The Secretary
Sudah sekitar 2 tahun Shani Natya menjalani hari-harinya sebagai seorang sekretaris. Sejak kecil ia diasuh oleh Rumi, kakak ibunya. Karena kedua orang tua Shani telah meninggal.
Shani kehilangan sosok ibu tepat pada saat ia lahir ke dunia. Rima, betapa malang nasibnya ketika baru saja melahirkan putri pertamanya. Dokter bilang, kematian Rima disebabkan oleh emboli paru-paru, ada penyumbatan darah di sana.
Kemudian waktu Shani mulai belajar berjalan, ayahnya juga ikut dipanggil Tuhan. Yudhi Laksmana, pria itu memang sudah mulai sakit-sakitan sejak istrinya tiada. Tekanan batin dan capek fisik membuat kesehatan Yudhi menurun, dan pada akhirnya ia didiagnosis meninggal karena penyakit jantung.
Bersyukur, Shani masih punya keluarga yang tulus menyayanginya. Rumi adalah seorang janda cerai mati yang tidak memiliki anak. Oleh sebab itu ia merawat dan menganggap Shani seperti putri kandungnya sendiri.
Melihat tragisnya takdir keluarga Shani dan Rumi, tidak sedikit juga tetangga dan orang-orang kampung menggunjingnya. Tapi apa yang bisa dilakukan 2 orang itu? Rumi selalu menasihati Shani agar ikhlas dan sabar atas semuanya.
Dan setelah Shani beranjak dewasa, ia pergi merantau. Dengan berat hati Shani meninggalkan Rumi sendirian di kampung halaman. Lagi pula semua itu adalah perintah Rumi, dan Shani harus patuh.
Shani berkuliah dan mencari pekerjaan di sebuah kota besar. Rumi sebagai orang tua angkatnya bekerja keras membiayai semua keperluan. Wanita itu bekerja sebagai ART dengan sebuah keluarga kaya di kampung seberang, dan terkadang ia juga menjual nasi bungkus dengan menitipkannya di warung-warung tetangga.
Seusai lulus kuliah, Shani mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan advertising. Itu adalah perusahaan iklan terbesar di kota. Shani mendapatkan posisi yang lumayan baik, ia bergabung bersama 4 orang lainnya di bawah gelar sekretaris.
Di ruang sekretariat yang sangat nyaman itu Shani ditemani 2 orang senior dan 2 orang yang bisa dikatakan sebagai sahabatnya. Jia dan Andra adalah partner yang usianya tidak jauh berbeda dengan Shani. Mereka sering menghabiskan waktu istirahat siang bersama di kantin, atau kadang juga makan keluar kantor.
“Shani, kamu disuruh Pak Wirawan ke ruangannya sekarang,” ujar Bu Sandra, salah seorang senior sekretaris setelah menerima panggilan telepon.
Wirawan Argantara adalah seorang CEO dari perusahaan itu, Argantara Group. Melalui kabar burung dari bisik-bisik karyawan kantor, CEO Argantara Group akan segera diganti. Dan anak tunggal Wirawan adalah sebagai kandidat utamanya.
Banyak pihak yang bertanya-tanya akan hal itu. Kenapa seorang Wirawan Argantara mengambil pensiun terlal cepat? Padahal fisik dan usianya mungkin masih sanggup untuk bekerja.
Setelah perintah dari Bu Sandra, Shani bergegas menuju ke ruang direktur utama. Pikirannya mendadak waswas karena takut jika akan menerima teguran dari Wirawan atas pekerjaannya yang tidak atau kurang tepat. Atau mungkin juga atas kecerobohannya.
Shani ingat jika kemarin ia tidak sengaja menghapus file data scan surat masuk minggu lalu di komputernya. Tapi beruntung file itu masih dapat dikembalikan melalui recycle bin. Kalau tidak Shani bisa mampus kena damprat Bu Mika, senior sekretaris satunya yang terkenal galak sekali.
Shani mengetuk pintu fiberglass warna cokelat tua itu, kemudian membukanya. Wirawan tersenyum ramah dengan kedatangan Shani. Dan satu lagi, di sana ada seorang pemuda tampan tengah duduk di sofa juga menatap Shani yang baru saja tiba.
