renita kalah cepat akhirnya novel itu sudah berpindah tangan. Kecewa pastinya tapi ya sudahlah, masih ada yang berikutnya pikir Rei. Akhirnya dia pun pergi ke konter buku cerita anak-anak dan membeli 2 buku untuk ponakan kecilnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒
Rei knp panggilan y rei
2022-03-28
1