BAB 4

“Sekretaris kamu cantik,” puji Zui untuk Shani tersenyum menoleh pada Darren.

Darren memilih diam. Ia terus mengambil paper bag besar dari atas meja bar memberikannya kepada Zui. “Ini buat kamu. Selamat ulang tahun,” ucap Darren tersenyum tipis.

Zui meraih paper bag itu. Hatinya begitu senang mendapati perlakuan Darren yang begitu perhatian padanya. Zui dapat memperkirakan jika hadiah dari Darren itu pasti harganya cukup mahal.

“Wah, makasih ya, Ren. Repot-repot baget.” Zui berbasa-basi.

“Bukan apa-apa, kok. Cuma barang murah." Balas Darren sok sombong.

Mata Shani seketika mendelik mendengar ucapan Darren yang angkuh itu. Cuma barang murah??? Apa Darren tidak melihat setruk pembelian kalau tas itu dipilih Shani dengan harga 30 juta lebih!?

Zui merespon Darren dengan tawa kecil. “Emmm. Darren, apa kamu mau ikut gabung di sana?” ajak Zui pada Darren menunjuk segerombolan orang yang tengah berjoget ria di pesta ulang tahunnya.

Darren melempar senyum. “Boleh,” katanya, lalu beranjak berdiri dari kursi bar.

“Shani, kamu juga mau ikut?” tawar Zui.

“Oh enggak, makasih.” Shani menolak. Joget-jogetan sama sekali bukan tipe Shani. Ia bukan gadis yang suka berpesta dan bisa menikmati acara seperti ulang tahun Zui yang terkesan bebas.

“Oke.” Zui manggut-manggut, kemudian menggandeng Darren pergi menuju sisi dugem.

Shani masih setia duduk di barstool sembari memperhatikan Darren di kejauhan. Mungkin sekarang adalah waktu yang tepat untuk melapor pada Wirawan. Shani pun segera mengambil ponselnya dari dalam tas, dan tampaknya Wirawan yang tidak sabaran sudah mengiriminya sebuah pesan terlebih dahulu.

Wirawan

Bagaimana, Shani?

^^^Shani^^^

^^^Ternyata Pak Darren hanya mendatangi undangan ulang tahun teman SMA-nya, Pak.^^^

Wirawan

Siapa teman SMA-nya Darren itu? Apa mereka dekat?

^^^Shani^^^

^^^Namanya Zuilu, Pak. Panggilannya Zui. Dia seorang perempuan. Saya rasa Pak Darren dengan temannya itu cukup akrab.^^^

Wirawan

Baiklah. Terus lakukan pemantauan.

^^^Shani^^^

^^^Iya, Pak.^^^

...◦○⭕○◦...

Wirawan baru saja mendapatkan informasi dari Shani. Jadi saat ini Darren tengah dekat dengan seorang teman SMA-nya yang bernama Zui? Dengan memanfaatkan akses dan kekayaannya, Wirawan segera menyuruh beberapa anak buah untuk mencari tau mengenai gadis yang bernama Zui itu.

Wirawan tidak ingin putra satu-satunya terlibat dengan seorang gadis yang tidak beres. Dan lagi, Wirawan bersikeras untuk selalu memantau Darren selama anak itu belum bisa mengepaskan diri dengan perusahaan. Melalui Shani, Wirawan harap Darren akan berubah menjadi orang yang lebih baik lagi.

...◦○⭕○◦...

Shani mulai bosan dengan tempat itu. Lama-lama bau minuman beralkohol semakin menyengat membuatnya sedikit pusing dan mual. Namun tiba-tiba beberapa laki-laki menghampirinya.

“Hai,” sapa salah seorang laki-laki asing itu pada Shani.

Shani bergidik merinding. Orang-orang itu sepertinya bukan orang yang baik. Apa mereka akan berbuat hal buruk padanya?

Salah seorang laki-laki itu mendadak membelai paha Shani membuat gadis itu berjingkat secepat kilat. Shani yang memang hanya memakai rok sepan abu-abu selutut dan blouse warna putih terlihat cukup seksi. Kemudian segerombol laki-laki itu semakin mendekati Shani.

“Kalian mau apa? Jangan macem-macem, ya!” Shani mengancam.

“Bagaimana kalau kita bersenang-senang untuk malam ini? Kita bisa bayar kamu cukup tinggi, loh," ujar 1 laki-laki itu menggoda Shani.

Shani ketakutan. Bersenang-senang untuk malam ini dan dibayar? Tidak, Shani tidak mau.

“Saya nggak mau. Lebih baik kalian pergi. Cari aja perempuan lain yang mau kalian ajak bersenang-senang,” tukas Shani menatap takut segerombolan laki-laki asing itu.

Namun para laki-laki itu dengan sigap menarik membawa Shani ke sisi yang semakin dalam dan sunyi dari Zui Cafe. Shani sudah memberontak dan berteriak, tapi suaranya didominasi oleh musik yang berdentuman. Sekelompok pria berengsek itu terus menyeret Shani dengan nafsu yang sudah menggebu.

Di bagian lain Darren melihat Shani tengah meronta-ronta dibawa oleh beberapa orang pria menuju lorong sepi menghindari keramaian pesta ulang tahun milik Zui. Darren yang masih berjoget dengan Zui pun segera menyudahinya. Ia berlari mengikuti sekelompok pria yang membawa Shani.

“Darren! Darren, kamu mau ke mana?” Zui memanggil-manggil Darren, namun temannya itu tidak menggubrisnya.

...◦○⭕○◦...

Para pria itu mendorong Shani ke sebuah kasur kecil berwarna putih. Ternyata kafe milik Zui juga menyediakan ruang kamar untuk tempat begituan. Shani benar-benar histeris sangat ketakutan.