Wirawan pun mempersilakan Shani untuk ikut duduk di sofa. Shani bersyukur, sepertinya ekspektasi buruknya tadi tidak kenyataan. Tapi ia juga bingung dengan situasi saat ini.
“Ada yang bisa saya bantu, Pak?” tanya Shani inisiatif, ia tau jika atasannya itu suka pegawai yang aktif dan kompeten.
“Mulai hari ini saya ada tugas khusus untuk kamu,” jelas Wirawan serius. “Tolong dampingi putra saya selama 1 bulan ke depan.”
Dampingi? Shani tak mengerti. Wirawan pun melanjutkan penjelasannya.
“Ini adalah Darren, anak saya,” ucap Wirawan memperkenalkan pemuda berjas yang duduk di sampingnya kepada Shani. “Sebenta lagi Darren akan mengambil alih jabatan saya. Tolong kamu bantu dia untuk mengenalkan diri dengan lingkungan perusahaan.”
“Darren baru kembali dari Amerika beberapa minggu ini. Jadi kamu tau kan yang harus dilakukan apa saja?”
Shani sedikit tertegun. Bagaimana caranya ia membantu seorang putra CEO untuk mengenalkan diri dengan lingkungan perusahaan? Terus, kenapa harus dirinya yang membantu?
“Iya, Pak.” Hanya itu yang bisa dikatakan Shani. Ia tidak mungkin menolak atau berprotes pada bosnya. Alih-alih didengar, bisa-bisa ia malah dapat surat PHK.
Wirawan tersenyum. Ia senang jika Shani menyanggupi perintahnya. “Ya sudah, kalau begitu kamu bisa kembali bekerja.”
“Baik, Pak. Saya permisi,” pamit Shani menunduk tipis pada bos dan calon bosnya, kemudian berlalu pergi.
...◦○⭕○◦...
“Darren, mulai sekarang kamu harus fokus dengan perusahaan. Papa tidak mau kamu pergi ke klub-klub malam lagi. Kamu mengerti?”
Darren mendecak setelah mendengar tuturan papanya. “Terserah.” Jawabnya acuh tak acuh, lalu meninggalkan ruangan itu.
Wirawan menghela napas gusar. Seharusnya ia tidak mengirim putranya keluar negeri. Hal yang awalnya dianggap baik, entah kenapa jadi seperti penyesalan olehnya.
Darren Kadet Argantara, ia menghabiskan waktu sekitar 5 tahunan tinggal terpisah dengan keluarganya di Negeri Paman Sam. Dulu ia menolak saat papa dan mamanya memaksa untuk mengkuliahkannya ke sana. Karena merasa tertekan, Darren mulai mencoba hal-hal baru.
Klub-klub malam menjadi tempat yang paling banyak Darren kunjungi. Pesta dan mabuk-mabukan sesekali Darren lakukan. Darren terjerumus ke dalam pergaulan bebas.
Berhubungan badan dengan beberapa teman gadisnya, jujur saja Darren pernah melakukan itu. Laki-laki mana yang tak tergoda saat seorang bule cantik dengan bodi memikat mengajaknya untuk love shot satu malam. Apalagi jika laki-laki itu adalah Darren.
Tapi sudah 2 tahun terakhir ini Darren berhenti dari kegiatan panasnya. Wirawan mendapati info dari hasil penyelidikannya bahwa putra tunggalnya itu sudah tidur dengan 4 orang gadis yang berbeda. Ia memberi peringatan keras pada Darren dan syukurnya anak itu mendengarkan.
Darren memang berhenti melakukan one night stand, tapi kebiasaannya main ke klub-klub malam masih belum sembuh. Padahal baru beberapa hari di Indonesia, Darren sudah mengunjungi 2 diskotek. Walaupun di sana Darren hanya mencicipi anggur dan tidak menggubris para pelacur yang menggodanya, tapi hal itu semakin membuat Wirawan jengah.
Keputusan Wirawan sudah mutlak, ia akan segera meninggalkan jabatan dan memberikannya kepada Darren. Wirawan ingin anak laki-lakinya itu bisa menjalani kehidupan dengan baik dan benar. Ia harap, Darren akan menjadi pimpinan yang bertanggung jawab nantinya.
...◦○⭕○◦...
Shani kembali memasuki ruangan sekretariat. Ia menghela napas berat, lalu duduk membaringkan kepala ke meja kerja. Pikirannya berisi bayang-bayang tatapan tajam anak Pak Bos.
Shani mengingat betapa angkuhnya ekspresi Darren saat di ruangan direktur utama tadi. Ia tidak menerima senyuman sama sekali dari Darren, hanya sorotan mata yang terkesan mengintimidasi. Apakah ia akan kacau setelah ini?
Shani kembali menyibuk dengan tugasnya. Tidak berselang lama Jia dan Andra memasuki ruangan. Shani memperhatikan 2 rekannya itu tampak asik membicarakan sesuatu.
“Sha, tebak gue tadi ketemu sama siapa!?” seru Jia sedikit heboh.
Berhubung Bu Sandra dan Bu Mika tidak ada di ruangan, Jia pun dengan bangganya berbicara informal. Lagi pula pas jam luar kantor Shani, Jia, dan Andra selalu santai mengobrol. Karena hal itulah ketiganya dekat.
“Siapa?” tanya Shani sembari melirik Andra sebentar.
“Anaknya Pak Bos. Ganteng banget sumpah!” Jawab Jia hiperbolis.
“Gantengan juga gue,” sanggah Andra menyibak ambang rambut klimisnya membuat Jia mencebik.
Walaupun ukuran tampan dan cantik seseorang itu berbeda-beda, Shani akui jika Darren memang oke. Pawakannya yang tinggi dan gagah juga tampang yang rupawan sempat membuat Shani kikuk dan merasa salah tingkah. Tapi tetap saja, tatapannya mematikan.
“Eh, kalian tau nggak kalo gue baru aja dapet tugas khusus dari Mister CEO?" tanya Shani pada Jia dan Andra.
“Tugas khusus apaan?” Jia mengernyit.
Shani menengok kanan kiri memperhatikan keadaan. Setelah dirasa tidak ada pihak asing yang lewat, ia mulai menyuara. Shani ragu memberitahu Jia dan Andra, tapi akan lebih baik jika mereka tau.
“Gue disuruh dampingi anaknya Pak Bos buat 1 bulan ke depan," ungkap Shani sedikit berbisik.
“Hah?!” seru Jia dan Andra bersamaan.
“Iya, gue dimintai tolong buat bantu Pak Darren ngenal lingkungan perusahaan selama 1 bulan ke depan.” Shani cemberut. “Kayaknya kerjaan gue bakalan ribet, deh,” keluhnya.
Jia terkekeh. “Kok bisa, sih? Kenapa harus lo?”
“Ya mana gue tau." Jawab Shani mengedikkan bahu.
Andra terdiam. Ia ingat beberapa waktu lalu Wirawan menceritakan sedikit tentang bagaimana perilaku anaknya saat di Amerika. Apakah Wirawan bisa menjamin kalau Shani akan baik-baik saja jika berhubungan dengan putranya itu?
5 orang di bagian sekretariat memiliki tugas masing-masing. Shani bertanggung jawab atas surat masuk dan mengarsip, Jia bertanggung jawab atas pengelolaan kas kecil, dan Andra bertanggung jawab untuk memanajeri kegiatan atasan. Kalau Bu Sandra dan Bu Mika, mereka tentu juga punya tugas tersendiri.
Untuk tugas dan tanggung jawab Andra, laki-laki itu tentu punya kedudukan yang sedikit lebih tinggi daripada Shani dan Jia. Andra juga lumayan dekat dengan Wirawan. Setiap kali ada rapat dan perjalanan bisnis, Andra selalu menemani Wirawan, di mana pun itu dan apa pun itu.
Dan mungkin setelah Wirawan lengser, Andra akan ganti memanajeri Darren.
...◦○⭕○◦...
Jangan lupa LIKE, VOTE, dan beri HADIAH untuk karya ini. Yuk KOMEN di bawah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
T
😊
2021-08-17
0
YayangMerindu
Aku Mampir ya Thor...
Smangat Thor Ku tunggu sampe Tamat🤭😁
2021-07-09
0
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
Lanjut
2021-06-03
0