“Berhenti! Saya nggak mau. Lepasin! Lepasin saya!” pekik Shani sembari menangis terisak-isak.

Para pria itu mulai menahan gerak Shani memegangi kaki dan tangannya. Mereka benar-benar ingin menggagahi Shani secara beramai-ramai. Tapi beruntungnya Darren tiba tepat waktu.

Tanpa sepatah kata pun Darren menghajar para pria sinting itu yang jumlahnya adalah 5. Tubuh Shani meringkuk memojok di sudut kasur. Ia menangis menutupi badannya yang hampir saja diperkosa 5 pria bajingan.

Setelah berhasil membuat para berengsek itu terkapar, Darren segera mengahampiri Shani. Wajah Shani memucat dengan derai air mata. Melihat Shani yang tampaknya benar-benar syok, Darren pun melepas jas hitamnya memakaikannya pada Shani dan menatihnya pergi dari ruangan itu.

Zui tidak sengaja mendapati Darren tengah memegangi kedua pundak Shani keluar dari lorong yang menuju tempat cinta satu malam di kafenya. Batin Zui bertanya-tanya. Ia pun bergegas menghampiri Shani dan Darren yang sudah sampai di depan meja bar.

“Shani, kamu kenapa?” Zui menatap wajah Shani dengan ekspresi khawatir. Itu hanya pencitraan. Masa bodoh jika sudah terjadi sesuatu pada Shani, Zui hanya ingin Darren melihatnya sebagai orang yang simpatik.

Shani hanya menunduk diam. Pikirannya masih terbayang akan kejadian tadi. Apa jadinya jika tak ada Darren yang membantu dan menyelamatkannya dari 5 pria berengsek itu?

“Zui, kita pamit dulu, ya. Makasih buat pestanya,” ujar Darren malah berpamit.

“Tapi, Ren. Ini pestanya belum selesai, loh.” Zui berusaha menahan Darren agar lebih lama bersamanya.

“Mungkin lain waktu kita bisa ketemu lagi.” Darren mengambil tas Shani yang berada di atas meja bar. Kemudian ia dan Shani pun pergi dari ruang kafe itu.

“Hati-hati, ya.”  Dengan perasaan tidak ikhlas Zui pun melepas kepulangan Darren. Sekarang Zui semakin yakin jika Darren dan gadis yang bernama Shani itu ada hubungan khusus. Zui tidak akan tinggal diam. Ia harus berhasil mendapatkan Darren supaya bisa menikmati kekayaannya.

...◦○⭕○◦...

Dalam hati Darren terbesit rasa bersalah. Sebenarnya ia mengajak Shani datang ke pesta ulang tahun Zui hanya untuk menutupi gengsinya. Darren kira di pesta ulang tahun Zui nanti akan ada banyak teman SMA yang datang dan menanyai soal statusnya, namun ternyata tidak.

Darren sudah berkhayal jika nanti dirinya akan digoda banyak mantan teman SMA-nya karena belum memiliki pacar. Jadi ia pun ada ide untuk membawa Shani bersamanya. Shani lumayan cantik, badannya juga oke, ia akan cocok jika dijadikan teman ke pesta ulang tahun Zui.

Daripada tidak datang dengan seorang gadis cantik yang berstatus pacarnya, lebih baik Darren datang dengan seorang gadis menawan yang berstatus sebagai sekretarisnya. Tapi ternyata memanfaatkan Shani justru membuatnya semakin merasa berdosa. Tubuh Shani hampir saja direnggut secara paksa oleh pria-pria asing tadi karena rencananya yang konyol.

“Apa kamu open BO? Gimana bisa 5 orang tadi mau-” Dengan nada suara tinggi Darren yang sebenarnya emosi hampir saja berbicara tidak senonoh pada Shani.

Tangan Shani bergemetar mengeluarkan keringat dingin. Sudut-sudut matanya meneteskan cairan bening lagi. Sekarang Darren bisa melihat betapa rapuhnya gadis itu.

Darren terus mengemudikan mobilnya mengantarkan Shani pulang. Akan lebih baik jika Shani beristirahat di rumah dan menenangkan diri. Darren tidak ingin terus merasa bersalah pada Shani.

Beberapa menit kemudian Darren tiba mengantarkan Shani pulang. Ia menghentikan mobilnya tepat di jalanan depan rumah Shani. “Lupakan kejadian tadi. Besok kamu harus fokus bekerja.” Niat Darren ingin menasihati Shani agar hati dan pikirannya rileks, tapi Shani hanya merasa mendapatkan tekanan lagi.

Shani mengambil sebuah map merah dari dalam tasnya dan menyodorkannya pada Darren. “Bapak bisa mempelajari itu sebelum tidur nanti. Saya permisi.” Shani pun turun dari sedan Darren dan bergegas masuk ke dalam rumah.

Shani melempar tas dan tubuhnya ke kasur. Ia kembali meluapkan rasa takutnya. Shani menangis sesenggukan dengan rasa syukur yang sangat besar karena ia berhasil lolos dari tikaman pria-pria gila tadi.

Setelah lelah menangis, Shani mulai tersadar akan sesuatu. Ia melepas jas hitam Darren dari punggungnya. Shani lupa jika jas itu masih ia kenakan.

...◦○⭕○◦...

Jangan lupa LIKE, VOTE, dan beri HADIAH untuk karya ini. Yuk KOMEN di  bawah.

Terpopuler

Comments

Lovesekebon

Lovesekebon

Siap2 aza akdi Ziu🤔

2021-05-24

0

Lovesekebon

Lovesekebon

Hmm🤔

2021-05-24

0

Neneng Siti

Neneng Siti

Ih dasar zui cewe matre,,,

2021-05-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!